Senin, 08 Februari 2010

Setiap Anak mempunyai Kemampuan dalam Dirinya

Anak didik yang mengikuti proses pendidikan, sebenarnya bukanlah sebuah gelas kosong yang harus kita isi dengan air sebanyak-banyaknya. Setiap anak didik yang datang dan bergabung dalam proses pendidikan sebenarnya sudah mempunyai bekal pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Hal ini dapat kita lihat kenyataannya, bahwa seumpana mereka adalah sebuah wadah, maka saat mereka kita isi, pada saatnya tumpah, artinya tidak dapat tertampung lagi di dalam wadah tersebut.Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya dalam diri anak didik sudah terdapat isi dan karena keterbatasan tempat, maka isinya tidak dapat terus tertampung.
Anak didik kita bukanlah wadah sekedar wadah sebagaimana yang kita maknakan di atas. Anak didik adalah wadah dengan tingkat elastisitas sangat tinggi sehingga berapapun banyak ilmu yang kita berikan, maka semua meresap ke dalam wadah tersebut. Anak didik seperti hamparan pasir kering, ketika air kita tumpahkan ke permukaan pasir tersebut, maka dengan segera air terhisap dan tersimpan di dalamnya. Anak didik adalah tanah berporus yang mampu menerima dan menyimpan setiap apa yang kita masukkan ke dalamnya. Apapaun yang kita berikan kepada anak didik, maka semua itu bakal diterima dan masuk ke dalam diri anak didik, tersimpan di memori otaknya. Dan, pada setiap anak didik mempunyai bekal terkait dengan proses pendidikan dan pembelajaran yang diikutinya. Walau kemudian bekal ini tidak aktif sebab belum diasah secara baik, setiap saat.
Bahwa anak didik berangkat ke sekolah, berasal dari lingkungan tertentu dengan pengkondisian khusus. Dengan demikian, maka sebenarnya anak didik telah mempunyai kondisi tertentu pada dirinya untuk mengikuti proses yang kita selenggarakan. Hal ini signifikan dengan kenyataan bahwa semua materi yang kita berikan kepada anak didik merupakan proses lanjutan dari proses yang sebelumnya sudah dijalani oleh anak didik. Bahwa, saat anak didik memasuki dunia pendidikan tingkat sekolah dasar, sebelumnya mereka sudah mendapatkan bekal dari lingkungan keluarganya. Begitulah seterusnya setiap kali kita membimbing anak-anak menjalani proses pendidikan dan pembelajarannya.
Pendidikan adalah Proses Berkelanjutan
Pada dasarnya pendidikan adalah upaya untuk memfasilitasi setiap kondisi yang dibutuhkan dalam kehidupannya. Dan, kondisi kehidupan terus mengalami perubahan sebab kehidupan adalah sesuatu yang sangat dinamis. Setiap saat mengalami perubahan dan setiap perubahan menuntut konsekuensi logis berupa keharusan kita untuk memenuhi dan mengikuti kondisi tersebut. Sementara kita menyadari bahwa untuk menjawab setiap perubahan tersebut kita tidak dapat secara langsung. Kita hanya dapat memenuhi konsekuensi tersebut secara bertahap.
Tahap tahap pemenuhan konsekuensi logis kehidupan tersebut selanjutnya diwujudkan dalam proses formal, yaitu pendidikan dan pembelajaran. Di dalam proses pendidikan dan pembelajaran, setiap materi pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga setiap materi dibagi dalam beberapa kompetensi. Kompetensi ini selanjutnya dialokasikan secara sistematis dalam sebuah kurikulum dan diterjemahkan dalam silabus untuk setiap tingkatan.
Untuk setiap jenjang pendidikan terbagi atas beberapa tingkatan yang mempunyai pembagian materi pelajaran yang proporsional dengan tingkatan kemampuan anak didk. Hal ini merupakan apresiasi atas kemampuan anak yang tidak sama untuk setiap tingkatan usia anak didik. Setiap anak mempunyai kemampuan yang sesuai dengan usianya. Oleh karena itulah, maka guru juga perlu menyadari dan membimbing anak untuk belajar sesuai kemampuannya. Artinya, materi yang diberikan oleh guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran diberikan secara perlahan bertahap, dari yang mudah ke yang menengah dan selanjutnya ke materi yang sulit.
Pendidikan adalah proses berkelanjutnya artinya apa yang kita berikan pada saat sekarang menjadi dasar atau landasan untuk materi selanjutnya. Begitu sebaliknya, apa yang kita berikan pada saat sekarang merupakan kelanjutan dari materi sebelumnya. Dengan demikian, maka materi yang dipelajari anak didik berproses dari negatif menuju positif secara perlahan dan sistematis. Artinya anak didik tidak akan terbebani oleh proses pendidikan dan pembelajarannya. Mereka akan belajar sesuai dengan kemampuan dirinya dan tidak dipaksa pada kondisi yang dituju proses pendidikan.
Pendidikan adalah proses berkelanjutan sehingga anak-anak yang mengikuti proses pendidikan merasakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Anak merasa bahwa proses pendidikan mampu memberikan suasana yang berbeda dan mengikat perhatian serta konsentrasi tinggi. Model pembelajaran yang bertahap mmbuat anak-anak nyaman pada saat mengikuti proses. Mereka tidak terancam oleh kondisi materi pelajaran sebab setiap saat mereka memperoleh dasar untuk mempelajari materi lanjutnya.
Tentunya dengan konsep pembelajaran seperti ini, maka setiap anak sudah mempunyai bekal untuk setiap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Mereka sebenarnya sudah mengetahui, bahkan memahami konsep dasar materi pelajaran, tetapi tentu saja yang diberikan di sekolah adalah kelanjutan dari apa yang sudah dimilikinya. Oleh karena itulah, konsep bahwa anak didik sebagai kertas putih sungguh tidak relevan sebab di dalam proses pendidikan dan pembelajaran, guru hanyalah melanjutkan proses yang sedah dijalani oleh anak didik sebelumnya. Pada proses pembelajaran lanjut, guru selain melanjutkan materi pelajaran, juga mengembangkan materi yang anak didik miliki.
Anak Didik Mempunyai Kompetensi Dasar
Setiap anak mempunyai kompetensi dasar yang berbeda dan khas. Hal ini merupakan bekal alami yang diperoleh anak sebelum mengikuti proses pendidikan. Kita mengetahui bahwa sebelum memasuki lingkungan sekolah, anak didik sudah berada di lingkungan yang bagi mereka nyaman dan merupakan tempat pertama mereka mengikuti proses pendidikan. Di lingkungan keluarga, sejak kecil anak didik sudah mendapatkan pembimbingan dari kedua orangtua.
Proses pembimbingan dari orangtua adalah pendidikan pertama yang diikuti oleh anak didik dalam upaya mempersiapkan diri menghadapi kehidupan lebih baik. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan teraman dan ternyaman bagi anak didik untuk mengikuti proses awal pendidikan dan pembelajaran. Sangat tidak benar jika kita mengatakan bahwa anak didik itu bagaikan selembar kertas putih, bersih dan siap kita bimbing untuk menulisi setiap halaman putih dengan berbagai tulisan yang kita berikan. Anak didik adalah sosok istimewa yang dengan keistimewaannya dapat mengembangkan diri secara maksimal jika diberi bimbingan secara tepat.
Tugas utama guru di dalam proses pendidikan dan pembelajaran sebenarnya adalah membantu anak didik untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya secara maksimal. Dengan berbagai teknik, guru mencoba untuk membangkitkan kembali potensi, kompetensi yang dimiliki oleh anak didik melalui pembelajaran berkelanjutan. Pembelajaran berkelanjutan memungkinkan anak didik mengaktif-kan kembali memori di otaknya untuk memunculkan pengalaman belajar yang sudah dialami sebelum-nya. Seharusnya proses seperti itulah yang terjadi dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
Dan, berdasarkan pada bekal yang sudah tertanam di dalam memorinya, maka guru mengembangkan dengan tambahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai positif dalam hidup sebagai pengalaman belajar yang baru bagi anak didik. Kita tambahkan beberapa pengalaman baru, yang sebenarnya merupakan pengulangan dan penambahan kompetensi yang dimiliki oleh anak didik. dengan demikian, maka kompetensi anak didik selalu mengalami peningkatan setiap kali mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dan, hal inilah yang sesungguhnya kita harapkan setiap kali kita melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran.
Dengan bekal yang sudah dimiliki, maka anak didik mempunyai kesempatan lebih banyak untuk meningkatkan kompetensi yang sebenarnya sudah mereka miliki dari pengalaman belajar sebelumnya. Muali dari lingkungan keluar, sekolah kelas bawah hingga sampai pada tingkatan belajar tinggi, materi pelajaran yang diterima oleh anak didik adalah kelanjutan dari kompetensi dasar yang sudah dimilikinya. Jika ternyata didalam proses pendidikan dan pembelajaran, pada akhirnya anak didik tidak mengalami perubahan kompetensi secara signifikan, berarti anak didik tidak melakukan kegiatan belajar. Atau guru belum mampu memberikan bimbingan dan fasilitasi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak didik. Hal ini yang seringkali menjadi penyebab menurunnya kualitas hasil proses pendidikan di negeri ini.
Tugas utama guru di dalam proses pendidikan dan pembelajaran memang mengembangkan potensi, kompetensi yang dimiliki oleh anak didik sehingga dapat dijadikan sebagai bekal hidup. Setiap anak memang mempunyai kemampuan spesifik mereka dan aspek ini menjadi tanggungjawab guru untuk proses pengembangannya. Sejak berangkat dari lingkungan keluarga, anak didik berharap bahwa pengalaman hidupnya bertambah secara signifikan dengan mengikuti setiap proses pembelajaran sesuai dengan tingkatan masing-masing.
Guru Harus Mampu Mengembangkan Kompetensi Anak Didik
Pendidikan dan pembelajaran merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah kompetensi yang ada dalam dirinya. Perubahan yang diinginkan adalah dari kondisi negative menjadi kondisipositif, artinya dari tidak mampu menjadi mampu, dari kemampuan rendah menjadi ber-kemampuan tinggi. Semua kegiatan ini dilakukan dalam pembimbingan dan fasilitasi orang yang lebih berpengalaman dan itu adalah guru.
Di dalam proses pendidikan dan pembelajaran, peranan guru memang masih sentral, walaupun sudah seringkali dikatakan bahwa guru tidak harus menguasai proses secara mutlak. Guru bukanlah penguasa ruangan, proses belajar. Guru hanyalah fasilitator pendidikan dan pembelajaran anak didik. Posisi dan tugas guru di dalam proses pendidikan dan pembelajaran sedemikian rupa sehingga setiap tindakannya adalah cerminan dari tujuan pendidikan secara umum.
Orangtua mengirimkan anak-anaknya kesekolah karena mereka yakin dan percaya bahwa kompetensi yang dimiliki anak-anaknya dapat lebih berkembang di tangan yang benar. Orangtua merasa kurang mampu membimbing anak-anaknya untuk peningkatan kompetensi karena mereka disibukkan oleh tugas dan kewajiban untuk keluarga. Ayah harus bekerja untuk mencari nafkah agar roda kehidupan keluarga terus bergerak dan tingkat perekonomian keluarga terjaga stabil. Sementara sang ibu sibuk berbenah di rumah, mempersiapkan segala hal untuk keluarga dan pada jaman sekarang tidak sedikit para ibu yang ikut bekerja di luar rumah sebagai wanita karier atau sebangsanya. Dengan demikian, praktis masalah pendidikan dan pembelajaran kurang mendukung bagi anak-anak. Bahkan, ketika mereka berada di rumah-pun urusan belajar anak-anak belum mempunyai jatah. Mereka kelelahan setelah seharian bekerja sehingga butuh refreshing dan televisi menjadi pilihan utama penghiburan diri.
Dan, guru sebagai orang yang dipercaya untuk membimbing dan mengarahkan anak-anak untuk proses pendidikan dan pembelajaran menerima amanat untuk mendidik dan mengajar anak agar menjadi sosok-sosok yang kompeten. Guru harus melakukan perubahan, pengadaptasian diri pada anak didik sehingga anak didik menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya. Oleh karena itulah, maka guru harus mempunyai kemampuan untuk melihat dan memahami kompetensi dasar yang dimiliki oleh anak didik. guru harus dapat mengklasifikasikan anak didik berdasarkan ragam kompetensi dirinya. Jika hal ini dapat dilakukan oleh guru, maka selanjutnya tugas guru menjadi lebih ringan sebab guru hanya mengikuti kegiatan anak.
Guru sebagai sosok yang, dianggap mempunyai pengalaman hidup lebih banyak dan beragam membimbing anak didiknya sehingga mampu menyerap pengalaman tersebut dan menduplikasikannya pada dirinya. Proses duplikasi inilah yang sebenarnya menjadi salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran. Kita belajar, menimba pengalaman hidup dari proses duplikasi ini. Selain itu kita dapat menambah pengalaman belajar dengan cara menemukan sendiri konsep-konsep terkait dengan materi pelajaran yang dipelajari, dengan learning by doing. Dan, guru adalah pembimbing utama pada saat anak didik melakukan proses di sekolah. Oleh karena itulah, maka guru harus mampu mengembangkan kompetensi anak didik secara maksimal.
Sebagai pembimbing, pengarah, fasilitator pendidikan dan pembelajaran, maka sudah seharusnya guru mempunyai kemampuan yang kontributif bagi setiap kebutuhan belajar anak didiknya. Dengan pengalaman hidup dan pengalaman belajar yang sudah dimiliki, maka guru mempunyai kemampuan untuk melakukan tugas dan kewajibannya secara maksimal. Dan, tentunya dalam hal ini anak didik mendapatkan penanganan oleh tangan yang tepat. Guru memang bertugas dan berkewajiban untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki anak didik agar dapat mengubah kondisi menjadi lebih baik.
Buka Kesempatan untuk Anak Didik
Sebagai sosok yang mempunyai bekal kompetensi dalam dirinya, maka hal paling utama yang dibutuhkan oleh anak didik adalah kesempatan. Dan, sebenarnya kesempatan merupakan sesuatu yang sangat diharapkan oleh semua orang. Dengan kesempatan yang dimiliki, maka seseorang dapat mengembangkan dan meningkatkan kompetensi dirinya secara maksimal. Dan, hasil dari proses tersebut selanjutnya diharapkan dapat menjadi nilai plus bagi kehidupannya.
Dan, proses pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah mendasarkan kegiatan pada upaya perubahan kondisi. Memang anak didik datang dan mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran dengan bekal yang dimiliki sebagai pengalaman belajar sebelumnya, tetapi hal ini dapat menjadi sia-sia jika ternyata mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mengaktualisasi diri. Ini merupakan tuntutan logis dari kehidupan.
Setiap orang butuh mengaktualisasi dalam kehidupan untuk menjaga eksistensi dirinya. Dan, untuk hal tersebut, maka mereka berharap dapat berarti bagi masyarakatnya. Ada pepatah mengatahkan, sekali berarti selanjutnya mati. Bahwa, didalam kehidupan kita, agar masyarakat mengakui keberadaan kita, maka kita harus mengaaktualisasikan diri. Kita harus berperan aktif dalam kehidupan ini agar terus tertanam kenangan dan pengetahuan atas diri kita oleh masyarakat. Eksistensi kita akan tetap dikenang, berarti bagi masyarakat jika kita mengambil peran secara aktif.
Untuk dapat berperan aktif dalam kehidupan, maka satu hal paling penting adalah kesempatan. Dengan kesempatan yang kita miliki, maka kita dapat bebas mengaktualisasikan kompetensi kita dalam kehidupan agar terekam sebagai pengalaman hidup bagi semua orang. Hanya dengan kesempatan yang terbuka, maka kita dapat menunjukkan kepada masyarakat atas kompetensi yang kita miliki. Kesempatan itu bagaikan ruangan luas yang memungkinkan kita untuk melakukan berbagai kegiatan, bahkan improvisasi kegiatan tanpa takut salah menuju kondisi terbaik pada kehidupan kita.
Begitu juga halnya dengan anak didk pada saat mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Sebagai subyek belajar, tentunya anak didik harus berperan aktif pada setiap kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Apalagi jika kita berbicara mengenai learning by doing, dimana anak diidk memang harus melakukan setiap aspek pendidikan dan pembelajaran agar memperoleh pengalaman belajar maksimal, maka mereka harus mempunyai banyak kesempatan melakukan kegiatannya. Tanpa kesempatan yang terbuka, tentunya mereka tidak dapat mengaktualisasikan ataupun berusaha untuk mendapatkan pengalaman belajar yang dibutuhkannya.
Oleh karena itulah, untuk dapat membimbing, mengarahkan dan memfasilitasi kegiatan pendidikan dan pembelajaran anak didik, maka perlu kesempatan seluas-luasnya untuk beraktivitas. Guru harus memberikan kesempatan belajar dan melakukan kegiatan belajar anak didik. Kita tidak boleh mengekang anak didik agar mengikuti apa yang kita inginkan. Justru kita harus mengikuti apa yang anak didik inginkan dan harapkan dari proses pendidikan dan pembelajarannya. Kita harus memasuki dunia anak-anak pada saat proses belajar dan bukan membawa dunia mereka ke dalam dunia kita. Sangat tidak sesuai! Anak-anak mempunyai dunia tersendiri, tidak sama dengan dunia kita. Anak-anak adalah sosok yang berbeda dengan kita, ada yang mengatakan bahwa anak-anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, kecil. Mereka mempunyai spesifikasi dan kualifikasi yang berbeda dengan kita, jadi tidak dapat kita samakan dengan kita. Kita harus memberi kesempatan anak didik untuk berperan aktif dalam proses pendidikan dan pembelajarannya.
Beri Kepercayaan Kepada Anak Didik
Selain kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, kepercayaan merupakan salah satu penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kepercayaan merupakan satu bentuk kondisi yang harus diberikan kepada anak didik agar mereka dapat maksimal dalam menjalani tugas dan kewajiban belajarnya. Bagaimanapun kita harus meyakini bahwa seseorang yang mendapatkan kepercayaan pasti dapat all out untuk setiap kegiatan yang dilakukannya.
Kepercayaan memang sebuah reward paling efektif untuk mengarahkan dan membimbing sukses pada banyak orang. Dengan memberikan kepercayaan pada seseorang, maka sebenarnya kita telah memberikan perhatian yang begitu besar padanya. Dan, perhatian merupakan satu kondisi terbaik yang dapat diperoleh seseorang saat mereka mampu berperan aktif dan bermanfaat bagi masyarakatnya. Jika seseorang mendapatkan kepercayaan dari orang lain, berarti ada nilai plus yang dimiliki sehingga orang lain mengapresiasi bagus.
Kepercayaan menjadi salah satu tujuan yang hendak dicapai oleh setiap orang agar peranannya dalam kehidupan dapat dilaksanakan. Hal ini karena kepercayaan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk membuktikan segala hal terkait dengan kompetensi dirinya dalam kehidupan. Dan, anak didik adalah sosok dengan tingkat kebutuhan perhatian yang sangat tinggi sehingga untuk dapat membawa anak didik pada tingkat kesuksesannya, maka kita perlu memberikan penghargaan kepada mereka.
Selama ini yang terjadi adalah ketidakseimbangan antara reward dan punishment yang diterima anak didik dalam setiap kali kegiatan. Anak-anak telah menjadi korban ketidakadilan, ketidakseimbangan tersebut sehingga yang mereka dapatkan hanya punishment saja. Di mata semua orang, apa yang dilakukan oleh anak didik adalah sebuah kesalahan. Anak telah dijadikan sebagai tumpuan kesalahan untuk setiap kejadian dalam interaksi edukasi, bahkan dalam interaksi social di masyarakatnya. Kita seringkali tidak memahami, mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Sebagai sosok yang sedang mencari jati diri, anak didik memang sangat rentan atas berbagai pengaruh kehidupan. Apalagi dengan peningkatan perkembangan teknologi yang begitu pesat, berbagai pengaruh muncul dan membelit setiap langkah kegiatan hidup anak didik. Mereka tidak dapat mengelak dari keharusan untuk menjawab tantangan perkembangan hidup tersebut. Mereka tidak dapat melarikan diri dari kondisi yang tercipta dalam kehidupannya. Dan, sebagai sosok yang sedang mencari jati diri, maka yang tejadi kemudian adalah banyaknya kesalahan selama mereka menjalani kehidupan.
Mereka membutuhkan kepercayaan untuk melakukan setiap kegiatan hidupnya. Tetapi, mereka juga perlu pembimbingan, pengarahan dan pemfasilitasian sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi. Berikan mereka kepercayaan dan lakukan pembimbingan atau pengarahan dan fasilitasi proses, maka mereka pasti dapat memaksimalkan hasil proses pendidikan dan pembelajaran mereka. Hal inilah yang terpenting dalam proses pengembangan dan peningkatan kemampuan yang dimiliki anak didik.
Setelah kita memperhatikan uraian di atas, setidaknya kita menjadi sadar bahwa sebenarnya anak didik yang mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran di kelas kita bukanlah kertas putih kosong atau gelas kosong, melainkan sosok dengan bekal kompetensi yang siap dikembangkan dan ditingkatkan. Oleh karena itulah, sebagai seorang guru kita harus memberikan bimbingan, arahan dan fasilitasi maksimal untuk mereka.
Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kemampuan yang dimiliki oleh anak didik, maka kita harus membantu mereka secara maksimal. Kita kondisikan mereka sehingga merasa nyaman dalam menjalankan proses pendidikan dan pembelajaran. Kita harus memberikan bimbingan, arahan dan fasilitasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka. Ketetapatan bimbingan, arahan dan fasilitasi ini adalah untuk menghindarkan kesalahan langkah dan proses bagi anak didik.
Guru hanyalah sebagai fasilitator pada proses pendidikan dan pembelajaran di jaman sekarang ini. Oleh karena itulah, guru hanyalah memberikan bantuan kepada anak didik agar mampu mengembangkaan dan meningkatkan kemampuan yan dimilikinya. Dan, proses pendidikan dan pembelajaran dipercaya mempunyai kemampuan yang sangat besar dalam pengkondisian anak didik. Oleh karena itulah, maka kita perlu memaksimalkan proses tersebut.
Kita memang yakin dan percaya bahwa proses pendidikan dan pembelajaran dapat menjadi jembatan untuk mengantar anak-anak menjadi sosok-sosok yang kompeten pada bidangnya. Dengan demikian, maka pertambahan angka pengangguran terdidik dapat dikurangi sebab anak-anak dengan kemampuan di bidangnya adalah tenaga-tenaga kerja yang siap bekerja, tidak hanya memasuki lapangan pekerjaan melainkan juga menciptakan lapangan pekerjaan. Dan, konsep tersebut merupakan visi pendidikan di jaman sekarang ini. Orientasi pendidikan dan pembelajaran sekarang ini telah mengalami perubahan atau pergeseran paradigma (paradigm shift). Perubahan atau pergeseran paradigma inilah yang selanjutnya arah kebijakan pendidikan, baik dari pusat maupun guru sebagai petugas lapangan. Jika tidak, maka proses pendidikan hanya akan menciptakan robot-robot teknologi tanpa jiwa.
Paradigm shift yang terjadi dalam segala aspek kehidupan harus dihadapi dengan persiapan kondisi diri yang seimbang. Keseimbangan kondisi di dalam diri dengan kondisi di lingkungan memungkinkan sebuah interaksi maksimal, khususnya interaksi edukasi. Dan, kemampuan yang dimiliki oleh anak didik hasil pengalaman belajar pada saat sebelumnya telah menjadi jembatan penghubung terbaik untuk setiap upaya perubahan pengalaman belajar selanjutnya. Oleh karena itulah, maka guru harus benar-benar dapat memanfaatkan bekal kemampuan anak didik ini sehingga proses pembelajarannya dapat efektif. Kita bukanlah memberikan materi baru pada anak didik, melainkan menambah dan mengembangkan materi yang sebenarnya sudah anak didik miliki. Konsep inilah yang harus kita jadikan acuan setiap kali kita melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran sehingga tidak menjadi beban tersendiri di hati kita.

Mengelola Sekolah Plus untuk Pendidikan Berbasis Kecakapan Hidup

Ada 3 (tiga) aspek dasar yang menjadi bidang garapan dunia pendidikan, sekolah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek ini didalam proses pendidikan dan pembelajaran dijalankan dalam sebuah kegiatan yang memberikan materi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dan, ketiga aspek ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu terhadap yang lainnya. Ketiga aspek ini saling mendukung sehingga didapatkan lulusan yang kompeten dalam kehidupannya. Dan, setiap tahun konsep pendidikan melakuan reformasi pada pembelajaran dengan skala prioritas yang berbeda, khususnya pada aspek psikomotor. Dinamisasi sebuah sekolah dapat kita lihat pada tingkat keberhasilan proses pembelajaran psikomotor ini.
Pada saat itu, masing-masing aspek diberikan secara terpisah sehingga idapatkan hasil maksimal. Artinya, pada saat itu anak-anak mempunyai kemampuan intelek yang mumpuni dengan perimbangan sikap hidup yang positif serta keterampilan hidup yang aplikatif. Dan, hasil pendidikan saat itu dapat kita rasakan saat ini, yaitu sekitar 20 (dua puluh) tahun kemudian. Orang-orang yang mengikuti proses pendidikan saat itu telah menjadi orang-orang dengan tingkat kemampuan yang proporsional. Mereka dapat memerankan peranannya dalam kehidupan tanpa kesulitan.
Tetapi, pada dekade selanjutnya, ternyata ahsi pendidikan terasa begitu mengecewakan semua pihak. Anak-anak hasil proses pendidikan dekade ini ternyata belum, bahkan dapat dikatakan tidak dapat mencerminkan hasil sebuah proses pendidikan yang dibilang sudah maju. Justru, kemunduran merupakan hasil dalam segala bidang pendidikan. Tiga aspek dasar pendidikan yang diberikan dalam proses pendidikan belum dapat diserap dan dijadikan bagian integral diri anak didik. Pengetahuan tidak maksimal, sikap mengalami perubahan yang drastis, begitu juga keterampilan hilang dari diri anak. Ini meurpakan sebuah kenyataan yang tidak dapat kita pungkiri.
Hasil proses pendidikan dan pembelajaran memang tidak dapat dilihat untuk waktu yang singkat. Kita membutuhkan waktu yang relative lama untuk dapat mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran. Tetapi hal tersebut dapat kita lihat secara sampling dari lulusan sekolah di sekotar kita yang ternyata sudah tidak mencerminkan orang-orang berpendidikan. Sikap mereka dalam kehidupan bahkan tdiak sedikit yang seperti barbar. Pengetahuan mereka ternyata belum menjangkau untuk kondisi sekarang dan keterampilan yang mereka miliki ternyata sama sekali tidak dapat diajdikan sebagai satu kecakapan untuk hidup.
Untuk mengkondisikan sekolah sebagai sekolah plus, memang cukup rumit dan membutuhkan banyak aspek pendukung. Aspek pendukung inilah yang diharapkan dapat memberikan dukungan motivasi, baik mental maupun fisik. Dengan dukungan ini, maka pada setiap lini terdapat kesatuan kinerja yang diharapkan dapat memicu dan memacu setiap program yang dicanangkan sekolah. Sekolah plus memang merupakan sekolah dengan berbagai muatan yang diharapkan dapat membedakannya dengan sekolah lainnya, sejenis maupun tidak. Pada sisi lainnya, label plus yang kita pasang adalah merupakan apresiasi atas visi dan misi yang kita gotong pada saat memutuskan sekolah sebagai sekolah plus.
Visi adalah gambaran yang akan kita capai pada masa tertentu yang bersifat positif untuk kondisi setelah sekarang. Visi merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh manajemen sekolah dengan kesepakatan bersama dewan guru untuk menciptakan suatu inovasi sehingga selanjutnya proses pendidikan dan pembelajaran yang dilakukan dapat memberikan bekal plus bagi anak didik. Bekal plus yang kita maksud adalah terintegrasinya setiap aspek pendidikan di dalam diri anak didik, artinya setelah mengikuti proses pendidikan, maka anak didik memperoleh bekal kognitif, afektif dan psikomotor secara integral dalam dirinya. Mereka tidak hanya intelek, tetapi sopan dan mempunyai keterampilan aplikatif bagi kehidupannya.
Sementara untuk dapat menjalankan program pendidikan plus bagi anak didik dan berharap dapat mencapai hasil maksimal, maka perlu kiranya kita memperhatikan 3(tiga) K aspek dasar ini:
a. Komitmen
Komitmen adalah kesepakatan kita untuk melakukan sebuah kegiatan. Komitmen ini merupakan dasar pelaksanaan kegiatan. Dengan komitmen ini, maka setiap orang yang terlibat dakan kegiatan mempunyai tanggungjawab untuk menjaga eksistensi kesepakatan yang sudah dibuat. Hal ini sangat penting sebab dengan komitmen yang tinggi, maka keterlaksanaan program dapat maksimal.
Untuk itulah, maka setiap elemen terkait dengan setiap program yang disusun dan dicanangkan oleh sekolah harus benar-benar mendukung. Hal ini karena elemen terkait dengan kegiatan adalah sosok-sosok penentu tingkat keberhasilan. Jika mereka tidak sepenuh hati mengikuti komitmen kegiatan, maka mereka akan menjadi pembeban kegiatan.
Komitmen ini memegang peranan penting dalam setiap program kegiatan, khususnya program pendidikan dan pembelajaran yang ditetapkan oleh pengelola sekolah. Dengan komitmen ini, maka setiap elemen harus ikut mengembangkan program. Jika hal ini tercipta, dinamisasi program dan kegiatan lebih terarah dan pasti.
Misalnya kita membuat komitmen untuk menyelenggarakan proses pendidikan dan pembelajaran plus, missal SMP Plus, SMA Plus dan sebagainya, maka setiap personil yang membuat komitmen harus dapat menjaga keteguhan hatinya dalam mengembangkan kesepakatan menjadi hal nyata. Setiap pembuat komitmen harus berusaha agar berperan maksimal.
b. Konsisten
Konsisten adalah keajegan, kesetiaan kepada komitmen yang sudah disetujui bersama. Di dalam pelaksanaan program kegiatan, semua elemen yang telah membuat komitmen kegiatan berkewajiban dan bertanggungjawab atas kelancaran proses. oleh karena itulah, maka keteguhan-nya terhadap komitmen benar-benar menjadi taruhan untuk kedepannya.
Ketika sekolah, pengelola sekolah dan semua civitas akademik sekolah membuat kesepakatan untuk menerapkan satu program baru, maka selanjutnya setiap elemen harus benar-benar yakin dan teguh atas pelaksanaan peran masing-masing dalam kegiatan. Selain itu, arah dan bentuk serta aspek kegiatan harus dijaga agar tidak mengalami pembiasan selama proses perjalanannya. Hal ini agar visi dan misi yang sudah diputuskan, disepakati bersama benar-benar dapat direalisasi.
Konsistensi atas segala komitmen bersama merupakan bentuk keteguhan kita atas keputusan yang sudah kita buat. Bagaimana-pun kita memang harus konsisten dengan segala yang sudah kita putuskan bersama. Jika kita konsisten dengan apa yang sudah kita putuskan, maka hal itu berrati separuh tujuan sudah tercapai.
Dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran plus, artinya kita sudah memutuskan untuk mencapai sesuatu yang lebih dibandingkan kondisi pada umumnya. Jika pada umumnya hasil proses pendidikan hanya anak-anak dengan tingkat intelektualitas dan sikap serta keterampilan minimal, maka setelah kita membuat komitmen sekolah plus, kita harus tetap pada jalur tersebut. Kita tidak boleh mengubah arah dan menghapus komitmen tersebut.
c. Konsekuen
Konsekuen adalah kemampuan dan kemauan untuk menerima segala akibat kegiatan dengan lapang hati dan besar jiwa. Setiap orang dalam kehidupan ini mempunyai tanggungjawab dan kewajiban terhadap segala hal yang sudah, sedang dan akan dilakukan untuk kelancaran hidupnya. Dalam proses pendidikan dan pembelajaran, setiap program yang telah dicanangkan memberikan dan menuntut tanggungjawab dan kewajiban
Untuk keterlaksanaan setiap program yang sudah dicanangkan bersama, maka setiap orang harus berani menghadapi setiap akibat dari kesepakatan yang dibuat. Pada penyelenggaraan proses pendidikan dan pembelajaran plus, maka setiap orang yang terkait dalam kegiatan harus berani menghadapi setiap akibat dari kebijakan yang sudah disepakati.
Artinya, mereka harus menyadari bahwa setiap kali kegiatan yang sudah disepakati memberikan tuntutan logis. Dan, mereka harus selalu siap menghadapi tuntutan tersebut dan memberikan solusi atas setiap permasalahan. Setiap orang harus menyadari dan menindaklanjuti setiap program dengan langkah konkrit untuk mewujudkan isi program. Dan, selanjutnya jika ternyata kesalahan, maka setiap orang harus berani bertanggungjawab atas semuanya.
Selain itu sebaiknya semua elemen menyadari bahwa program pembelajaran yang dilakukan di sekolah plus bukanlah menambahkan aspek pendidikan begitu saja ke dalam proses. Penyelenggaraan sekolah plus lebih ditekankan pada pemberdayaan keterampilan yang ada pada setiap aspek pendidikan dan mengintegralkan dalam sebuah proses terpadu. Sekolah plus bukan hanya menempelkan satu atau beberapa aspek pendidikan pada pembelajaran yang sudah ada, melainkan mengintegralkan setiap elemen pembelajaran sehingga 3 (tiga) aspek pembelajaran tersebut tersinergiskan dalam setiap mata pelajaran. Kita tidak perlu menambah jumlah mata pelajaran sebab jumlah mata pelajaran selama ini sudah termasuk sangat banyak sehingga menyebabkan anak didik kurang dapat berkonsentrasi sebab terlalu banyak yang harus dipelajari.
Jumlah pelajaran yang berjubel telah menjadi sesuatu yang sangat memberatkan bagi anak didik. Mereka seringkali melakukan protes atas jumlah pelajaran berjubel, tetapi tidak ada hasilnya. Oleh karena itulah, untuk penyelenggaraan sekolah plus perlu mempertimbangkan jumlah mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik. kita tidak boleh terbius oleh visi kita semata dan mengabaikan kondisi anak didik yang kelelahan atau kelabakan dengan materi pelajaran sangat banyak.
Pendidikan dan pembelajaran plus sebaiknya diarahkan untuk mengembangkan kemampuan anak didik berdasarkan kemampuan yang ada pada dirinya atau sebagai pengembangan aspek psikomotor dari setiap mata pelajaran yang sudah ada. Dan, pada umumnya penerapan aspek psikomotor ini merupakan upaya agar pendidikan dan pembelajaran anak didik utuh.
Fenomena sekolah plus memang tidak dapat kita hindarkan sebab tuntutan jaman sudah sedemikian besarnya. Walau sebenarnya, tambahan nama plus tersebut tidak perlu dilakukan sebab sejak dahulu setiap sekolah sebenarnya sudah menerapkan konsep plus dalam proses pembelajarannya. Hanya saja pada saat itu respon anak sangat besar sehingga tingkat keberhasilannya cukup tinggi. Disamping itu, hambatan dari lingkungan masyarakat masih kecil sehingga tingkat konsentrasi anak pada proses belajar sangat tinggi. Sementara, sekarang ini, gangguan dari lingkungan masyarakat sedemikian besar dan kuatnya sehingga anak didik harus melawan banyak sekali tantangan dan menyita konsentrasi belajarnya.
Sekolah-sekolah sekarang harus dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat agar eksistensinya terjaga dalam kehidupan masyarakat dan selanjutnya hal tersebut merupakan bentuk kesadaran tugas dan kewajiban sebagai institusi penyelenggara pendidikan dan pembelajaran. Sekolah harus selalu mengikuti setiap pola kehidupan masyarakat. Sekolah harus dapat membaca setiap peluang yang dapat memberikan kemudahan kepada anak didik untuk survive dalam kehidupannya. Kita harus selalu berpikir bahwa input yang kita dapat dalam proses pendidikan dan pembelajaran harus dapat menjadi output yang berkualitas. Lulusan sekolah kita harus ‘terpakai’ dalam kehidupan masyarakat.
Lulusan yang kita hasilkan dari proses pendidikan dan pembelajaran haruslah dapat menjadi outcome, tidak sekedar output sebagaimana selama ini. Mereka hanya memperbanyak jumalh lulusan yang tidak berarti bagi masyarakat. Pendidikan plus yang kita selenggarakan mempunyai konsekuensi logis seperti itu. Anak didik yang telah menyelesaikan masa pendidikan dan pembelajaran di sekolah kita harus mempunyai kompetensi lebih baik dari lulusan sekolah lain. Jika anak didik harus meneruskan masa pendidikannya, maka kompetensi tersebut dapat memberinya kemudahan dalam mengikuti ujian masuk ke perguruan tinggi. Jika ternyata anak didik harus memasuki dunia kerja, maka dengan kompetensi plus yang didapatkan dari proses pendidikan dan pembelajaran, maka anak didik tidak perlu bersaing ketat dengan calon tenaga kerja dari sekolah lain. Bahkan, hal terpenting yang selalu kita tekankaan kepada anak didik adalah kemandirian. Kita selalu menekankan kepada anak didik agar mereka berani mandiri dalam hidup sehingga tidak mempunyai ketergantungan pada orang lain.
Dan, proses pendidikan kita memang seharusnya menggarap kembali aspek kemandirian pada jiwa anak didik agar mereka menyadari bahwa sebenarnya mereka mempunyai kemampuan. Kemampuan tersebut tinggal mengasah dan mereka mempunyai kemampuan untuk menghadapi kehidupan dengan baik.
Pendidikan Berbasis Kecakapan Hidup (Life Skill)
Di dalam UU Sisdiknas Bab II, pasal 3 dituliskan, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak………berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri…”. Selanjutnya dilengkapi pada Bab III pasal 4 ayat 3, : Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran”.
Jelas bagi kita bahwa sebenarnya pendidikan yang kita selenggarakan telah dibuatkan sebuah koridor yang jelas yaitu kreativitas dan kemandirian. Anak-anak diberikan satu bimbingan agar kreatif sehingga tumbuh suatu kemandirian dalam kehidupannya. Kreativitas dan kemandirian merupakan satu kesatuan integral yang sinergis. Hal ini sangat penting sebab tuntutan kehidupan atas kedua hal tersebut memungkinkan kemampuan survive terhadap kehidupan ini.
Kreativitas dan kemandirian merupakan dua sisi mata uang. Ketika kreativitas tumbuh dengan suburnya, maka pada saat itu pula kemandirian mengiringi sebagai follow up dari segala hal yang dihasilkan oleh kreativitas tersebut. Pada jaman sekarang, kreativitas dan kemandirian sangat penting sebab pola kehidupan memang menuntut untuk bersikap seperti itu. Kreativitas dan kemandirian menjadi brandingself bagi setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat.
Persaingan hidup yang serba ketat dan sedikitnya lapangan kerja menyebabkan setiap orang harus berusaha untuk dapat survive dengan kemampuan yang dimilikinya. Mereka harus dapat menciptakan sesuatu yang berguna untuk dirinya dan masyarakat. Hal ini mengingat semakin lama kebutuhan masyarakat atas kreasi atau barang-barang semakin beragam. Barang-barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan estetis ataupun untuk meringankan beban kehidupan. Kita berkecenderungan untuk hidup serba ringan, mudah sehingga dibutuhkan alat-alat penunjangnya.
Pendidikan berbasis kecakapan hidup merupakan satu program pendidikan yang mengedepankan upaya pembekalan anak atas beberapa keterampilan khusus sehingga mempunyai kemampuan menghadapi hidup. Dengan program ini, maka diharapkan anak didik mempunyai kemampuan yang dapat dijadikan sebagai bekal hidup. Bekal tersebut diarahkan agar anak didik dapat melakukan sesuatu yang berguna untuk dirinya dan masyarakatnya.
Pada jaman sekarang, dimana pola kehidupan global telah menguasai setiap lapisan masyarakat, maka setiap elemen masyarakat harus mempunyai keterampilan khusus untuk bertahan hidup. Kita harus mempunyai nilai plus pada diri kita agar dapat menjalani hidup sebaik-baiknya. Untuk itulah, maka bekal yang kita miliki-pun harus plus, bekal plus tersebut dapat kita peroleh dari proses pendidikan dan pembelajaran yang mengedepankan pendidikan berbasis kecakapan hidup, life skill. Dengan pendidikan berbasis kecakapan hidup ini, maka anak didik mempunyai kemampuan untuk menghadapi kehidupan ini. Program pendidikan berbasis kecakapan hidup merupakan program yang memberikan muatan khusus pada mata pelajaran sehingga dengan muatan khusus tersebut, maka mereka tidak hanya menerima pengetahuan, sikap, tetapi yang terpenting adalah keterampilan aplikatif dari materi pelajaran mereka.
Pengertian berbasis kecakapan hidup tidak lain adalah setiap materi pendidikan dan pembelajaran diberikan muatan aplikatifnya untuk kehidupan. Dengan muatan aplikatif inilah sebenarnya kita mencoba untuk mengantisipasi kondisi anak setelah menyelesaikan masa pendidikannya. Kita tidak ingin anak-anak menjadi kelompok pengangguran terdidik, melainkan menjadikan mereka sebagai sosok-sosok kreatif yang mandiri. Hal ini karena untuk jaman sekarang ini kreativitas merupakan sumber penghasilan yang paling aplikatif bagi kehidupan.
Sudah saatnya kita mengembangkan pola pendidikan dan pembelajaran yang menggarap kreativitas dan kemandirian sebagai muatan utamanya. Sudah saatnya kita mengembalikan proses pendidikan dengan mendekatkan anak didik pada kebutuhan hidup. Kita melihat bahwa kesempatan anak untuk langsung berperan dalam kehidupan masyarakat jauh lebih efektif dibandingkan kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Jaman persaingan global mengharuskan setiap orang untuk selalu siap menghadapi berbagai kondisi kehidupan. Dan, guru atau sekolah melakukan proses pendidikan dengan mengkolaborasikan pengetahuan, sikap dan psikomotor secara sinergis dalam sebuah pembelajaran.
Memang, proses pendidikan dan pembelajaran merupakan proses pengantaran anak didik menuju kondisi terbaik bagi kehidupannya. Hal ini merupakan amanat penting bagi sekolah, guru dan dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kita meyakini bahwa dunia pendidikan telah menjadi menara api, menara air, dan menara emas yang mampu memikat setiap orang untuk berkerumun di sekitarnya. Mereka berusaha untuk mendapatkan manfaat bagi setiap menara tersebut dan selanjutnya menebarkannya sebagai sumber penghasilan hidupnya.
Begitulah yang hendak kita capai ketika memutuskan untuk menerapkan program pendidikan berbasis kecakapan hidup. Oleh karena itu, maka diperlukan komitmen dan konsistensi serta kemauan dan kemampuan menerima konsekuensi dari semua program yang sudah disepakati. Jika kita mampu memposisikan diri sebagaimana seharusnya, maka tentunya program dapat dilaksanakan dan berhasil mencapai visi dan misi yang diusung bersama.
Mngelola sekolah plus untuk pendidikana berbasis kecakapan hidup merupakan bentuk kesadaran dan apresiasi positif kita kepada dunia pendidikan dan kehidupan pada umumnya. Hanya dengan menyelenggarakan sekolah plus, maka bekal anak didik dapat seutuhnya. Dan, dengan bekal seutuhnya ini, maka hal tersebut memungkinkan anak didik survive dalam kehidupannya. Selanjutnya hal tersebut mencegah terjadinya penambahan jumlah pengangguran terdidik secara signifikan. Sehingga kedepannya anak didik kita mampu bersaing dengan anak dari negara lainnya. Dan, anak didik kita menjadi sosok-sosok panutan bagi anak lainnya. Semoga.