Pendidikan, seperti yang kita ketahui mempunyai bidang garapan personal, yaitu anak-anak yang pada akhirnya diharapkan dapat menjadi sosok-sosok penting dalam ekhidupan berbangsa dan bernegara di negeri tercinta ini.
Menyadari hal tersbeut, maka sudah seharusnya kita semua memberikan respon dan berperan aktif untuk keberhasilan proses tersebut. Bahwa proses pendidikan dan pembelajaran membutuhkan kerjasama dari semua pihak sebab yang digarap dalam bidan pendidikan dan pembelajaran adalah semua lini.
Oleh karena itulah, maka seharusnya memberikan susmbangsih ide atau tindakan konkrit untuk memperlancar, mempermulus jalir jalan proses pendidikan. Peranan Pemerintah, Masyarakat, Guru dan sekolah serta anak didik dan orangtua merupakan aspek penting tersebut.
Mari KIta menumbuhkan kesadaran bersama atas proses pendidikan dan pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran itu sendiri.
Kapan lagi kita berbuat, jika tidak mulai sekarang. Walau sebenarnya mulai sekarang adalah hal yang snagat terlambat!
Pendidikan manusia seutuhnya memungkinkan terciptanya manusia-manusia berimbang. Obor pendidikan berusaha menjembatani dan memberikan penerangan dan penghangatan dunia pendidikan
Rabu, 20 Mei 2009
Rabu, 06 Mei 2009
Belajar Berjiwa besar
Satu hal yang selama ini sulit untuk dilakukan oleh kebanyakan orang adalah berjiwa besar. Rata-rata orang berpikir bahwa dirinya selalu dalam kondisi terbaik dan meletakkan orang lain di bawah tingkatan mereka. In bukan sekedar rasa percaya diri, tetapi lebih pada narsisme yang kental.
Sudah menjadi takdir bahwa setiap orang selalu berpikir untuk dirinya sendiri.Mereka berpikir bahwa dirinya yang terpenting dalam kehidupannya, mengabaikan peranan orang lain, yang tentunya juga berperan memperlancar kehidupannya.Begitu narsisnya sehingga terkesan bahwa orang lain tidak ada fungsinya untuk dirinya.
Tetapi, masalah timbul saat mereka harus berinteraksi di dalam suatu komunitas masyarakat.Karena narsisme yang diusungnya sebagai pola kehidupannya, maka kaku dan getas. Tidak ada rasa percaya pada orang lain dan tidak dapat menerima eksistensi orang lain dalam kehidupannya.
Tentunya hal ini sangat bagus jika dilandasi dengan jiwa besar. Narsisme yang tentunya berlebihan ini justru dapat mematikan diri jika kondisi jiwa labil atau gampang patah. ornag-orang yang narsis sebenarnya mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi, tetapi karena hal tersebut, mereka jadi mengabaikan peranan orang-orang di sekitarnya. Mereka menganggapa apa yang didapatkan adalah hasil usahanya sendiri.
Dan, pada saat mereka menghadapi masalah, terutama terkait dengan interaksi antar personal, benturan dan friksi antar pribadi yang seringkali membuat mereka langsung meletup!
Oleh karena itulah, maka hal terbaik adalah kita belajar untuk dapat berjiwa besar. Kita harus dapat memposisikan diri sedemikian rupa sehingga mempunyai kemampuan untuk menerima setiap kondisi yang ada dan menghadapinya dengan kondisi stabil, tidak meletup-letup. Kita harus berjiwa besar.
Seperti ketika kita menghadapi benturan karena tugas dan kewajiban moral mengantar anak didik. Saat kita menyadari bahwa Ujian Nasional begitu berat bagi anak didik kita, padahal sebelumnya kita sangat yakin anak didik kita mampu menghadapi kondisi, tetapi ternyata semua amblas sebab anak didik tidak dapat maksimal.
Dalam kondisi seperti ini, tidak mungkin kita meletupkan amarah, kita harus berjiwa besar dan menerima kondiis tersebut sebaik-baiknya. Itlah kehidupan...
Sudah menjadi takdir bahwa setiap orang selalu berpikir untuk dirinya sendiri.Mereka berpikir bahwa dirinya yang terpenting dalam kehidupannya, mengabaikan peranan orang lain, yang tentunya juga berperan memperlancar kehidupannya.Begitu narsisnya sehingga terkesan bahwa orang lain tidak ada fungsinya untuk dirinya.
Tetapi, masalah timbul saat mereka harus berinteraksi di dalam suatu komunitas masyarakat.Karena narsisme yang diusungnya sebagai pola kehidupannya, maka kaku dan getas. Tidak ada rasa percaya pada orang lain dan tidak dapat menerima eksistensi orang lain dalam kehidupannya.
Tentunya hal ini sangat bagus jika dilandasi dengan jiwa besar. Narsisme yang tentunya berlebihan ini justru dapat mematikan diri jika kondisi jiwa labil atau gampang patah. ornag-orang yang narsis sebenarnya mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi, tetapi karena hal tersebut, mereka jadi mengabaikan peranan orang-orang di sekitarnya. Mereka menganggapa apa yang didapatkan adalah hasil usahanya sendiri.
Dan, pada saat mereka menghadapi masalah, terutama terkait dengan interaksi antar personal, benturan dan friksi antar pribadi yang seringkali membuat mereka langsung meletup!
Oleh karena itulah, maka hal terbaik adalah kita belajar untuk dapat berjiwa besar. Kita harus dapat memposisikan diri sedemikian rupa sehingga mempunyai kemampuan untuk menerima setiap kondisi yang ada dan menghadapinya dengan kondisi stabil, tidak meletup-letup. Kita harus berjiwa besar.
Seperti ketika kita menghadapi benturan karena tugas dan kewajiban moral mengantar anak didik. Saat kita menyadari bahwa Ujian Nasional begitu berat bagi anak didik kita, padahal sebelumnya kita sangat yakin anak didik kita mampu menghadapi kondisi, tetapi ternyata semua amblas sebab anak didik tidak dapat maksimal.
Dalam kondisi seperti ini, tidak mungkin kita meletupkan amarah, kita harus berjiwa besar dan menerima kondiis tersebut sebaik-baiknya. Itlah kehidupan...
Minggu, 03 Mei 2009
Persiapan Mental Bagi Lulusan SMK
Persaingan dalam segala hal pada jaman globalisasi ini sungguh sangat menuntut setiap orang untuk siap. Siap yang dimaksudkan dalam hal ini kesiapan dalam segala hal. Bahwa ketika seseorang harus mengahdapi kehidupan, yaitu saat mereka menyelesaikan masa belajar dan harus menerapkan hasil belajarnya,maka pada saat tersebut dia harus menghadapi segala hal yang ada di dalam kehidupan. Dia tidak dapat menghindarkan semua itu, sebab setiap orang mendapatkan jatah yang proporsional utnuk dirinya masing-masing.
Oleh karena itulah, maka anak didik, khususnya yang sudah kelas tiga seharusnya sudah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga mereka tidak hanya mempunyai kemampuan ilmu, melainkan juga kemampuan untuk mengaplikasi pengetahuan/ilmu tersebut dalam kehidupannya. Hal iniyang sebenarnya sangat perlu diperhatikan oleh semua pihak, khususnya yang terkait dengan proses pendidikan dan pembelajaran anak didik.
Saat anak didik dalam lingkungan sekolah, pendidikan dan pembelajaran, mereka dikondisikan pada suatu situasi yang ideal sehingga seringkali hal tersebut justru menjadi hambatan saat terjun ke dalam lingkungan masyarakat. Hal ini karena,seringkali idealisme di dalam proses pendidikan dan pembelajaran sama sekali tidak sinkron dengan kondisi di kehidupan nyata. Ada nilai-nilai relativitas yang harus dimiliki oleh anak didik saat harus terjun ke masyarakat, sementara di saat mengikuti proses pendidikan, mereka dituntut untuk mencapai nilai mutlak, hal terbaik yang harus didapatkan pada setiap proses pendidikan dan pembelajarannya.
Maka, tidak jarang anak didik mengalami ketegangan yang hebat saat menghadapi kehidupan di masyarakat. Mereka mengalami friksi dan benturan hebat antara fisik dan psikisnya. Idealisme dan realitas berbenturan sehingga anak merasakan betapa mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran membuatnya kesulitan, bingung.
Anak didik perlu dipersiapkan sedemikian rupa sehingga mereka sama sekali tidak kaget saat menghadapi kondisi nyata kehidupan. Mental mereka harus dipersiapkan sehingga tidak mengalami ketegangan jika ternyata berbenturan dengan idealisme yang lainnya.
Ya. Mental anak didik perlu dipersiapkan agar siap menghadapi kehidupan masyarakat yang nyata!
Oleh karena itulah, maka anak didik, khususnya yang sudah kelas tiga seharusnya sudah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga mereka tidak hanya mempunyai kemampuan ilmu, melainkan juga kemampuan untuk mengaplikasi pengetahuan/ilmu tersebut dalam kehidupannya. Hal iniyang sebenarnya sangat perlu diperhatikan oleh semua pihak, khususnya yang terkait dengan proses pendidikan dan pembelajaran anak didik.
Saat anak didik dalam lingkungan sekolah, pendidikan dan pembelajaran, mereka dikondisikan pada suatu situasi yang ideal sehingga seringkali hal tersebut justru menjadi hambatan saat terjun ke dalam lingkungan masyarakat. Hal ini karena,seringkali idealisme di dalam proses pendidikan dan pembelajaran sama sekali tidak sinkron dengan kondisi di kehidupan nyata. Ada nilai-nilai relativitas yang harus dimiliki oleh anak didik saat harus terjun ke masyarakat, sementara di saat mengikuti proses pendidikan, mereka dituntut untuk mencapai nilai mutlak, hal terbaik yang harus didapatkan pada setiap proses pendidikan dan pembelajarannya.
Maka, tidak jarang anak didik mengalami ketegangan yang hebat saat menghadapi kehidupan di masyarakat. Mereka mengalami friksi dan benturan hebat antara fisik dan psikisnya. Idealisme dan realitas berbenturan sehingga anak merasakan betapa mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran membuatnya kesulitan, bingung.
Anak didik perlu dipersiapkan sedemikian rupa sehingga mereka sama sekali tidak kaget saat menghadapi kondisi nyata kehidupan. Mental mereka harus dipersiapkan sehingga tidak mengalami ketegangan jika ternyata berbenturan dengan idealisme yang lainnya.
Ya. Mental anak didik perlu dipersiapkan agar siap menghadapi kehidupan masyarakat yang nyata!
Sabtu, 02 Mei 2009
Perlu diterapkan Integrasi Pembelajaran
Proses pembelajaran di institusi pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan, sadar atau tidak sadar telah membentang jarak antar pelajaran.Pada pendidikan kejuruan, mata diklat dibagi atas 3 (tiga) kelompok, yaitu madik Normatif, madik Adaptif, dan Produktif. Dari ketiga kelompok madik tersebut, maka madik produktif seringkali mendapatkaan porsi perhatian dari anak didik, sedangkan madik lainnya diabaikan. Hal ini terbawa pada isue bahwa sekeolah kejuruan lebih menekankan pada penguasaan skill atau keahlian, yang dalam hal ini berarti materi produktif.
Mata diklat normatif dan adaptif seringkali menjadi korban pengabaian dari anak didik. Anak didik lebih mengutamakan mata diklat produktif sebab dianggap materi yang paling relevan dan signifikan dengan program keahlian yang dipelajarinya.Anak didik mengaggap, mata diklat normatif dan adaptif hanyalah pelengkap semata. mereka lebih intens belajar di mata didklat produktif, dua mata diklat lain diabaikan begitu saja. Paling-paling mata diklat yang diperhatikan adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika. Hal itu karena tiga madik tersebut harus diuji nasionalkan, yaitu penentu keberhasilan, kelulusan mereka sehingga mereka harus menguasai danmemahaminya.
Oleh karena itulah, maka perlu adalah integrasi antar mata diklat sehingga masing-masing materi pelajaran dapat disharingkan, diikatkan dan selanjutnya diberikan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. Dengan langakh ini, maka tumbuh kesadaran anak didik bahwa setiap mata diklat sebenarnya materi yang penting dan tidak dapat diabaikan.Jika mereka mengabaikan, berarti ada mata diklat lain yang tidak dapat dikuasainya. Misalnya mata diklat Fisika, maka sebenarnya fisika dapat diintegrasikan dengan mata diklat praktik di bengkel, kelistrikan, kimia dan sebagainya.
Kita harus menyusun materi pembelajaran yang benar-benar integral sehingga tidak ada satupun mata diklat yang ditinggalkan oleh anak didik akibat persepsi rendah terhadap mata diklat bersangkutan. Kita harus membuat satu pengemabngan kurikulum yang membuka dan mengharuskan adanya integrasi antar mata diklat. Kita harus membangkitkan kesadaran anak didik bahwa setiap mata pelajaran saling terkait dan tidak dapat diabaikan begitu saja!
Ayo, kita kembangkan kesadaran bahwa setiap mata diklat adalah berkaitan.
Mata diklat normatif dan adaptif seringkali menjadi korban pengabaian dari anak didik. Anak didik lebih mengutamakan mata diklat produktif sebab dianggap materi yang paling relevan dan signifikan dengan program keahlian yang dipelajarinya.Anak didik mengaggap, mata diklat normatif dan adaptif hanyalah pelengkap semata. mereka lebih intens belajar di mata didklat produktif, dua mata diklat lain diabaikan begitu saja. Paling-paling mata diklat yang diperhatikan adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika. Hal itu karena tiga madik tersebut harus diuji nasionalkan, yaitu penentu keberhasilan, kelulusan mereka sehingga mereka harus menguasai danmemahaminya.
Oleh karena itulah, maka perlu adalah integrasi antar mata diklat sehingga masing-masing materi pelajaran dapat disharingkan, diikatkan dan selanjutnya diberikan sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. Dengan langakh ini, maka tumbuh kesadaran anak didik bahwa setiap mata diklat sebenarnya materi yang penting dan tidak dapat diabaikan.Jika mereka mengabaikan, berarti ada mata diklat lain yang tidak dapat dikuasainya. Misalnya mata diklat Fisika, maka sebenarnya fisika dapat diintegrasikan dengan mata diklat praktik di bengkel, kelistrikan, kimia dan sebagainya.
Kita harus menyusun materi pembelajaran yang benar-benar integral sehingga tidak ada satupun mata diklat yang ditinggalkan oleh anak didik akibat persepsi rendah terhadap mata diklat bersangkutan. Kita harus membuat satu pengemabngan kurikulum yang membuka dan mengharuskan adanya integrasi antar mata diklat. Kita harus membangkitkan kesadaran anak didik bahwa setiap mata pelajaran saling terkait dan tidak dapat diabaikan begitu saja!
Ayo, kita kembangkan kesadaran bahwa setiap mata diklat adalah berkaitan.
Langganan:
Postingan (Atom)