Seorang guru adalah sosok yang diharapkan dapat menjadi panutan orang banyak, terkhusus anak didiknya. Tentunya hal tersebut bukan sesuatu yang ringan bagi seseorang yang memutuskan berprofesi sebagai guru. Sebab, profesi merupakan pekerjaan yang dilandasi oleh profesionalisme tinggi dan berbekal kemampuan yang didapat dari pendidikan khusus serta pelatihan-pelatihan terkait pekerjaan. Seseorang yang memutuskan menjadi guru harus mengembangkan kemampuan dirinya dengan kompetensi-kompetensi khusus terkait pekerjaan sebagai guru. Hal ini karena tidak semua orang yang pandai dapat menjadi guru. Guru tidak hanya mengajar, melainkan juga mendidik. Seseorang dapat saja menjadi guru, tetapi terbatas pada proses mengajar, sementara proses mendidik dibutuhkan kompetensi khusus.
Urgensi Mengajar dan Mendidik
Mengajar dan mendidik adalah dua kegiatan yang berbeda. Tetapi, meskipun demikian, keduanya harus bersinergi untuk mencapai proses secara optimal. Kita harus melakukan perseimbangan antara mengajar dan mendidik karena tuntutan profesi. Hal ini karena tujuan kita adalah mencetak sumber daya manusia yang berpengetahuan, berketerampilan, dan berkarakter sesuai kondisi masyarakat. Kita ingin sumber daya manusia yang seutuhnya, jasmani dan ruhani. Keutuhan ini akan melahirkan manusia-manusia pandai, terampil, dan beradab.
Mengajar adalah proses transfer pengetahuan yang dilakukan secara terstruktur, terencana, dengan tujuan yang jelas.
Proses ini dilakukan berdasarkan tingkat kemampuan peserta didik. Hal ini ini karena tingkat kemampuan setiap peserta didik tidak sama untuk setiap level usia dan kemampuan logikanya. Oleh karena itu, proses dilakukan secara terstruktur dan berjenjang.
Jenjang ini menentukan isi yang harus ditransfer ke peserta didik. Kita tidak dapat memaksakan diri untuk mengkondisikan peserta didik menerima isi yang belum saatnya diterima. Jenjang level yang kita maksudkan diwujudkan dalam bentuk tingkat pembelajaran, misalnya SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Bahkan, saat sekarang, anak-anak USIA dini sudah dipersiapkan untuk memasuki proses pembelajaran, terutama pada aspek bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Jadi mengajar itu terutama terkait dengan pengetahuan, baik umum maupun khusus. Seorang guru harus dapat melakukan proses ini sehingga kemampuan prosesnya sesuai dengan kebutuhan.
Mendidik merupakan proses pengkondisian diri peserta didik, khususnya pada aspek karakter diri. Seorang guru harus dapat memberikan bimbingan, teladan, dan panutan kepada peserta didik sehingga dapat menjadi sosok yang berkarakter.
Dalam konteks ini, seorang guru harus dapat memposisikan diri sebagaimana orang tua peserta didik. Seorang guru harus dapat memberikan arahan positif kepada peserta didik. Sebagaimana orang tua, maka seorang guru harus mampu membentuk karakter peserta didik sehingga dapat memposisikan diri dalam kehidupan bermasyarakat sebagai sosok yang bermartabat.
Aspek ini membutuhkan waktu proses yang sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Hal ini terkait dengan modal dasar mental atau karakter yang dimiliki peserta didik sebelum mengikuti proses pendidikan. Modal dasar ini terkait dengan kondisi lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat asalnya.
Oleh karena itu, kita harus ekstra kerja keras untuk melakukan proses pendidikan ini. Seringkali, transfer nilai-nilai positif kehidupan berbenturan dengan modal dasar yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Contoh sederhana dan konkret adalah sikap saat berinteraksi dengan orang lain. Tidak sedikit peserta didik berasal dari lingkungan keluarga yang keras dan didukung lingkungan masyarakat yang tidak tahu unggah ungguh, yang akhirnya bertentangan dengan nilai-nilai yang akan ditanamkan oleh guru.
Mendidik itu lebih berat daripada mengajar. Seseorang boleh jadi dapat mengajar, tetapi tidak selalu dapat mendidik. Hal ini karena mendidik sangat terkait dengan kondisi mental seseorang. Pertentangan - pertentangan nilai sering menjadi pemicu kegagalan proses pendidikan. Ada pengalaman seorang guru yang mencoba untuk menanamkan nilai bahwa merokok itu tidak sehat. Maka, dibuatlah peraturan yang melarang peserta didik untuk merokok dengan segala konsekuensinya jika melanggar. Dan, ketika ada peserta didik yang melanggar dan diproses sesuai ketentuan, dengan mendatangkan orang tua ke sekolah. Ternyata dari pembicaraan dengan orang tua, peserta didik tersebut berbagi rokok dengan ayahnya. Artinya, di lingkungan rumah tidak ada peraturan yang melarang anak untuk merokok. Kondisi ini merupakan tantangan bagi guru.
Tantangan Dinamisasi Kondisi
Proses mengajar dan mendidik sangat terpengaruh oleh kondisi yang ada di lingkungan masyarakat, terutama proses mendidik. Pengaruh kondisi lingkungan sangat besar terhadap proses secara keseluruhan sebab selalu terjadi perubahan pola.
Pola-pola kehidupan selalu mengalami perubahan yang sangat signifikan terhadap proses pendidikan dan pembelajaran. Hal ini karena tingkat kebutuhan dan ragam kehidupan masyarakat yang mengalami peningkatan dan penyesuaian terhadap kondisi global.
Perubahan pola kehidupan berdampak pada pola proses pendidikan dan pembelajaran. Hal ini karena proses pendidikan merupakan upaya sadar untuk melakukan perubahan kemampuan pada peserta didik. Akibatnya, teknik dan metode proses pendidikan dan pembelajaran juga harus menyesuaikan diri dengan proses yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
Aspek pengetahuan kemungkinan perubahan kecil, tetapi aspek pendidikan perubahannya sangat besar. Perubahan isi materi pembelajaran mungkin sedikit sebab perubahan pengetahuan sangat lambat. Penemuan-penemuan terkait pengetahuan membutuhkan proses yang _njelimet_ sehingga membutuhkan waktu yang lama. Jika pun terjadi perubahan, secara cepat kita mengadaptasikan diri terhadap perubahan tersebut. Misalnya perubahan pengetahuan tentang bidang otomotif, kita dapat segera beradaptasi sehingga segera dapat menguasai teknologi terbaru tersebut. Tetapi, perubahan terhadap karakter tidaklah mudah untuk mengadaptasikannya. Pembentukan karakter membutuhkan waktu yang lama.
Kondisi ini merupakan tantangan terhadap proses pendidikan. Setiap saat karakter personal dan global selalu mengalami perubahan. Akibat perubahan tersebut, maka kita harus beradaptasi agar proses dapat berlangsung optimal. Tetapi, kita menyadari bahwa perubahan karakter bukanlah hal yang mudah. Karakter dasar setiap orang sangat berbeda sehingga jika kita berusaha untuk mengarahkan, maka dapat terjadi benturan, friksi, bahkan pertentangan. Oleh karena itu, proses.pendidikan lebih sulit dibandingkan proses.pembelajaran.
Mana yang lebih dahulu, pendidikan ataukah pembelajaran?
Dalam kehidupan ini, ada 2 (dua) aspek penting yang harus kita kondisikan sehingga dapat.menjadi sosok yang seutuhnya. Kedua aspek tersebut adalah fisik dan psikis. Pengetahuan dan karakter diri anak didik.
Lantas, mana yang harus kita dahulukan? Apakah kita mengajar terus mendidik ataukan kebalikannya, mendidik terus mengajar?
Mari kita simak kelanjutannya di tulisan berikutnya!
Gembongan, 2 Mei 2023
Refleksi Hari Pendidikan Nasional
Mohammad Ssroni
Tinggal di Gembongan, Gedeg, Mojokerto
CP. 085784990514
Penulis buku Orang Miskin Harus Sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar