Jumat, 25 November 2022

BELAJAR BERBASIS PROYEK

PROGRAM PEMBEKALAN KETERAMPILAN MELALUI PEMBELAJARAN PROYEK
Mohammad Saroni

Belajar merupakan satu upaya yang dilakukan secara sadar sebagai pertanggungjawaban moral terhadap perkembangan kualitas diri. Oleh karena itu proses belajar merupakan kewajiban semua orang.  Belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan sepanjang hayat dikandung badan. Dan, belajar merupakan konsekuensi atas keberadaan diri dalam kehidupan. Tujuan proses belajar adalah mengkondisikan diri untuk dapat menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan. Aspek pengkondisiannya adalah 3 (tiga) kompetensi dasar, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Berdasarkan 3(tiga) kompetensi dasar tersebut, maka dapat kita kembangkan menjadi kompetensi sesuai kebutuhannya. Jika tujuannya agar dapat membaca, maka aspek belajar kita pada kompetensi membaca. Jika tujuannya agar dapat menghitung, maka aspek belajar kita pada kompetensi berhitungnya. Begitulah, kita belajar sesuai dengan kebutuhan. Dengan, demikian, maka proses belajar harus dijalani atau dilakukan secara optimal. 

Aspek psikomotor sebagai modal aplikatif hidup.

Salah satu aspek penting untuk menghadapi hidup secara langsung adalah kemampuan psikomotor. Kemampuan inilah yang membuat kita berkemampuan untuk menyelesaikan permasalahan hidup. Keterampilan seseorang akan menentukan kualitas hidupnya di masyarakat. Mungkin banyak orang yang mempunyai kualitas kognitif dan afektif yang bagus, tetapi tidak mempunyai keterampilan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah kehidupan.

Aspek psikomotor merupakan aspek penting yang secara langsung memberikan kemampuan aplikatif kepada anak didik. Dengan kemampuan ini, maka anak didik dapat menangani secara teknis kewajiban-kewajiban hidupnya. Aspek psikomotor ini memungkinkan anak difik untuk melakukan berbagai kegiatan hidup dengan kemampuan yang dimilikinya. 

Di dalam kehidupan, kemampuan seseorang di saat menghadapi dan menyelesaikan masalah sangat penting daripada sekedar pengetahuan tentang masalah. Kita boleh saja menguasai berbagai pengetahuan, tetapi jika hanya penguasaan pengetahuan, maka semua hanya akan menjadi retorika lisan semata. Orang hanya pintar menyampaikan teori-teori semata tetapi pada saat menghadapi permasalahan hidup nyata, mereka tersungkur. Mereka kalah telak. Akan lahir orang-orang banyak omong tetapi kemampuan kerja minim. Apalah artinya orang-orang seperti ini. Mereka akan menjadi pengganggu percepatan gerak perubahan. Mereka menjadi ahli debat yang kelabakan ketika diberikan kepercayaan untuk menangani permasalahan hidup.

Pembekalan aspek psikomotor kepada anak didik merupakan upaya kita untuk menjadikan anak-anak sebagai sumber daya manusia yang aplikatif. Anak-anak yang mempunyai kemampuan paripurna atas permasalahan hidup. Secara pengetahuan mereka mampu dan secara praktik, mereka tidak ada masalah. Kemampuan psikomotor merupakan penopang utama kemampuan kognitif. Pengetahuan yang disempurnakan dengan keterampilan menjadikan seseorang sebagai sumber daya manusia yang unggul. Kita membutuhan orang-orang berpengetahuan yang terampil menyelesaikan masalah. Pengetahuan sebagai modal teori dan keterampilan sebagai modal eksekusi.

Pembelajaran berbasis proyek

Proyek merupakan kegiatan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan untuk penyelesaian dalam kurun waktu tertentu dengan konsekuensi yang harus ditanggung oleh penanggungjawab kegiatan. Proses pembelajaran berbadis proyek mengedepankan kegiatan keterampilan secara paripurna. Keterampilan paripurna artinya tidak sekedar dapat menyelesaikan proyek, melainkan termasuk pada kegiatan-kegiatan persiapan. 

Sebagaimana umumnya, ketika sebuah proyek akan dikerjakan, maka harus dilakukan pengajuan proyek, langkah-langkah persiapan,, eksekusi proyek, evaluasi proyek, dan serah terima proyek, bahkan pemasaran hasil pekerjaan. Semua proses harus dilakukan oleh anak didik sehingga mempunyai pengalaman nyata dalam penanganan pekerjaan secara paripurna. Anak didik bukan sekedar tukang atau pekerja. Mereka adalah perencana kegiatan, meliputi membuat gambar kerja, menghitung kebutuhan bahan (kalkulasi biaya), menentukan alat-alat yang dipergunakan, perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian, dan bagaimana untuk pemasarannya.

Pembelajaran proyek bukan pembelajaran  personal. Guru tidak memberikan pekerjaan satu siswa satu pekerjaan (sasisapek), melainkan sekelompok siswa untuk satu pekerjaan atau proyek. Ini merupakan team work yang diharapkan solid dan dapat bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan. Dengan demikian, maka pembelajaran proyek merupakan miniatur dari suasana ataupun kondisi saat bekerja. Bahwa, dimanapun kita bekerja, maka kita adalah bagian dari team work di tempat kerja. Tidak ada seorang pekerja yang dapat bekerja sendirian. Mereka harus bekerjasama, saling membantu agar pekerjaan dapat selesai sesuai perkiraan waktunya serta ditangani secara tepat dan cepat. Dalam hal ini, bukan berarti karena keahlian kita mengelas, maka kita hanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pengelasan. Kita tetap harus membantu teman kerja lainnya jika dibutuhkan. 

Pembelajaran proyek mendidik anak didik agar dapat menyadari bahwa dia adalah bagian dari sebuah kelompok kerja yang menangani secara bersama sebuah pekerjaan. Mereka harus membangun suasana kerja yang kondusif sehingga setiap personil dapat melakukan peran masing-masing. Tidak ada yang pekerjaannya terlalu berat. Begitu juga, tidak ada yang pekerjaannya terlalu ringan. Orang bilang, nyolong balunge kancane. Di samping itu, agar tidak terjadi egoisme dalam bekerja. Karena pekerjaannya sudah selesai, maka dia dapat bersantai-santai menunggu pekerjaan untuknya. Sebagai bagian dari tim, maka kinerja seperti ini justru dapat mengganggu kelancaran jalannya penyelesaian proyek. 

Untuk protek yang harus dikerjakan anak didik dapat diperoleh dari masyarakat umum, atau masyarakat sekolah, civitas akademik sekolah, atau anak-anak merencanakan pekerjaan sendiri dan siap memasarkannya. Dalam hal pekerjaan dari masyarakat.umim, pihak sekolah menawarkan kepada masyarakat atas produk benda kerja yang dapat dikerjakan anak didik.

Pentingnya pendidikan vocasional

Kebutuhan sumber daya manusia yang terampil menuntut dunia pendidikan untuk menyesuaikan diri, terutama institusi pendidikan vocasional. Pendidikan vocasional memang diarahkan pada penguasaan keterampilan yang paripurna. Materi dan proses pembelajaran dilakukan dengan mengefektifkan berlatih dan berlatih. Anak didik secara intens diberikan pelatihan sesuai dengan kompetensi yang diinginkannya. Porsi latihan, khususnya latihan kompetensi diberikan dengan dengan prosentase lebih besar daripada yang lainnya. Jika dari tiga aspek dasar pendidikan diberikan, maka proses dibagi menjadi 3 (tiga) bagian dengan prosentase keterampilan lebih banyak. Anak didik memang diarahkan untuk terampil melakukan pekerjaan.
3 (tiga) bagian dasar proses pendidikan afektif, kognitif, dan psikomotor memang harus berikan kepadananak didik secara proporsional. Dengan kondisi tersebut, maka anak didik mendapatkan pembekalan yang lengkap. Anak berkatakter, anak berpengetahuan, dan anak berketerampilan. Kondisi ini memang ideal dan sesuatu yang ideal itu merupakan situasi yang sempurna. Dan, tidak ada yang sempurna dalam hidup ini. Walaupun kita berusaha sekuat tenaga untuk mencapai kondisi ideal (sempurna), tetapi tak akan pernah mencapai kondisi ideal/sempurna. Kesempurnaan hanya milik sang Pencipta alam.

Tetapi, pembelajaran dengan sistem proyek sangat memungkinkan anak didik mendapatkan bekal secara lengkap, afektif, kognitif, dan psikomotornya. Dengan demikian, maka anak didik lebih siap menghadapi berbagai masalah kehidupan. Aspek pengetahuan, teori dapat dikuasai dengan baik. Aspek keterampilan juga dapat dikuasai. Begitu juga halnya denhan aspek karakternya. Ketiga aspek tersebut merupakan aspek penting dalam kehidupan. Memang belum sempurna, tetapi setidaknya anak didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahannya. 

Pembelajaran vocasional merupakan salah satu program pembelajaran berbasis keterampilan. Anak didik diberikan proses yang mengedepankan pembekalan keterampilan. Pembekalan keterampilan mendapatkan porsi lebih banyak di dalam proses pembelajarannya. Artinya, anak didik dikonsentrasikan untuk lebih pada pembelajaran keterampilan yang mendukung kompetensinya ataupun yang aplikatif dalam kehidupan masyarakat. Kompetensi aplikatif yang diberikan kepada anak didik adalah sebuah keterampilan yang siap terapkan. Anak didik tidak perlu lagi mengikuti dilat-diklat kompetensinya. Dengan pembekalan keterampilan aplikatif ini, anak didik tidak lagi sebagai tenaga kasar melainkan adalah seorang tenaga ahli kerja. Dia sudah mempunya kompetensi yang paripurna untuk mengerjakan berbagai pekerjaan. 

Jika kita rujukan dengan pola kehidupan bangsa yang sangat dinamis, dimana perkembangan teknologi yang sangat pesat serta kebutuhan teknologi yang terus mendesak, maka pembelajaran vocasional menjadi sangan relevan. Anak sisik dipacu untuk menjalani proses pembelajaran yang  identik dengan pola kerja di dunia kerja. Anak didik dihadapkan situasi nyata dalam pekerjaan. Lingkungan sekolah disulap menjadi semacam workshop dari sebuah perusahaan dimana semua pekerjaan dilakukan di tempat itu. Dengan demikian, tidak hanya keterampilan anak didik yang dikembangkan, melainkan juga pola kerja dan kinerja mereka. Anak didik terbiasa berada di lingkungan kerja dan tidak kaget ketika dihadapkan berbagai macam pekerjaan dan ragam orang yang datang, pelanggan. 

Pembelajaran berbasis proyek memang merupakan proses pembekalan kemampuan yang prospektif di negeri kita. Kita harus membuat gebrakan proses yang menyadarkan anak didik tentang pentingnya keterampilan aplikatif untuk menghadapi kehidupan yang semakin ketat persaingannya. Jika tidak, maka kita akan terjegal dan tersingkir dari lingkaran kehidupan yang efektif. Bekal keterampilan merupakan nilai tambah yang dimiliki seseorang sehingga mudah memasuki lapangan pekerjaan dalam kehidupan. 

Selama ini, proses pembelajaran dilakukan dalam upaya untuk memberikan dan mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan dianggap sebagai modal penting dalam menghadapi kehidupan. Pengetahuan memungkinkan seseorang untuk menyelesaikan setiap permasalahan hidup yang dihadapinya. Mereka beranggapan bahwa teori merupakan dasar dari setiap keteranpilan. Dengan mempunyai pengetahuan dasar ini, maka kita sudah mempunyai kunci untuk menguraikan atau menyelesaikan masalah. Kita dapat mengetahui kunci permasalahan yang kita hadapi. Dengan demikian, maka kita lebih mudah menghadapi permasalahan. Kita tidak akan kesulitan. Tetapi, kenyataan yang kita temukan dalam kehidupan ini adalah bahwa tanpa keterampilan dasar, maka kita tetap akan mengalami kesulitan dalam menghadapi hidup. Keterampilan dasar inilah yang sesungguhnya merupakan modal dasar hidup. 

Kamis, 03 November 2022

MENGEMBANGKAN POTENSI GURU

Guru adalah sosok yang bertanggungjawab secara langsung pada proses pendidikan. Tanggungjawab yang dimaksud terkait dengan persiapan, pelaksanaan, dan hasil proses pendidikan. Guru adalah ujung tombak keberhasilan ataupun kegagalan proses pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk mencapai keberhasilan proses. 

Peranan guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran mendampingi anak didik melakukan proses pengembangan kompetensi diri dalam 3 (tiga) aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek ini merupakan modal untuk menghadapi kehidupan. Oleh karena itu, ketiga aspek tersebut harus menjadi bagian integral dalam diri setiap orang. 

Guru sebagai sosok pengembang kemampuan anak didik, masyarakat pada umumnya, maka harus mengembangkan kemampuan dirinya. Pengembangan kemampuan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Setiap guru harus menyadari bahwa hal ini sebagai pertanggung jawaban moral. Guru itu digugu dan ditiru, artinya segala omongan dan tindakannya harus dapat digugu dan ditiru oleh anak didik dan masyarakat di lingkungannya. 

Banyak cara yang dapat diterapkan untuk pengembangan kemampuan atau potensi guru. Pengembangan kemampuan guru merupakan langkah konkret untuk menjadikan guru selalu siap menghadapi setiap permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan. Cara pengembangjan kemampuan dan potensi guru adalah:

1. Pendidikan

Upaya pengembangan kemampuan dan potensi guru dapat dilakukan dengan pendidikan berkelanjutan. Guru harus terus melakukan proses pendidikan dirinya agar kemampuan dirinya meningkat.  Pendidikan itu seumur hidup, setiap saat kita menjalani proses pendidikan agar modal diri kita dapat menjawab dan menyelesaikan permasalahan hidup. 

Guru adalah agen pendidikan sehingga merupakan keharusan untuk secara terus menerus mengembangkan kemampuan dirinya. Pengembangan kemampuan diri ini bertujuan agar selalu ada persediaan kompetensi diri yang disampaikan untuk anak didik. 

Pada sisi lain, ada yang mengatakan bahwa pendidikan itu terkait pada upaya pengembangan kualitas katakter. Seseorang yang mengikuti proses pendidikan bertujuan untuk mengembangkan karakter dirinya sehingga menjadi lebih baik. Oleh karena itu peranan guru harus lebih efektif sebagai agen pendidikan, bahkan agen perubahan. Perubahan yang dimaksud dalam hal ini adalah perubahan karakter buruk menjadi karakter baik. Keberhasilan proses pendidikan dapat kita lihat dari perubahan karakter ini. 

Seorang guru harus mengembangkan kemampuan dirinya meningkatkan pendidikannya. Seorang guru tidak boleh merasa nyaman dengan kompetensi yang sudah dimilikinya. Hal ini karena kehidupan ini sangat dinamis sehingga setiap saat mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi adalah semakin baik dan tentunya semakin maju. Kondisi ini menuntut setiap orang untuk mampu menghadapi dan menyelesaikan setiap kondisi. Jika tidak, maka akan tergilas oleh putaran roda kehidupan. 

Dan, guru sebagai agen pendidikan, pembelajaran, dan agen perubahan, maka peningkatan kemampuan diri sangat penting dan menjadi kewajiban.

b. Pelatihan

Kemampuan dan potensi seorang guru dapat dikembangkan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan. Pelatihan ini diyakini dapat mengembangkan kemampuan seseorang, dalam hal ini guru. 

Oleh karena itu, banyak pelatihan yang ditujukan untuk para guru. Mereka mengikuti berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan diri. Mereka melatih diri pada berbagai kompetensi. Kita harus meyakini bahwa sesungguhnya kemampuan yang kita miliki merupakan hasil dari pelatihan-pelatihan yang kita ikuti.

Saat sekarang ini berbagai pelatihan diselenggarakan, baik institusi terkait maupun komunitas-komunitas peduli pendidikan, pengembangan kompetensi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada pelatihan yang berbayar, tetapi tidak sedikit elatihan yang diselenggarakan secara gratis. Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, maka kompetensi dan potensi guru dapat meningkat secara signifikan. Peningkatan kompetendi dan potensi ini membawa peningkatan pada proses pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakannya.

Seorang guru harus menyadari kenyataan bahwa kemampuan yang dimiliki masihkah sedikit dan perlu ditingkatkan terus. Dan, pelatihan-pelatihan merupakan langkah konkret untuk hal tersebut. Jangan engganuntuk mengikuti proses pelatihan sebab proses tersebut untuk meningkatkan kemampuan diri dan selanjutnya dapat meningkatkan proses pendifikan dan pembelajaran, serta mampu meningkatkan kualitas hasil prosesnya.

c. Belajar

Belajar merupakan proses pengkondidian diri sehingga terjadi pengembangan kompetensi dan potensi. Setiap orang berkewajiban untuk belajar. Belajar adalah tanggungjawab pribadi yang mrlrkat pada diri setiap orang sampai mereka meninggal. Oleh karena itu dikatakan bahwa proses belajar itu seumur hidup. Selama kita masih hidup, maka selama itu pula kita harus belajar.

Mengapa kita harus belajar seumur hidup? Selama kita hidup, kehidupan memberikan permasalahan yang tiada henti, tiada habis. Selalu ada permasalahan yang harus kita hadapi dan selesaikan agar tidak mengalami kesulitan. Jika kita hanya mengandalkan kemampuan yang sudah kita miliki, maka kita akan mengalami kesulitan. Permasalahan hidup semakin lama semakin berat dan sulit sehingga kemampuan yang kita miliki akan menjadi kemampuan usang,kemampuan yang tidak mempunyai kemampuan untuk menghadapi spalagi menyelesaikan permasalahan baru. Oleh karena itu, kita harus belajar!

Untuk melakukan proses belajar dapat kita lakukan secara mandiri, nonformal (autodidak) atau secara formal ( terbimbing dan terdampingi). Kemajuan teknologi yang sedemikian pesat merupakan satu keuntungan bagi kita, khususnya teknologi informasi. Kita dapat melakukan proses belajar secara daring (dalam jaringan). Banyak aplikasi dan laman yang siap memberikan bantak informasi kognitif, afektif, dan psikomotor untuk kita. Kita tinggal klik laman yang kita inginkan dan mengetikkan materi informasi yang kita butuhkan. Maka, kita dapat menemukan banyak kemungkinan laman yang sisp memberikan informasi kepada kita. Pilih saja salah satu laman tersebut, maka muncullah informasi yang kita buyuhkan. Dan, kita dapat belajar dari laman tersebut. 

Seorang guru tidak boleh berhenti belajar sebab dia harus mengupdate pengetahuan yang dimilikinya. Dia harus merefresh kompetensinya sesuai dengan kondisi di kehidupan masyarakat. Guru itu digugu dan ditiru. Setiap perkataannya selalu digugu, dipercaya orang dan setiap tindakannya akan ditiru oleh masyarakatnya. Bagaimana jadinya jika pengetahuan guru tidak mampu menjawab permasalahan hidup yang terjadi di kehidupan masyarakat?

d. Mengajar

Untuk mengembangkan kemampuan dan potensinya, maka guru harus intens melakuksn proses mengajar. Mengajar adalah proses transfer pengetahuan dalam dirinya ke orang lain, anak didik. Guru harus terus mengajar agar kompetensi dan potensi 8 semakin meningkat. Pada saat1 melakukan kegiatan mengajar sebenarnya terjadi proses refreshing dan pembaruan kemampuan serta potensi guru.

Seorang guru harus mengajar. Jika tidak, maka eksistensinya sebagai guru perlu dipertanyakan. Bagaimana seseorang yang memposisikan dirinya sebagai guru tetapi tidak mengajar? 

Sebenarnya, proses mengajar itu adalah proses pengasahan kemampuan dan potensi guru. Pada saat mengajar, maka seorang guru harus memeras kemampuan dan potensi dirinya sehingga informasi yang tersimpan dalam memori otaknya dapat ditransfer ke anak didik. Semakin intens mengajar,maka semakin tajam daya ingat guru. Hal ini mengisyaratkan bahwa kompetensi dan potensi guru semakin bagus. Bukankah jika kita melakukan proses mengajar berarti kita mengulang hal yang sama pada waktu yang berbeda? Jika kita terus-terusan melakukan pengulangan, maka kita akan hafal dengan materi yang kita ajarkan. Semakin hafal, maka semakin mudah melksanakan kewajiban mengajar. 

e. Berinteraksi aktif dengan anak didik.

Di dalam proses pendidikan dan pembelajaran, ada 2 (dua) pihak penting yang berperan, yaitu pendidik dan pedidik. Dua pihak ini berinteraksi dan berkomunikasi dalam koridor pendidikan. Dengan pola seperti ini, proses dapat dilakukan secara formal, informal, bahkan nonformal di lingkungan sekolah. Hal ini karena kemampuan guru memposisikan diri sebagai guru, sebagai orangtua, sebagai teman, bahkan sebagai orang-orang penting lainnya dalam kehidupan anak di masyarakatnya.

Seorang guru harus berinteraksi aktif dengan anak digiknya. Interaksi ini tidak hanya terbatas pada interaksi belajar formal, tetapi dapat dilakukan dalam interaksi personal secara umum, informal maupun nonformal. Dalam interaksi ini, guru tidak terbatas pada interaksi dan komunikasi tentang pendidikan dan pembelajaran. 

Guru dapat saja melakukan interaksi dan komunikasi sebagai pribadi. Interaksi dan komunikasi pribadi ini memungkinkan situasinya lebih kondusif. Guru berperan sebagai teman, saudara, tokoh masyarakat, dan yang lainnya. Dengan kondisi tersebut, maka komunikasi dan interaksi lebih fleksibel. Anak difok dapat mengkomunikasi hal-hal private yang mungkin sulit disampaikan ke orang lain. Dan, guru bersikap arif untuk mendengarkan hal-hal tersebut dan menyimpannya sebagai informasi yang bersifat private. 

Pengembangan kompetensi dan potensi seharusnya merupakan kebutuhan, bukan sekedar tuntutan profesi. Hal ini karena kompetensi dan potensi diri merupakan modal guru menjalankan kewajibdnnya sebagai agen pendidikan pembelajaran dan perubahan. Dengan menjadikannya sebagai kebutuhan, maka kesadaran jntuk hal tersebut bukan sekedar untuk menutupi ketakutan karena tuntutan profesi melsinkan kebutuhan diri.

Semoga coretan ini dapat memberi pencerahan bagi kita sehingga dapat menjalankan tugas dan kewajiban secara optimal. Semangat!!


Mohammad Saroni
Penulis buku Personal Branding Guru
Domisili Gembongan, Gedeg, Mojokerto
CP 085784990514