Pada dasarnya proses pendidikan dijalankan, dilaksanakan sebagai perwujudan atas tujuan mengembangkan dan meningkatkan kompetensi diri sehingga mempunyai kemampuan untuk menghadapi hidup dan kehidupan sebaik-baiknya.
Tidak heran jika kemudian perhatian semua orang tertuju kepada Sekolah Kejuruan atau SMK. Mereka menaruh harapan yang sedemikian rupa kepada SMK terkait dengan kebutuhan SDM yang benar-benar mumpuni dalam bidang ekahlian tertentu.
Permasalahannya adalah pola pemikrian yang masih dalam lingkungan masing-masing. Bahwa sebagai sekolah kejuruan, maka SMK harus membuat link dengan dunia luar yang nantinya berposisi sebagai pengguna outputnya. SMK tidak dapat hanya berkonsentrasi pada proses penyelenggaraan pendidikan, melainkan juga harus memikirkan dikemanakan para siswa yang sudah menyelesaikan proses pendidikan. Hal ini sangat penting sebab apa gunanya kemampuan atau kompetensi jika ternyata kompetensi tersebut tidak digunakan sebagai alat untuk menghidupi kehidupannya?
Oleh karena itulah, maka perlu adanya pemikiran untuk lebih mengkonsentrasikan anak didik dan proses pendidikan pada pelatihan yang selanjutnya memberikan kesempatan seluasnya kepada anak didik dalam menerapkan kompetensinya tersebut.
Untuk mengkondisikan hal tersebut, maka sekolah harus membuat link dengan masyarakat, stakeholder yang ada di masyarakat, semua pihak yang peduli terhadap pendidikan agar ikut memikirkan follow up dari kondisi yang ada. Setidaknya para stakeholder ini ikut juga memikirkan bagaimana menampung dan memberdayakan lulusan dengan tingkat kompetensi yang ada di dalam dirinya.
Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam hal ini adalah model pendidikan kemitraan. Pendidikan kemitraan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada sekolah, khsusunya anak didik untuk menyerap teknologi ataupun kesempatan mengaplikasikan teknologi yang dikuasai hasil proses pemelajaran. dengan demikian, amka ketika anak didik mengikuti proses pemelajaran, mereka juga melakukan kegiatan kerja aplikatif.
Tentunya kemitraan ini tidak hanya terbatas pada praktek kerja bagi anak-anak tingkat XI, melainkan secara khusus memberikan kesempatan sekolah untuk link dengan kegiatan perusahaan kemitraan tersebut. Bahkan, dalam kondisi ini, perusahaan dapat saja memberikan berbagai pekerjaan untuk dikerjakan di bengkel sekolah, setelah terlebih dahulu memebrikan bimbingan teknis kepada instruktur yang ada di sekolah sehingga mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagaimana pegawai atau instruktur perusahaan.
Dengan konsep ini, maka perusahaan dengan kemitraan sekolah telah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dirinya, khususnya penguasaan teknologi dunia industri.
SMK sangat memungkinkan untuk melakukan hal tersebut, sekarang tinggal bagaimana para pembuat kebijakan menyikapi kondisi seperti ini? Bahwa sebenarnya, anak-anak lulusan SMK mempunyai kemampuan yang baik jika mereka diberi kesempatan untuk menerapkan dalam kegiatan produksi. Semoga saja ada perhatian untuk kondisi ini....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar