Rabu, 23 Agustus 2023

MEREBUT ROH BELAJAR SISWA



Roh belajar adalah semangat yang ada fi dalsm diri siswa

Senin, 12 Juni 2023

Antara Mendidik dan Mengajar

Mendidik dan mengajar seringkali ditangkup dalam satu kegiatan yang saling berkait. Tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Setiap kali ada proses pendidikan (mendidik), maka pasti ada proses pembelajaran (mengajar). Begitu juga sebaliknya.
Pertanyaannya adalah proses mana yang lebih dahulu harus dilakukan, apakah mendidik dahulu ataukah mengajar. Apakah kita mendidik terlebih dahulu ataukah harus mengajar?

Kita harus mengakui bahwa seorang guru merupakan agen ganda dalam proses peningkatan kualitas SDM. Agen ganda yang kita maksudkan adalah pendidik dan pengajar. Oleh karena itu dibutuhkan orang-orang dengan kualifikasi ganda juga. Kualifikasi ganda yang dimaksudkan adalah karakter yang baik dan tingkat kepintaran yang tinggi. Seorang guru harus berkarakter dan pandai atau pintar. Dengan demikian, maka 3 (tiga) aspek dasar pendidikan dimiliki oleh guru, yaitu aspek afektif, kognitif, dan psikomotor. 

Guru memang bukan malaikat. Guru juga bukan makhluk yang serba segalanya. Guru adalah makhluk biasa yang mempunyai kekurangan diantara kelebihan yang dimilikinya. Ada guru yang pintar, tetapi karakternya kurang bagus. Ada guru yang karakternya bagus, tetapi kepintarannya rendah. Ada guru yang berkarakter dan pintar tetapi tidak mempunyai keterampilan untuk menjalankan profesinya. 

Guru itu sebuah profesi, yaitu pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus hasil dari proses pendidikan dan pelatihan. Seseorang yang memutuskan menjadi guru harus menjalani proses pendidikan guru dan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan keterampilannya dalam menjalankan proses. Pendidikan profesi menjadi prasyarat untuk sebuah profesi agar dapat menjalankan tugas dan kewajiban dengan baik. Selanjutnya, kemampuan harus ditingkatkan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan khusus terkait dengan keprofesian.

Pendidikan profesi memungkinkan seorang guru menguasai pengetahuan tentang dasar-dasar pendidikan dan pengetahuan terkait bidang tertentu, sedangkan pelatihan memungkinkan seorang guru mempunyai keterampilan mendidik dan mengajar. Dengan demikian, setidaknya seorang guru benar-benar menjalankan tugas dan kewajibannya secara profesional. 

Tetapi, satu pertanyaan yang harus dijawab adalah lebih dahulu mana proses pendidikan ataukah pembelajaran?

Apakah kita mengkondisikan karakter anak didik terlebih dahulu ataukah kepandaian, kepintarannya?

Seperti kita ketahui,
a. Karakter tanpa kepintaran, kepandaian akan menjadikan anak sebagai sosok alim sehingga memposisikannya sebagai sosok yang penuh pengertian
b. Kepintaran, kepandaian tanpa karakter akan menjadikan anak sebagai sosok arogan dan  tidak mempunyai unggah-ungguh dalam pergaulan di masyarakat.

Tentunya, kondisi ini didukung dengan peningkatan kemampuan teknis atau keterampilan aplikatif untuk kehidupan.

Rabu, 03 Mei 2023

Menyoal Karakter Anak Didik

Pendidikan merupakan sebuah proses panjang yang harus dilakukan untuk mengembangkan ataupun memperbaiki kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Proses ini berdampingan erat dengan proses pembelajaran yang tidak dapat dilepaskan peranannya dalam kehidupan. Sepanjang hidup, proses belajar adalah niscaya. Tidak ada seorangpun yang tidak belajar sepanjang hidupnya. Hal ini karena sebenarnya hidup adalah belajar. 

Setiap saat kita harus belajar sebab setiap saat selalu ada hal baru yang kita hadapi dan membutuhkan penyelesaian. Permasalahan hidup tidak pernah berhenti menyerang kita. Dan, kewajiban kita adalah menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan sehingga hidup tidak mengalami kesulitan. Sementara itu, permasalahan hidup setiap saat berbeda. Oleh karena itu, kita harus dapat mengembangkan diri sehingga mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut. Proses pengembangan diri dapat dilakukan dalam sebuah proses belajar. Sebab, belajar adalah sebuah proses untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan diri untuk menghadapi dan menyelessikan permasalahan hidup yang terus menerus menerjang.

Perubahan pola kehidupan berdampak pada pola karakter kita. Hal ini karena adanya aspek gesekan dan adaptasi. Setiap kehadiran pola baru dalam kehidupan, maka untuk dapat menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang timbul, diri kita secara otomatis melakukan penyesuaian. Ini merupakan kemampuan dasar setiap makhluk hidup, beradaptasi.

Perubahan Pola Tanggap Orangtua

Salah satu perubahan yang sangat esensial tetapi krusial adalah respon orangtua terhadap proses pembelajaran. Banyak orangtua yang masih setengah hati menyerahkan dan mempercayakan proses pendidikan dan pembelajarannnya ke sekolah, guru. Mereka kurang mendukung langkah pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tidak jarang mereka bertentangan dan memprotes langkah pendidikan pembelajaran yang diterapkan dan menyalahkan guru.

Selasa, 02 Mei 2023

Mengajar ataukah Mendidik?

Seorang guru adalah sosok yang diharapkan dapat menjadi panutan orang banyak, terkhusus anak didiknya. Tentunya hal tersebut bukan sesuatu yang ringan bagi seseorang yang memutuskan berprofesi sebagai guru. Sebab, profesi merupakan pekerjaan yang dilandasi oleh profesionalisme tinggi dan berbekal kemampuan yang didapat dari pendidikan khusus serta pelatihan-pelatihan terkait pekerjaan. Seseorang yang memutuskan menjadi guru harus mengembangkan kemampuan dirinya dengan kompetensi-kompetensi khusus terkait pekerjaan sebagai guru. Hal ini karena tidak semua orang yang pandai dapat menjadi guru. Guru tidak hanya mengajar,  melainkan juga mendidik. Seseorang dapat saja menjadi guru, tetapi terbatas pada proses mengajar, sementara proses mendidik dibutuhkan kompetensi khusus.

Urgensi Mengajar dan Mendidik

Mengajar dan mendidik adalah dua kegiatan yang berbeda. Tetapi, meskipun demikian, keduanya harus bersinergi untuk mencapai proses secara optimal. Kita harus melakukan perseimbangan antara mengajar dan mendidik karena tuntutan profesi. Hal ini karena tujuan kita adalah mencetak sumber daya manusia yang berpengetahuan, berketerampilan, dan berkarakter sesuai kondisi masyarakat. Kita ingin sumber daya manusia yang seutuhnya, jasmani dan ruhani. Keutuhan ini akan melahirkan manusia-manusia pandai, terampil, dan beradab. 

Mengajar adalah proses transfer pengetahuan yang dilakukan secara terstruktur, terencana, dengan tujuan yang jelas. 

Proses ini dilakukan berdasarkan tingkat kemampuan peserta didik. Hal ini ini karena tingkat kemampuan setiap peserta didik tidak sama untuk setiap level usia dan kemampuan logikanya. Oleh karena itu, proses dilakukan secara terstruktur dan berjenjang. 

Jenjang ini menentukan isi yang harus ditransfer ke peserta didik. Kita tidak dapat memaksakan diri untuk mengkondisikan peserta didik menerima isi yang belum saatnya diterima. Jenjang level yang kita maksudkan diwujudkan dalam bentuk tingkat pembelajaran, misalnya SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Bahkan, saat sekarang, anak-anak USIA dini sudah dipersiapkan untuk memasuki proses pembelajaran, terutama pada aspek bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. 

Jadi mengajar itu terutama terkait dengan pengetahuan, baik umum maupun khusus. Seorang guru harus dapat melakukan proses ini sehingga kemampuan prosesnya sesuai dengan kebutuhan. 

 Mendidik merupakan proses pengkondisian diri peserta didik, khususnya pada aspek karakter diri. Seorang guru harus dapat memberikan bimbingan, teladan, dan panutan kepada peserta didik sehingga dapat menjadi sosok yang berkarakter. 

Dalam konteks ini, seorang guru harus dapat memposisikan diri sebagaimana orang tua peserta didik. Seorang guru harus dapat memberikan arahan positif kepada peserta didik. Sebagaimana orang tua, maka seorang guru harus mampu membentuk karakter peserta didik sehingga dapat memposisikan diri dalam kehidupan bermasyarakat sebagai sosok yang bermartabat.

Aspek ini membutuhkan waktu proses yang sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Hal ini terkait dengan modal dasar mental atau karakter yang dimiliki peserta didik sebelum mengikuti proses pendidikan. Modal dasar ini terkait dengan kondisi lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat asalnya. 

Oleh karena itu, kita harus ekstra kerja keras untuk melakukan proses pendidikan ini. Seringkali, transfer nilai-nilai positif kehidupan berbenturan dengan modal dasar yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Contoh sederhana dan konkret adalah sikap saat berinteraksi dengan orang lain. Tidak sedikit peserta didik berasal dari lingkungan keluarga yang keras dan didukung lingkungan masyarakat yang tidak tahu unggah ungguh, yang akhirnya bertentangan dengan nilai-nilai yang akan ditanamkan oleh guru.

Mendidik itu lebih berat daripada mengajar. Seseorang boleh jadi dapat mengajar, tetapi tidak selalu dapat mendidik. Hal ini karena mendidik sangat terkait dengan  kondisi mental seseorang. Pertentangan - pertentangan nilai sering menjadi pemicu kegagalan proses pendidikan. Ada pengalaman seorang guru yang mencoba untuk menanamkan nilai bahwa merokok itu tidak sehat. Maka, dibuatlah peraturan yang melarang peserta didik untuk merokok dengan segala konsekuensinya jika melanggar. Dan, ketika ada peserta didik yang melanggar dan diproses sesuai ketentuan, dengan mendatangkan orang tua ke sekolah. Ternyata dari pembicaraan dengan orang tua, peserta didik tersebut berbagi rokok dengan ayahnya. Artinya, di lingkungan rumah tidak ada peraturan yang melarang anak untuk merokok. Kondisi ini merupakan tantangan bagi guru. 

Tantangan Dinamisasi Kondisi

Proses mengajar dan mendidik sangat terpengaruh oleh kondisi yang ada di lingkungan masyarakat, terutama  proses mendidik. Pengaruh kondisi lingkungan sangat besar terhadap proses secara keseluruhan sebab selalu terjadi perubahan pola. 

Pola-pola kehidupan selalu mengalami perubahan yang sangat signifikan terhadap proses pendidikan dan pembelajaran. Hal ini karena tingkat kebutuhan dan ragam kehidupan masyarakat yang mengalami peningkatan dan penyesuaian terhadap kondisi global.

Perubahan pola kehidupan berdampak pada pola proses pendidikan dan pembelajaran. Hal ini karena proses pendidikan merupakan upaya sadar untuk melakukan perubahan kemampuan pada peserta didik. Akibatnya, teknik dan metode proses pendidikan dan pembelajaran juga harus menyesuaikan diri dengan proses yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. 

Aspek pengetahuan kemungkinan perubahan kecil, tetapi aspek pendidikan perubahannya sangat besar. Perubahan isi materi pembelajaran mungkin sedikit sebab perubahan  pengetahuan sangat lambat. Penemuan-penemuan terkait pengetahuan membutuhkan proses yang _njelimet_ sehingga membutuhkan waktu yang lama. Jika pun terjadi perubahan, secara cepat kita mengadaptasikan diri terhadap perubahan tersebut. Misalnya perubahan pengetahuan tentang bidang otomotif, kita dapat segera beradaptasi sehingga segera dapat menguasai teknologi terbaru tersebut.   Tetapi, perubahan terhadap karakter tidaklah mudah untuk mengadaptasikannya. Pembentukan karakter membutuhkan waktu yang lama.

Kondisi ini merupakan tantangan terhadap proses pendidikan. Setiap saat karakter personal dan global selalu mengalami perubahan. Akibat perubahan tersebut, maka kita harus beradaptasi agar proses dapat berlangsung optimal. Tetapi, kita menyadari bahwa perubahan karakter bukanlah hal yang mudah. Karakter dasar setiap orang sangat berbeda sehingga jika kita berusaha untuk mengarahkan, maka dapat terjadi benturan, friksi, bahkan pertentangan.  Oleh karena itu, proses.pendidikan lebih sulit dibandingkan proses.pembelajaran.

Mana yang lebih dahulu, pendidikan ataukah pembelajaran?

Dalam kehidupan ini, ada 2 (dua) aspek penting yang harus kita kondisikan sehingga dapat.menjadi sosok yang seutuhnya. Kedua aspek tersebut adalah fisik dan psikis. Pengetahuan dan karakter diri anak didik.

Lantas, mana yang harus kita dahulukan? Apakah kita mengajar terus mendidik ataukan kebalikannya, mendidik terus mengajar?

Mari kita simak kelanjutannya di tulisan berikutnya!


Gembongan, 2 Mei 2023
Refleksi Hari Pendidikan Nasional

Mohammad Ssroni
Tinggal di Gembongan, Gedeg, Mojokerto
CP. 085784990514
Penulis buku Orang Miskin Harus Sekolah

Rabu, 26 April 2023

BERSEMANGAT DALAM BERWIRAUSAHA

Wirausaha adalah kegiatan usaha yang dilakukan sebagai manifestasi semangat usaha untuk mendapatkan sumber penghasil diri berbasis kemampuan diri. 


Senin, 05 Desember 2022

BERWIRAUSAHA DENGAN KETERAMPILAN LAS

Kegiatan pengelasan telah menjadi pilihan masyarakat untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Banyak aspek kehidupan yang menerapkan teknologi pengelasan untuk pengerjaannya. Oleh karena itu, keterampilan mengelas merupakan bekal dan modal untuk menjalani kehidupan. Dengan keterampilan mengelas, maka kita dapat memperoleh penghasilan yang cukup untuk menutup kebutuhan hidup. Penghasilan tersebut berasal dari kegiatan berwirausaha dengan keterampilan las.

Pengelasan adalah proses menyambung 2 (dua) logam atau lebih dengan mempergunakan energi panas dan tekanan. Untuk menyambung logam, maka dapat kita lakukan dengan cara:

1. melunakkan bagian yang akan  disambung dengan proses pemanasan tetapi tidak sampai pada titik cair. Kita cukup memanaskan bahan las hingga memijar, lunak lantas menempelkan satu terhadap yang lain. Kemudian, kita berikan tekanan dengan pukulan, tempaa  sedemikian rupa sehingga bagian yang pijar akan saling menyatu. Langkah ini dilakukan berkali-kali dan melakukan penempaan sehingga menyambung, menyatu. Proses ini sering disebut kerja tempa atau kerja tukang pandai besi.

2. Memanaskan bagian yang dilas dengan melakukan pemanaskan bagian yang akan disambung. Proses pemanasan tidak sampai memijar apalagi mencair. Kita cukup meningkatkan suhu logam yang disambung sehingga pada saat proses penyambungan dapat dengan mudah dilakukan. Bahan yang dilas tidak sampai mencair, tetapi logam penyambung yang dicairkan pada bagian yang dipanaskan. Bahan yang mencair adalah bahan penyambung yang kita kenal dengan nama timah. Timah inilah yang jika dipanaskan akan mencair dan dapat menyambung 2 (dua) logam yang akan disambung. Proses ini disebut penyambungan solder.

3. memanaskan bagian yang disambung hingga mencair bersama baham tambah untuk penyambungan. Bahan kita panaskan hingga suhu cairnya, bersamaan dengan kondisi tersebut bahan tambah juga mencair sehingga dapat menjadi tambahan cairan logam dan menyatu dengan bahan yang disambung.

Untuk proses ini dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

a. Dengan nyala api gas

     Proses penyambungan dengan nyala api didapatkan dari pembakaran gas asetelin yang dicampur dengan oksigen. Proses pencampuran oksigen dengan asetelin dilakukan dalam alat yang dikenal sebagai pembakar atau brander. Alat ini berfungsi sebagai pencampur atau mixer sedemikian rupa sehingga didapatkan campuran yang seimbang antara oksigen dan gas asetelin.

Untuk dapat melakukan proses pencampuran oksigen dan gas asetelin sehingga pada porsi seimbang, maka pada badan brander terdapat saluran-saluran yang diatur dengan kran-kran. Oksigen dan gas asetelin mengalir pada setiap salurannya dan untuk mencapai bagian ruang pencampuran, maka kran pengatur dapat difungsikan. Dengan memutar-mutar kran pengatur, maka jumlah oksigen atau gas asetelin dapat diatur. Campuran oksigen dan gas asetelin akan mengalir menuju ujung pembakar atau cuncum. Dan, pada cuncum inilah campuran tersebut dibakar. Api pada ujung pembakar atau cuncum ini dapat kita atur melalui kran masing-masing.  Pengaturan kran ini akan menghasilkan nyala api yang berbeda pada ujung pembakar atau cuncum pembakar.

Ada 3 (tiga) kondisi campuran oksigen dan asetelin yang terjadi, yaitu:

1. Nyala Karburasi
Nyala Karburasi didapatkan pada saat kita membuka keran gas oksigen dan gak asetelin dan terdapat kelebihan asetilen. Pada nyala jenis ini terdapat tiga daerah yaitu kerucut nyala, selubung luar dan kurut luar berwarna keputihan. 

Nyala Karburasi sering dipergunakan untuk pengelasan logam berbahan Monel, Nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan bukan besi (nonferous).

2. Nyala Oksidasi
Nyala oksidasi adalah nyala yang terjada apabila pembukaan keran gas oksigen dan gas asetelinnya terdapat kelebihan pada gas oksigen. Nyala oksidasi mirip dengan nyala netral tetapi kerucut nyala bagian dalam lebih pendek dan selubung luar lebih jelas warnanya.
Nyala oksidasi ini dipergunakan untuk proses pengelasan benda kerja berbahan kuningan dan perunggu.

3. Nyala Inti/Netral 

Nyala Netral ini didapatkan pada saat kita membuka keran gas asetelin dan keran oksigen dengan perbandingan sekitar 1 : 1. Nyala Netral ini dipergunakan untuk mengelas bahan dari Baja, besi cor, baja tahan karat dan tembaga.

Nyala api pembakar ini terjadi jika campurannya berimbang antara jumlah oksigen dan gas asetelinnya. Warna nyala api ini biru dengan posisi sedikit lancip di ujung mulut pembakar. Nyala api inilah yang mempunyai efektivitas pembakaran yang paling tinggi, sempurna sehingga proses pengelasan dapat sempurna. Pengaturannya dilakukan pada keran pengatur saluran oksigen dan gas asetelin. Keberimbangan jumlah oksigen dan gas asetelin menjadikan pemakaian lebih ekonomis 

b. Dengan busur nyala api listrik

Ketika dua kutub listrik dipertemukan, didekatkan, maka akan terjadi loncatan muatan dan menimbulkan percikan api. Hal ini sebagaimana teknis listrik, jika dua kutub dihubungkan, maka muatan listrik akan bergerak di dalam media penghantarnya. Muatan di dalam sistem akan mengalir dari kutub dengan muatan negatif (katoda) lebih banyak ke kutub dengan muatan positif lebih banyak (anoda). Sementara itu, di rangkaian luar sistem, muatan mengalir dari kutub positif ke kutub negatif. Muatan yang mengalir ini kita sebut sebagai arus listrik.

Pada saat proses pengelasan dilakukan, maka ada 2 (dua) posisi yang mungkin diterapkan untuk pengaliran arus listrik. Pola ini disebut polaritas, yaitu:
1. Posisi lurus
Jenis ini jika arus listrik dialirkan secara langsung dengan arus positif pada elektroda dan arus negatif pada benda kerja. Elektroda adalah bagian alat las.yang akan memijarkan busur nyala api listrik. Busur nyala api listrik timbul sebab ujung kawat elektroda ini dihubungkan dengan benda kerja, sedangkan elektrodanya juga dialiri arus listrik. Benda yang bermuatan negatif bertemu dengan ujung elektroda yang bermuatan positif, maka terjadilah loncatan arus listrik yang menimbulkan percikan api. Percikan api inilah yang berfungsi sebagai pembakar sehingga benda kerja mencair dan menyatu ditambah dengan cairan kawat elektrodanya 
2. Posisi terbalik
Posisi ini menempatkan kutub negatif pada elektroda dan kutub positif pada benda kerja. Ujung elektroda yang bermuatan negatif didekatkan pada benda kerja yang bermuatan positif sehingga terjadi loncatan arus listrik dari benda kerja ke elektroda. Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan suhu pada elektroda dan menyebabkan pencairan kawat lebih cepat.
Berwirausaha Dengan Keterampilan Las

Keterampilan las merupakan satu kompetensi yang dimiliki oleh seseorang dalam proses penyambungan dua logam dengan proses pemanasan dan pencairan serta pembekuan bersama.

Banyak kebutuhan hidup memanfaatkan prinsip dasar pengelasan, misalnya konstruksi bangunan, kebutuhan rumah tangga, perlengkapan-perlengkapan hidup, dan sebagainya. Dan, ini merupakan peluang usaha bagi setiap orang.

Caratan: 
a. sumber gambar https://www.pengelasan.com/2014/06/macam-macam-nyala-api-oksigen-asetilen.html?m=1



Penulis:
Mohammad Saroni
Penulis buku: #Orang Miskin Bukan Orang Bodoh
Tinggal di Gembongan, Gedeg, Mojokerto
085784990514