Minggu, 06 Februari 2022

BANGKITKAN SEMANGAT LITERASI

Semangat literasi adalah semangat perubahan. Semangat ini merupakan wujud dari kesadaran atas keterbatasan diri. Kita harus jujur dan berlapang hati terhadap kekurangan ini. Dan, tidak mungkin kita secara terus menerus terpuruk dalam kekurangan tersebut. Bahkan, UNESCO mengeluarkan pernyataan bahwa bangsa Indonesia untuk dapat maju, harus membiasakan kegiatan literasi, membaca 3 (tiga) buku dalam setahun.

Kegiatan literasi memang banyak ragam, kita batasi pada literasi baca dan tulis. Kedua macam literasi ini merupakan pondasi kegiatan literasi lainnya. Oleh karena itu, kita konsentrasikan diri pada literasi baca tulis. Dengan kegiatan membaca, maka kualitas diri dapat meningkat secara signifikan. Kita dapat memperoleh banyak pengetahuan dengan kegiatan membaca. Pengetahuan itulah yang akan mengangkat harkat dan martabat kita.

Sementara itu, kegiatan menulis merupakan tindak lanjut dari kegiatan membaca. Pada saat kita membaca, maka berbagai ilmu dan pengetahuan tersimpan dalam memori otak kita. Simpanan ilmu dan pengetahuan akan menjadi pemecah masalah hidup kita. Kita dapat menyelesaikan setiap permasalahan hidup karena kita mempunyai ilmu dan pengetahuan tentang masalah tersebut. Dalam konteks inilah, menulis merupakan tindak lanjut dari kegiatan membaca.

Ilmu dan pengetahuan yang kita simpan dalam memori otak, karena keterbatasan daya ingat dan semakin banyaknya persoalan hidup, dapat hilang karena lupa. Oleh karena itu, kita mengabadikan ilmu dan pengetahuan dalam bentuk tulisan. Ilmu dan pengetahuan yang kita tulis akan tetap abadi dan mudah menjadi ilmu dan pengetahuan orang lain, jika dalam bentuk tulisan. 

Ibarat makan dan buang kotoran, maka membaca dan menulis adalah kegiatan tersebut. Pada saat kita membaca, berarti saat itu kita sedang makan. Setelah kenyang dan dipertahankan dalam waktu tertentu, maka kita harus membuang sisa pencernaan, BAB ataupun BAK.  Tetapi dalam hal ini, kegiatan menulis justru mengeluarkan sari-sari ilmu dan pengetahuan yang tersimpan dalam memori otak. 

Pada saat membaca, otak kita mencernah setiap informasi dari segala bacaan kita. Sari-sari tersebut kita simpan dalam memori otak. Sari-sari ini dapat hilang karena lupa. Untuk mengantisipasinya, maka kita mengikatnya dalam bentuk tulisan. Kita tuliskan sari bacaan sedemikian rupa sehingga orang lain mudah memahaminya.

Kegiatan literasi, khususnya kegiatan membaca dan menulis harus kita tingkatkan. Peningkatannya tidak hanya terbatas untuk diri sendiri, melainkan untuk orang lain juga. Kita harus dapat mempengaruhi orang lain agar tidak kesulitan dalam mengembangkan kemampuan literasinya, terutama literasi baca dan tulis. Para penulis dan akademis yang mempunyai kemampuan baca dan tulis melebihi orang kebanyakan memikul tugas ini. Merekalah barisan sosok literat di negeri ini. 

Sedangkan, orang-orang yang ingin mengembangkan kemampuan literasinya tidak boleh pasif. Mereka harus merapat ke tokoh-tokoh literasi dan belajar. Sebuah pisau dapat tajam jika selalu diasah. Proses asah berarti menggesekkan pisau pada permukaan batu asah. Begitu juga dengan kita, harus merapat pada orang-orang yang kompetensi literasinya tinggi. Hidup perlu bergesek dengan yang lain agar lebih mampu. Untuk dapat terampil menulis, maka membaca lah lebih banyak, berinteraksilah dengan kaum literat, dan teruslah menulis. 

Sesungguhnya menulis itu mengikat kata hati dalam bentuk tulisan.

Ayo kita bangkitkan semangat literasi, untuk masa depan yang lebih baik.


Gembongan, 7 Februari 2022

Tidak ada komentar: