Pendidikan menerangi adalah konsep untuk menekankan bahwa pada dasarnya pendidikan itu bagaikan lapu yang mampu memebrikan penerangan dalam perjalan hidup seseorang. Dengan mengikuti proses pendidikan, maka setidaknya kita berharap perjalanan hidup kita tidak dilingkupi kegelapan.
Bahwa seseorang pada awalnya berangkat dar ketidaktahuan atas segala hal. KIta sebenarnya makhluk yang paling lemah sebab selalu diawali oleh ketidakbisaan saat menghadapi suatu masalah. Kita seringkali harus bersusah payah agar kita dapat memahami apa yang sedang kita hadapi.
Dan, untuk dapat memposisikan diri sehingga dapat menghadapi dan menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi, maka pendidikan dijadikan sebagai sumber daya penerangan bagi kehidupan manusia.
Ya... Pendidikan memang mempunyai kemampuan menerangi setiap sisi kehidupan kita. Tanpa proses pendidikan, tentunya segala hal tidak dapat kita lihat sebagaimana sekarang ini. Orang-orang yang tidak berpendidikan adalah orang-orang yang tdiak mengerti dan tidak mengalami perubahan adab dan kebudayaan hidupnya.
Maka, kita seharusnya mengikuti proses pendidikan sebaik-baiknya sehingga setiap kegelapan yang kita hadapi dapat segera diselesaikan dan selanjutnya didapatkan kondisi yang penuh dengan keceriaan dan hidup bercahaya.
Pendidikan adaah menerangi setiap sudut kehidupan bagi mereka yang mengikutinya...
Pendidikan manusia seutuhnya memungkinkan terciptanya manusia-manusia berimbang. Obor pendidikan berusaha menjembatani dan memberikan penerangan dan penghangatan dunia pendidikan
Senin, 20 Juli 2009
Sabtu, 18 Juli 2009
Belajar Berlatih
Satu hal yang selama ini telah mengalami pembiasan adalah anggapan bahwa dengan belajar, maka segala hal dapat dikuasai dalam waktu singkat. Mayoritas kita beranggapan bahwa dengan mengikuti proses belajar, maka tingkat kemampuan anak secara signifikan dapat mengalami peningkatan.
Padahal kenyataannya, tidak seperti itu. Proses belajar memang merupakan salah satu cara untuk melakukan perubahan secara signifikan atas kemampuan diri sehingga mampu menjadi salah satu bekal untuk kehidupannya. kita terlalu berpikir naif saat mengirimkan anak-anak ke institusi pendidikan tempat proses belajar sebab tujuan kita terlalu ideal, yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
Bahwa kualitas kehidupan kita di masyarakat memang tergantung pada tingkat kualitas kompetensi masing-masing pribadi atau elemen masyarakatnya.SEmakin berkualitas masyarakatnya, maka semakin bagus, berkualitas pola kehidupannya dan hal tersbeut secara signifikan membawa kondisi secara keseluruhan.
Program peningkatan kualitas sumber daya manusia memang merupakan tujuan ideal, yang jika berhadapan dengan orang-orang pesimistis, tentunya tidak mendapatkan respon apa-apa, bahkan mendapatkan cemoohan.
KIta dapat melihat kenyataan bahwa sangat banyak anak-anak yang setelah menyelesaikan masa belajarnya ternyata jsutru menjadi beban negara, masyarakat sebab secara langsung menjadi pengangguran terdidik. Biaya pendidikan yang mereka bayarkan selama belajar sama sekali tidak dapat menajdi topangan hidup. Bahkan hal tersbeut memberatkan hati. KHususnya dalam hal ini anak-anak yang lulus dari sekolah umum. Mereka lulus dengan nilai pas-pasan, nilai nemu atau pitulungan guru.
Mengapa dapat terjadi seperti itu? kenapa anak-anak yang sudah menyelesaikan masa belajarnya ternyata pada akhirnya menjadi pengangguran terdidik?
Jika kita telisik lebih dalam, maka setidaknya kita dapat mengetahui bahwa anak-anak yang bersekolah di sekolah umum lebih ditekankan untuk penguasaan materi konsep, teori-teori semata, jarang atau tidak ada yang menerapkan aplikasi teknologi dari pengetahuan yang dipelajari. Tidak heran jika kemudian mereka sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk menjawab tantangan kehidupan sehingga yang mereka lakukan adalah menyerah pada kondisi. Akhirnya menjadi pengangguran terdidik.
Oleh karena itulah, maka tidak dapat tidak anak-anak harus melengkapi kemampuan dirinya dengan keterampilan aplikatif, yaitu keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupannya. Anak-anak harus mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keterampilannya sehingga secara nyata masyarakat dapat melihat tingkat kemampuan dirinya secara istimewa dibandingkan orang lainnya.
Keterampilan merupaakn satu muka koin yang dapat dipergunakan dimana-mana. JIka seseorang mempunyai kemampuan keterampilan yang memadai, maka selanjutnya mereka tidak perlu mendatangi pekerjaan, melainkan pekerjaan yang bakal mendatangi mereka.
Untuk hal tersebut, maka anak harus mengikuti proses belajar berlatih, yaitu proses belajar yang didalamnya berisi hal-hal terkait dengan pengembangan dan peningkatan keterampilan diri yang dapat diterapkan untuk kehidupannya.
Belajar berlatih merupakan satu proses belajar yang didalamnya berisi materi terapan dan dilanjutkan dengan aplikasi konsep dalam tindakan konkrit terkait dengan kemampuan tersebut.
KIta memang harus mulai mengutamakan belajar berlatih bagi anak-anak sehingga SDM yang kita harapkan benar-benar sesuai dengan kondisi anak anak. Dan, salah satu aspek belajar yang diyakini mampu memfasilitasi kebutuhan tersebut adalah bersekolah di sekolah kejuruan. Atau anak-anak diikutkan pada Balai Latihan Kerja yang sudah ada di setiap daerah. DEngan demikiana, maka pengembangan dan peningkatan kualitas keterampilan anak dapat ditingkatkan secara signifikan dan selanjutnya hal tersebut memberikan kesempatan luas untuk bekerja atau membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya atau orang lain di sekitarnya..
KIta memang harus berpikir jauhkedepan dengan mengutamakan pembekalan keterampilan daripada sekedar konsep teori tanpa kemampuan aplikasi ..
Padahal kenyataannya, tidak seperti itu. Proses belajar memang merupakan salah satu cara untuk melakukan perubahan secara signifikan atas kemampuan diri sehingga mampu menjadi salah satu bekal untuk kehidupannya. kita terlalu berpikir naif saat mengirimkan anak-anak ke institusi pendidikan tempat proses belajar sebab tujuan kita terlalu ideal, yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
Bahwa kualitas kehidupan kita di masyarakat memang tergantung pada tingkat kualitas kompetensi masing-masing pribadi atau elemen masyarakatnya.SEmakin berkualitas masyarakatnya, maka semakin bagus, berkualitas pola kehidupannya dan hal tersbeut secara signifikan membawa kondisi secara keseluruhan.
Program peningkatan kualitas sumber daya manusia memang merupakan tujuan ideal, yang jika berhadapan dengan orang-orang pesimistis, tentunya tidak mendapatkan respon apa-apa, bahkan mendapatkan cemoohan.
KIta dapat melihat kenyataan bahwa sangat banyak anak-anak yang setelah menyelesaikan masa belajarnya ternyata jsutru menjadi beban negara, masyarakat sebab secara langsung menjadi pengangguran terdidik. Biaya pendidikan yang mereka bayarkan selama belajar sama sekali tidak dapat menajdi topangan hidup. Bahkan hal tersbeut memberatkan hati. KHususnya dalam hal ini anak-anak yang lulus dari sekolah umum. Mereka lulus dengan nilai pas-pasan, nilai nemu atau pitulungan guru.
Mengapa dapat terjadi seperti itu? kenapa anak-anak yang sudah menyelesaikan masa belajarnya ternyata pada akhirnya menjadi pengangguran terdidik?
Jika kita telisik lebih dalam, maka setidaknya kita dapat mengetahui bahwa anak-anak yang bersekolah di sekolah umum lebih ditekankan untuk penguasaan materi konsep, teori-teori semata, jarang atau tidak ada yang menerapkan aplikasi teknologi dari pengetahuan yang dipelajari. Tidak heran jika kemudian mereka sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk menjawab tantangan kehidupan sehingga yang mereka lakukan adalah menyerah pada kondisi. Akhirnya menjadi pengangguran terdidik.
Oleh karena itulah, maka tidak dapat tidak anak-anak harus melengkapi kemampuan dirinya dengan keterampilan aplikatif, yaitu keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupannya. Anak-anak harus mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keterampilannya sehingga secara nyata masyarakat dapat melihat tingkat kemampuan dirinya secara istimewa dibandingkan orang lainnya.
Keterampilan merupaakn satu muka koin yang dapat dipergunakan dimana-mana. JIka seseorang mempunyai kemampuan keterampilan yang memadai, maka selanjutnya mereka tidak perlu mendatangi pekerjaan, melainkan pekerjaan yang bakal mendatangi mereka.
Untuk hal tersebut, maka anak harus mengikuti proses belajar berlatih, yaitu proses belajar yang didalamnya berisi hal-hal terkait dengan pengembangan dan peningkatan keterampilan diri yang dapat diterapkan untuk kehidupannya.
Belajar berlatih merupakan satu proses belajar yang didalamnya berisi materi terapan dan dilanjutkan dengan aplikasi konsep dalam tindakan konkrit terkait dengan kemampuan tersebut.
KIta memang harus mulai mengutamakan belajar berlatih bagi anak-anak sehingga SDM yang kita harapkan benar-benar sesuai dengan kondisi anak anak. Dan, salah satu aspek belajar yang diyakini mampu memfasilitasi kebutuhan tersebut adalah bersekolah di sekolah kejuruan. Atau anak-anak diikutkan pada Balai Latihan Kerja yang sudah ada di setiap daerah. DEngan demikiana, maka pengembangan dan peningkatan kualitas keterampilan anak dapat ditingkatkan secara signifikan dan selanjutnya hal tersebut memberikan kesempatan luas untuk bekerja atau membuka lapangan pekerjaan bagi dirinya atau orang lain di sekitarnya..
KIta memang harus berpikir jauhkedepan dengan mengutamakan pembekalan keterampilan daripada sekedar konsep teori tanpa kemampuan aplikasi ..
Kamis, 02 Juli 2009
Project Work sebagai Langkah Persiapan Anak Didik secara Tuntas
Proses pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diorientasikan pada pengkondisian anak untuk penguasaan kompetensi secara tuntas. Penguasaan kompetensi secara tuntas ini merupakan satu bentuk implementasi kewajiban sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan dan pembelajaran. Sekolah kejuruan pada dasarnya mengusung amanat untuk membawa dan meningkatkan kemampuan atau kompetensi peserta didik, bahkan masyarakat pada keahlian-keahlian khusus.
Sekolah menengah kejuruan (SMK), dulunya disebut sebagai sekolah teknologi menengah (STM), yaitu sekolah yang secara khusus memberikan aspek pembelajaran teknologi untuk anak didiknya. Aspek teknologi ini adalah sebagian besar merupakan materi yang diterapkan di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dikembalikan pada tujuan utama proses pembelajaran kejuruan yaitu mempersiapkan anak didik ada penguasaan teknologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Hal ini untuk menjawab kondisi di masyarakat yang sering mengatakan, dan memang sering kita jumpai bahwa anak-anak yang lulus sekolah umum belum siap menghadapi kehidupan dengan hasil belajarnya.
Pada setiap tahunnya, perkembangan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di SMK selalu diperhatikan oleh semua pihak. Hal ini karena, disamping sebagai lembaga pendidikan yang memberikan pembekalan pengetahuan dan sikap, juga sebagai lembaga pelatihan yang memberikan bekal keterampilan pada peserta didiknya. Dengan demikian, maka sebenarnya SMK adalah institusi model pendidikan dan pelatihan (diklat) yang dikemas dalam kegiatan sinergis dan sistematis.
Pada satu sisi, aspek yang digarap adalah pengetahuan umum ataupun khusus, yang dari aspek tersebut anak mengetahui banyak hal dari kehidupan di masyarakat. Dengan aspek pengetahuan ini, anak didik dapat memahami setiap gejala alam dan menghadapinya dengan sikap yang lebih rasional dan mengutamakan logika. Di dalam kehidupan ini banyak hal yang menjadikan kita selalu siap bertindak, begitu juga dengan aspek pengetahuan yang didapatkan anak didik dari proses belajar.
Sementara, untuk menghadapi hal-hal yang praktis dari kehidupan, maka anak didik diberikan materi pelajaran yang didalamnya berisi tentang berbagai hal terkait dengan cara menghadapi kegiatan hidup dengan kompetensi dirinya. Anak didik diberikan bekal agar dapat menyelesaikan setiap tantangan hidup, khususnya yang berbentuk pekerjaan sehingga dari kemampuan tersebut mereka dapat survival atau life skillnya dapat memberi masukan hingga dapat bertahan hidup. Artinya, setelah menyelesaikan masa belajar, mereka bekerja.
Ujian Keterampilan
Untuk lebih mengetahui tingkat penguasaan anak didik pada materi pemelajaran, khususnya pemelajaran yang mengusung keterampilan, maka di akhir tahun pelajaran dilaksanakan ujian praktik. Pada saat inilah anak didik harus menerapkan semua bekal keterampilannya. Penerapan dilakukan dengan tugas pengerjaan barang, sejak barang tersebut berupa bahan mentah sehingga menjadi barang jadi, siap pakai.
Pada kesempatan ini, anak didik secara nyata harus melakukan kegiatan produksi, yaitu membuat barang dengan menerapkan kemampuan dan menggunakan berbagai alat, mesin yang signifikan dengan keahlian yang dimilikinya. Anak didik diberi waktu lebih kurang 5 jam, sejak pukul 07.00 pagi hingga pukul 12.00 siang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Satu pekerjaan harus diselesaikan oleh anak didik. Dan, suasana bengkel dikondisikan sebagai tempat kerja, baik alat-alat yang digunakan maupun suasananya.
Di setiap tahun, model ujian keterampilan mengalami perubahan model dan bentuknya. Hal ini disesuaikan dengan kondisi yang ada di masyarakat. Perubahan ini merupakan bentuk dinamisasi dunia pendidikan atas upaya memberikan bekal keterampilan yang benar-benar aplikatif bagi anak didik. selalu diusahakan agar segala hal yang dilakukan anak didik adalah hal-hal yang nantinya diterapkan dalam kehidupannya. Harus dihindari kegiatan-kegiatan sistematis yang tidak aplikatif. Selama ini, diakui atau tidak telah tercipta gap dan stigma antara sekolah dengan masyarakat sehingga tumbuh kesan bahwa institusi sekolah dan masyarakat berdiri masing-masing. Akhirnya mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sekolah sibuk dengan kegiatan rutinnya, belajr dan belajar. Sementara masyarakat juga sibuk dengan kegiatannya. Tidak ada sinkronisasi program dan kegiatan antara sekolah dan dunia masyarakat. Tidak heran jika kemudian anak didik kesulitan saat memasuki dunia masyarakat. Dan, masyarakat begitu pesimis, bahkan apatis saat harus menerima anak didik yang telah lulus sebagai bagian efektif di dalam kegiatan masyarakat. Masyarakat masih menganggap lulusan SMK sebagai kelompok plonco! Belum dapat melakukan apa-apa, belum termasuk tenaga kerja yang patut diperhitungkan eksistensinya.
Tentunya kondisi ini sangat merugikan bagi anak didik. mereka yang sebenarnya mempunyai keahlian khusus, ternyata tidak mendapatkan respon positif dari masyarakatnya, bahka lebih pada sikap meremehkan dari masyarakat atas kemampuan yang dimilikinya. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan anak didik frustasi sebab dengan keahliannya ternyata belum dapat berkiprah aktif, belum dapat bekerja di masyarakat. Mereka menjadi pengangguran terdidik hanya karena ketidakpercayaan masyarakat atas keahlian yang dimiliki, sebab dikatakan belum berpengalaman.
Dengan ujian ketarmpilan yang dilaksanakan di SMK, setidaknya semakin jelas tingkat kemampuan anak didik pada keahlian yang dimilikinya dan dapat dijadikan sebagai bukti kemampuan anak didik. apalagi pada setiap akhir ujian keterampilan, anak didik diberikan sertifikat yang menunjukkan spesifikasi keahlian anak didik. Dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh sekolah, maka setidaknya tergambarkan dan terpetakan tingkat kemampuan anak didik. seharusnya dengan sertifikat ini, masyarakat, khususnya masyarakat usaha dan industri dapat mengklasifikasikan anak didik dalam tingkat kualifikasi tenaga kerja.
Setiap tahun. Pemerintah menerapkan konsep baru tentang proses evaluasi dan penilaian hasil proses. berbagai program dicanangkan dengan satu tujuan utama yaitu peningkatan kualitas hasil proses belajar, khususnya belajar keterampilan. Dan, setiap perubahan program diarahkan untuk evaluasi dan perbaikan program sebelumnya. Dengan perubahan program, maka kekurangan pada program sebelumnya dapat direvisi dan diterapkan perbaikannya pada program berikutnya.
a. Ujian Kompetensi (Ukomp)
Uji Kompetensi adalah satu program evaluasi dan penilaian terhadap kompetensi anak didik yang didasarkan pada kemampuan teknis hasil proses belajar. Uji kompetensi ini menuntut anak didik untuk melaksanakan kegiatan terkait dengan pembelajaran di bengkel sekolah, yaitu materi kejuruan yang didapatkan dari proses pembelajaran praktek di bengkel sekolah.
Pada program ini, anak didik diberi tugas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan mempergunakan mesin atau alat-alat yang tersedia di bengkel sekolah. Jenis pekerjaan adalah membuat benda kerja yang dapat dipergunakan di bengkel sekolah atau untuk kebutuhan masyarakat. Benda kerja dan pekerjaan langsung diawasi oleh guru praktek dan penguji dari perusahaan atau bengkel-bengkel yang relevan dengan keahlian anak didik.
Ujian kompetensi atau disingkat dengan ukomp merupakan satu bentuk evaluasi yang masih memungkinkan anak didik mendapatkan bimbingan dari guru dalam proses pengerjaan benda kerja. Guru masih dapat memebrikan bimbingan kepada anak didiknya pada saat anak didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannnya. Selanjutnya penentuan tingkat keberhasilannya ditentukan oleh sekolah dalam batas atau standar kelulusan. Standa kelulusan ini merupakan akumulatif dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh anak didik saat mengerjakan benda kerja dan diambil rata-rata penilaiannya.
Dengan demikian, maka hasil pekerjaan yang diselesaikan oleh anak didik merupakan hasil keterampilan anak didik dalam bimbingan gurunya. Artinya anak didik tidak bekerja sendiri, melainkan mendapatkan bimbingan dari guru di dalam menyelesaikan pekerjaannnya. Dan, tingkat keberhasilan anak dalam menyelesaikan tugas keterampilannya adalah minimal.
b. Project Work
Pola kedua dalam evaluasi dan penilaian keterampilan anak didik adalah dengan project work. Evaluasi dan penilaian keterampilan dengan project work ini, anak didik dihadapkan pada kondisi kerja sejak awal. Anak didik diberikan tugas untuk mengerjakan pekerjaan sejak proses perencanaan hingga harus mempertanggungjawabkannya dalam sebuah presentasi pekerjaan.
Pola evaluasi danpenilaian tipe ini termasuk pola lengkap untuk kegiatan kompetensi anak didik. hal ini dapat kita lihat dari tingkatan tugas yang harus diselesaikan oleh anak didik. Bahwa pekerjaan yang harus diselesaikan oleh anak didik dimulai dari perencanaan, unjuk kerja dan diakhiri dengan presentasi hasil proses pengerjaan.
Perencanaan pekerjaan dilakukan oleh anak didik dengan menyusun proposal kegiatan praktik. Proposal ini merupakan bentuk persiapan untuk bekerja. Anak didik dibiasakan untuk menetapkan jenis pekerjaan yang harus dilakukan dan selanjutnya mengajukannya kepada sekolah untuk diujikan. Konsep ini identik dengan pola kerja di masyarakat, bahwa sebelum mengejakan pekerjaan, maka harus ada permintaan kerja dari pekerjanya.
Di dalam proposal, terdapat berbagai keterampilan yang diharapkan dapat dijadikan sebagai pengalaman belajar yang aplikatif. Anak didik diharuskan menyusun pengajuan/proposal pekerjaan yang harus dikerjakan. Dan, didalam penyusunan proposal ini, anak didik juga harus menerapkan kompetensi berbahasa Indonesia, harus dapat menerapkan kompetensi menggambar, harus dapat menerapkan perhitungan matematis yang terkait dengan kewirausahaan dan selanjutnya secara keseluruhan harus dapat merencanakan pekerjaan yang dimintanya.
Setelah proposal selesai, tentunya penyusunan proposal ini masih dalam pembimbingan seorang guru. Guru pembimbingnya adalah guru bahasa Indonesia, Guru Gambar, Guru Kewirausahaan, Guru matematis dan tentunya guru teknik lainnya. Proposal ini selanjutnya harus mendapatkan persetujuan dari guru pembimbing dan ketua program keahlian. Setelah itu, proposal dimajukan ke bengkel sekolah untuk dilanjutkan pada pengerjaan pekerjaannya. Anak didik harus mengerjakan jenis pekerjaan dalam proposal di bengkel sekolah sesuai dengan jatah waktu yang dibutuhkan dalam proposal.
Dan, kegiatan terakhir yang dilakukan oleh anak didik untuk proses ujian keterampilan Project work adalah presentasi pekerjaannya. Anak didik harus mempertanggungjawabkan proposalnya dengan menyusun laporan kegiatan. Laporan kegiatan ini meliputi keterlaksanaan program yang disusun dalam proposal dan ketidakterlaksanaan program dengan berbagai kendala yang ada pada saat melaksanakan kegiatan tersebut.
Dengan konsep ujian seperti project work ini, maka kita dapat melihat adanya keutuhan program pembelajaran bagi anak didik. Kompetensi anak didik tidak hanya pada kemampuan keterampilan semata, melainkan secara teknis mereka dapat merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan dan akhirnya mereka dapat mempertanggungjawabkan kegiatan yang sudah dilakukannya. Dengan demikian, maka kompetensi anak didik lengkap.
c. Uji Kompetensi Keahlian (UKK)
UKK atau Ujian Kompetensi Keahlian adalah program paling anyar yang diterapkan oleh Pemerintah, khususnya Departeman Pendidikan Nasional untuk mengevaluasi dan menilai kompetensi anak didik. Program ini merupakan program yang diimplementasikan dalam bentuk penugasan anak didik pada jenis pekerjaan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Anak didik dihadapkan pada pekerjaan yang sebenarnya dapat dilaksanakan secara berjenjang, bertermin dalam rentang waktu tertentu.
Penugasan anak didik dilaksanakan secara bertahap sehingga pekerjaan yang dikerjakan dibagi dalam beberapa termin. Jatah waktu ujian dialokasikan untuk beberapa waktu sehingga pada termin terakhir, kualitas dan kuantitas kerja tidak terlalu banyak. Artinya, pengalokasian waktu dilakukan untuk membagi pekerjaan sesuai dengan bagian perbagian dari benda kerja. Satu pekerjaan yang ditugaskan untuk dikerjakan oleh anak didik dibagi atas bagian-bagiannya dan dikerjakan bertahap.
Alokasi waktu yang diberikan sekitar 24 jam dan untuk mengerjakannya, maka dilakukan dalam bentuk penugasan. Penugasan ini dilakukan sebagai antisipasi atas jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Sejak sebulan, anak didik sudah diberikan penugasan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Dan, pada saat pekerjaan akhir serta finishingnya dilaksanakan pada jadwal pelaksanaan ujian kompetensi keahlian yang disusun oleh sekolah.
Ujian Kompetensi keahlian merupakan satu bentuk evaluasi yang mengutamakan perwujudan kompetensi anak didik sehingga menjadi keahlian khusus yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Artinya, kita lebih menekankan pada penguasaan keahlian sebagai kemampuan yang dapat dijual sebagai brand diri. Hal ini karena anak didik mengerjakan semua pekerjaan secara mandiri. Dengan demikian, maka penguasaan teknologi pekerjaan oleh anak didik jauh lebih besar dari pola evaluasi yang lainnya.
Pada sisi ini, anak didik dapat menguasai teknik dan langkah pengerjaan, tetapi dalam hal ini yang dikuasai anak didik adalah aplikasi teknologi. Aspek yang dievaluasi lebih ditekankan pada bagaimana anak didik dapat mengerjakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan. Hal ini memang menjadi satu aspek penting yang digarap sebagai bentuk persiapan anak didik menjadi sumber daya manusia yang benar-benar kapabel dalam bidang keahliannya.
Ya. Ujian Kompetensi Keahlian diarahkan agar dapat diketahui secara pasti kapabelitas anak didik pada keahliannya. Dengan demikian, maka orientasi pekerjaan anak didik setelah menyelesaikan proses pendidikannya sudah jelas tergambarkan. Dengan mengikuti proses evaluasi ini, maka setidaknya dapat dibuktikan tingkat penguasaan anak didik terhadap keahlian yang dipelajarinya. Hal ini sangat penting mengingat tingkat persaingan hidup di jaman sekarang sangat ketat, khususnya berdasar pada keahlian para calon tenaga kerja. Mereka yang tidak membekali diri dengan keahlian khusus, maka tersingkir dari bursa tenaga kerja.
Memang secara praktis, pola evaluasi ini memberikan hasil yang cepat. Kita dapat mengetahui secara obyektif tingkat kemampuan anak dalam keahliannya. Secara cepat kita dapat memetakan tingkat atau kelompok kemampuan anak didik terhadap bidang dan keahliannya. Tidak menutup kemungkinan bagi anak didik untuk mendapatkan kesempatan bekerja dengan menunjukkan hasil evaluasi yang didapatkan pada ujian tersebut. Tetapi, pada sisi yang lainnya, ada satu aspek yang terabaikan, yaitu keterampilan awal anak didik, yaitu perencanaan kegiatan dan keterampilan akhir yaitu presentasi hasil pekerjaan.
Memperhatikan dan memperbandingkan uraian, maka setidaknya kita dapat menyimpulkan bahwa ketiga pola evaluasi keterampilan atau kompetensi anak didik merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan anak secara utuh. Artinya, anak didik diberikan bekal yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa setelah menyelesaikan masa belajarnya , maka anak didik harus menghadapi kehidupan agar dapat menjaga eksistensi hidupnya.
Proses pembelajaran di sekolah kejuruan memang mengarahkan proses pada penguasaan keterampilan yang aplikatif. Kita menjawab tuntutan untuk memberikan anak didik keterampilan yang dapat dipergunakan oleh anak didik menghidupi dirinya dan keluarganya, bahkan masyarakatnya.
Sebenarnya, jika kita menganalisa ketiga pola pengevaluasian ini, maka masing-masing memberikan kontribusi yang berbeda walaupun secara esensial sama. Setidaknya kita dapat memutuskan pola evaluasi yang dapat kita terapkan untuk anak didik kita agar proses dapat berjalan maksimal dan efektif.
Tetapi, satu hal yang harus selalu kita ingat dan pahami bahwa evaluasi atas keterampilan keahlian anak didik sangat perlu dilakukan. Karena anak didik sebagai calon sumber daya manusia yang akan menjadi penentu kondisi masa depan negeri ini, maka sudah seharusnya mereka mempersiapkan diri sebaik mungkin agar dapat dicapai kondisi terbaik bagi negeri besar ini. Hanya dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya pada kompetensi keahlian yang aplikatif, maka ujian kompetensi menjadi salah satu cara terefektif untuk mengangkat kualitas sumber daya manusia negeri ini. kita harus dapat mengangkat citra negeri sebagai negeri dengan tenaga kerja terdidik yang mumpuni untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada.
SMK, Bisa!
Sekolah menengah kejuruan (SMK), dulunya disebut sebagai sekolah teknologi menengah (STM), yaitu sekolah yang secara khusus memberikan aspek pembelajaran teknologi untuk anak didiknya. Aspek teknologi ini adalah sebagian besar merupakan materi yang diterapkan di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dikembalikan pada tujuan utama proses pembelajaran kejuruan yaitu mempersiapkan anak didik ada penguasaan teknologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Hal ini untuk menjawab kondisi di masyarakat yang sering mengatakan, dan memang sering kita jumpai bahwa anak-anak yang lulus sekolah umum belum siap menghadapi kehidupan dengan hasil belajarnya.
Pada setiap tahunnya, perkembangan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di SMK selalu diperhatikan oleh semua pihak. Hal ini karena, disamping sebagai lembaga pendidikan yang memberikan pembekalan pengetahuan dan sikap, juga sebagai lembaga pelatihan yang memberikan bekal keterampilan pada peserta didiknya. Dengan demikian, maka sebenarnya SMK adalah institusi model pendidikan dan pelatihan (diklat) yang dikemas dalam kegiatan sinergis dan sistematis.
Pada satu sisi, aspek yang digarap adalah pengetahuan umum ataupun khusus, yang dari aspek tersebut anak mengetahui banyak hal dari kehidupan di masyarakat. Dengan aspek pengetahuan ini, anak didik dapat memahami setiap gejala alam dan menghadapinya dengan sikap yang lebih rasional dan mengutamakan logika. Di dalam kehidupan ini banyak hal yang menjadikan kita selalu siap bertindak, begitu juga dengan aspek pengetahuan yang didapatkan anak didik dari proses belajar.
Sementara, untuk menghadapi hal-hal yang praktis dari kehidupan, maka anak didik diberikan materi pelajaran yang didalamnya berisi tentang berbagai hal terkait dengan cara menghadapi kegiatan hidup dengan kompetensi dirinya. Anak didik diberikan bekal agar dapat menyelesaikan setiap tantangan hidup, khususnya yang berbentuk pekerjaan sehingga dari kemampuan tersebut mereka dapat survival atau life skillnya dapat memberi masukan hingga dapat bertahan hidup. Artinya, setelah menyelesaikan masa belajar, mereka bekerja.
Ujian Keterampilan
Untuk lebih mengetahui tingkat penguasaan anak didik pada materi pemelajaran, khususnya pemelajaran yang mengusung keterampilan, maka di akhir tahun pelajaran dilaksanakan ujian praktik. Pada saat inilah anak didik harus menerapkan semua bekal keterampilannya. Penerapan dilakukan dengan tugas pengerjaan barang, sejak barang tersebut berupa bahan mentah sehingga menjadi barang jadi, siap pakai.
Pada kesempatan ini, anak didik secara nyata harus melakukan kegiatan produksi, yaitu membuat barang dengan menerapkan kemampuan dan menggunakan berbagai alat, mesin yang signifikan dengan keahlian yang dimilikinya. Anak didik diberi waktu lebih kurang 5 jam, sejak pukul 07.00 pagi hingga pukul 12.00 siang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Satu pekerjaan harus diselesaikan oleh anak didik. Dan, suasana bengkel dikondisikan sebagai tempat kerja, baik alat-alat yang digunakan maupun suasananya.
Di setiap tahun, model ujian keterampilan mengalami perubahan model dan bentuknya. Hal ini disesuaikan dengan kondisi yang ada di masyarakat. Perubahan ini merupakan bentuk dinamisasi dunia pendidikan atas upaya memberikan bekal keterampilan yang benar-benar aplikatif bagi anak didik. selalu diusahakan agar segala hal yang dilakukan anak didik adalah hal-hal yang nantinya diterapkan dalam kehidupannya. Harus dihindari kegiatan-kegiatan sistematis yang tidak aplikatif. Selama ini, diakui atau tidak telah tercipta gap dan stigma antara sekolah dengan masyarakat sehingga tumbuh kesan bahwa institusi sekolah dan masyarakat berdiri masing-masing. Akhirnya mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sekolah sibuk dengan kegiatan rutinnya, belajr dan belajar. Sementara masyarakat juga sibuk dengan kegiatannya. Tidak ada sinkronisasi program dan kegiatan antara sekolah dan dunia masyarakat. Tidak heran jika kemudian anak didik kesulitan saat memasuki dunia masyarakat. Dan, masyarakat begitu pesimis, bahkan apatis saat harus menerima anak didik yang telah lulus sebagai bagian efektif di dalam kegiatan masyarakat. Masyarakat masih menganggap lulusan SMK sebagai kelompok plonco! Belum dapat melakukan apa-apa, belum termasuk tenaga kerja yang patut diperhitungkan eksistensinya.
Tentunya kondisi ini sangat merugikan bagi anak didik. mereka yang sebenarnya mempunyai keahlian khusus, ternyata tidak mendapatkan respon positif dari masyarakatnya, bahka lebih pada sikap meremehkan dari masyarakat atas kemampuan yang dimilikinya. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan anak didik frustasi sebab dengan keahliannya ternyata belum dapat berkiprah aktif, belum dapat bekerja di masyarakat. Mereka menjadi pengangguran terdidik hanya karena ketidakpercayaan masyarakat atas keahlian yang dimiliki, sebab dikatakan belum berpengalaman.
Dengan ujian ketarmpilan yang dilaksanakan di SMK, setidaknya semakin jelas tingkat kemampuan anak didik pada keahlian yang dimilikinya dan dapat dijadikan sebagai bukti kemampuan anak didik. apalagi pada setiap akhir ujian keterampilan, anak didik diberikan sertifikat yang menunjukkan spesifikasi keahlian anak didik. Dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh sekolah, maka setidaknya tergambarkan dan terpetakan tingkat kemampuan anak didik. seharusnya dengan sertifikat ini, masyarakat, khususnya masyarakat usaha dan industri dapat mengklasifikasikan anak didik dalam tingkat kualifikasi tenaga kerja.
Setiap tahun. Pemerintah menerapkan konsep baru tentang proses evaluasi dan penilaian hasil proses. berbagai program dicanangkan dengan satu tujuan utama yaitu peningkatan kualitas hasil proses belajar, khususnya belajar keterampilan. Dan, setiap perubahan program diarahkan untuk evaluasi dan perbaikan program sebelumnya. Dengan perubahan program, maka kekurangan pada program sebelumnya dapat direvisi dan diterapkan perbaikannya pada program berikutnya.
a. Ujian Kompetensi (Ukomp)
Uji Kompetensi adalah satu program evaluasi dan penilaian terhadap kompetensi anak didik yang didasarkan pada kemampuan teknis hasil proses belajar. Uji kompetensi ini menuntut anak didik untuk melaksanakan kegiatan terkait dengan pembelajaran di bengkel sekolah, yaitu materi kejuruan yang didapatkan dari proses pembelajaran praktek di bengkel sekolah.
Pada program ini, anak didik diberi tugas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan mempergunakan mesin atau alat-alat yang tersedia di bengkel sekolah. Jenis pekerjaan adalah membuat benda kerja yang dapat dipergunakan di bengkel sekolah atau untuk kebutuhan masyarakat. Benda kerja dan pekerjaan langsung diawasi oleh guru praktek dan penguji dari perusahaan atau bengkel-bengkel yang relevan dengan keahlian anak didik.
Ujian kompetensi atau disingkat dengan ukomp merupakan satu bentuk evaluasi yang masih memungkinkan anak didik mendapatkan bimbingan dari guru dalam proses pengerjaan benda kerja. Guru masih dapat memebrikan bimbingan kepada anak didiknya pada saat anak didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannnya. Selanjutnya penentuan tingkat keberhasilannya ditentukan oleh sekolah dalam batas atau standar kelulusan. Standa kelulusan ini merupakan akumulatif dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh anak didik saat mengerjakan benda kerja dan diambil rata-rata penilaiannya.
Dengan demikian, maka hasil pekerjaan yang diselesaikan oleh anak didik merupakan hasil keterampilan anak didik dalam bimbingan gurunya. Artinya anak didik tidak bekerja sendiri, melainkan mendapatkan bimbingan dari guru di dalam menyelesaikan pekerjaannnya. Dan, tingkat keberhasilan anak dalam menyelesaikan tugas keterampilannya adalah minimal.
b. Project Work
Pola kedua dalam evaluasi dan penilaian keterampilan anak didik adalah dengan project work. Evaluasi dan penilaian keterampilan dengan project work ini, anak didik dihadapkan pada kondisi kerja sejak awal. Anak didik diberikan tugas untuk mengerjakan pekerjaan sejak proses perencanaan hingga harus mempertanggungjawabkannya dalam sebuah presentasi pekerjaan.
Pola evaluasi danpenilaian tipe ini termasuk pola lengkap untuk kegiatan kompetensi anak didik. hal ini dapat kita lihat dari tingkatan tugas yang harus diselesaikan oleh anak didik. Bahwa pekerjaan yang harus diselesaikan oleh anak didik dimulai dari perencanaan, unjuk kerja dan diakhiri dengan presentasi hasil proses pengerjaan.
Perencanaan pekerjaan dilakukan oleh anak didik dengan menyusun proposal kegiatan praktik. Proposal ini merupakan bentuk persiapan untuk bekerja. Anak didik dibiasakan untuk menetapkan jenis pekerjaan yang harus dilakukan dan selanjutnya mengajukannya kepada sekolah untuk diujikan. Konsep ini identik dengan pola kerja di masyarakat, bahwa sebelum mengejakan pekerjaan, maka harus ada permintaan kerja dari pekerjanya.
Di dalam proposal, terdapat berbagai keterampilan yang diharapkan dapat dijadikan sebagai pengalaman belajar yang aplikatif. Anak didik diharuskan menyusun pengajuan/proposal pekerjaan yang harus dikerjakan. Dan, didalam penyusunan proposal ini, anak didik juga harus menerapkan kompetensi berbahasa Indonesia, harus dapat menerapkan kompetensi menggambar, harus dapat menerapkan perhitungan matematis yang terkait dengan kewirausahaan dan selanjutnya secara keseluruhan harus dapat merencanakan pekerjaan yang dimintanya.
Setelah proposal selesai, tentunya penyusunan proposal ini masih dalam pembimbingan seorang guru. Guru pembimbingnya adalah guru bahasa Indonesia, Guru Gambar, Guru Kewirausahaan, Guru matematis dan tentunya guru teknik lainnya. Proposal ini selanjutnya harus mendapatkan persetujuan dari guru pembimbing dan ketua program keahlian. Setelah itu, proposal dimajukan ke bengkel sekolah untuk dilanjutkan pada pengerjaan pekerjaannya. Anak didik harus mengerjakan jenis pekerjaan dalam proposal di bengkel sekolah sesuai dengan jatah waktu yang dibutuhkan dalam proposal.
Dan, kegiatan terakhir yang dilakukan oleh anak didik untuk proses ujian keterampilan Project work adalah presentasi pekerjaannya. Anak didik harus mempertanggungjawabkan proposalnya dengan menyusun laporan kegiatan. Laporan kegiatan ini meliputi keterlaksanaan program yang disusun dalam proposal dan ketidakterlaksanaan program dengan berbagai kendala yang ada pada saat melaksanakan kegiatan tersebut.
Dengan konsep ujian seperti project work ini, maka kita dapat melihat adanya keutuhan program pembelajaran bagi anak didik. Kompetensi anak didik tidak hanya pada kemampuan keterampilan semata, melainkan secara teknis mereka dapat merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan dan akhirnya mereka dapat mempertanggungjawabkan kegiatan yang sudah dilakukannya. Dengan demikian, maka kompetensi anak didik lengkap.
c. Uji Kompetensi Keahlian (UKK)
UKK atau Ujian Kompetensi Keahlian adalah program paling anyar yang diterapkan oleh Pemerintah, khususnya Departeman Pendidikan Nasional untuk mengevaluasi dan menilai kompetensi anak didik. Program ini merupakan program yang diimplementasikan dalam bentuk penugasan anak didik pada jenis pekerjaan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Anak didik dihadapkan pada pekerjaan yang sebenarnya dapat dilaksanakan secara berjenjang, bertermin dalam rentang waktu tertentu.
Penugasan anak didik dilaksanakan secara bertahap sehingga pekerjaan yang dikerjakan dibagi dalam beberapa termin. Jatah waktu ujian dialokasikan untuk beberapa waktu sehingga pada termin terakhir, kualitas dan kuantitas kerja tidak terlalu banyak. Artinya, pengalokasian waktu dilakukan untuk membagi pekerjaan sesuai dengan bagian perbagian dari benda kerja. Satu pekerjaan yang ditugaskan untuk dikerjakan oleh anak didik dibagi atas bagian-bagiannya dan dikerjakan bertahap.
Alokasi waktu yang diberikan sekitar 24 jam dan untuk mengerjakannya, maka dilakukan dalam bentuk penugasan. Penugasan ini dilakukan sebagai antisipasi atas jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Sejak sebulan, anak didik sudah diberikan penugasan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Dan, pada saat pekerjaan akhir serta finishingnya dilaksanakan pada jadwal pelaksanaan ujian kompetensi keahlian yang disusun oleh sekolah.
Ujian Kompetensi keahlian merupakan satu bentuk evaluasi yang mengutamakan perwujudan kompetensi anak didik sehingga menjadi keahlian khusus yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Artinya, kita lebih menekankan pada penguasaan keahlian sebagai kemampuan yang dapat dijual sebagai brand diri. Hal ini karena anak didik mengerjakan semua pekerjaan secara mandiri. Dengan demikian, maka penguasaan teknologi pekerjaan oleh anak didik jauh lebih besar dari pola evaluasi yang lainnya.
Pada sisi ini, anak didik dapat menguasai teknik dan langkah pengerjaan, tetapi dalam hal ini yang dikuasai anak didik adalah aplikasi teknologi. Aspek yang dievaluasi lebih ditekankan pada bagaimana anak didik dapat mengerjakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan. Hal ini memang menjadi satu aspek penting yang digarap sebagai bentuk persiapan anak didik menjadi sumber daya manusia yang benar-benar kapabel dalam bidang keahliannya.
Ya. Ujian Kompetensi Keahlian diarahkan agar dapat diketahui secara pasti kapabelitas anak didik pada keahliannya. Dengan demikian, maka orientasi pekerjaan anak didik setelah menyelesaikan proses pendidikannya sudah jelas tergambarkan. Dengan mengikuti proses evaluasi ini, maka setidaknya dapat dibuktikan tingkat penguasaan anak didik terhadap keahlian yang dipelajarinya. Hal ini sangat penting mengingat tingkat persaingan hidup di jaman sekarang sangat ketat, khususnya berdasar pada keahlian para calon tenaga kerja. Mereka yang tidak membekali diri dengan keahlian khusus, maka tersingkir dari bursa tenaga kerja.
Memang secara praktis, pola evaluasi ini memberikan hasil yang cepat. Kita dapat mengetahui secara obyektif tingkat kemampuan anak dalam keahliannya. Secara cepat kita dapat memetakan tingkat atau kelompok kemampuan anak didik terhadap bidang dan keahliannya. Tidak menutup kemungkinan bagi anak didik untuk mendapatkan kesempatan bekerja dengan menunjukkan hasil evaluasi yang didapatkan pada ujian tersebut. Tetapi, pada sisi yang lainnya, ada satu aspek yang terabaikan, yaitu keterampilan awal anak didik, yaitu perencanaan kegiatan dan keterampilan akhir yaitu presentasi hasil pekerjaan.
Memperhatikan dan memperbandingkan uraian, maka setidaknya kita dapat menyimpulkan bahwa ketiga pola evaluasi keterampilan atau kompetensi anak didik merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan anak secara utuh. Artinya, anak didik diberikan bekal yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa setelah menyelesaikan masa belajarnya , maka anak didik harus menghadapi kehidupan agar dapat menjaga eksistensi hidupnya.
Proses pembelajaran di sekolah kejuruan memang mengarahkan proses pada penguasaan keterampilan yang aplikatif. Kita menjawab tuntutan untuk memberikan anak didik keterampilan yang dapat dipergunakan oleh anak didik menghidupi dirinya dan keluarganya, bahkan masyarakatnya.
Sebenarnya, jika kita menganalisa ketiga pola pengevaluasian ini, maka masing-masing memberikan kontribusi yang berbeda walaupun secara esensial sama. Setidaknya kita dapat memutuskan pola evaluasi yang dapat kita terapkan untuk anak didik kita agar proses dapat berjalan maksimal dan efektif.
Tetapi, satu hal yang harus selalu kita ingat dan pahami bahwa evaluasi atas keterampilan keahlian anak didik sangat perlu dilakukan. Karena anak didik sebagai calon sumber daya manusia yang akan menjadi penentu kondisi masa depan negeri ini, maka sudah seharusnya mereka mempersiapkan diri sebaik mungkin agar dapat dicapai kondisi terbaik bagi negeri besar ini. Hanya dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya pada kompetensi keahlian yang aplikatif, maka ujian kompetensi menjadi salah satu cara terefektif untuk mengangkat kualitas sumber daya manusia negeri ini. kita harus dapat mengangkat citra negeri sebagai negeri dengan tenaga kerja terdidik yang mumpuni untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada.
SMK, Bisa!
Belajar Menerima Kenyataan
Bahwa kehidupan ini adalah kenyataan. Semua yang terjadi dan kita alami adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat kita abaikan atau anggap angin lalu.KIta tidak dapat menghindar ataupun merekayasanya sedemikian rupa sesuai dengan keinginan kita. Kehidupan ini adalah sebuah skenario akbar yang ditulis oleh Sang Kuasa dan hanya dapat (Read Only) dan dilaksanakan. Skenario tersebut diberikan dan dibagikan kepada kita dalam bentuk yang tidak tertulis, skenario tersebut tersirat dalam setiap kondisi kehidupan.
Seperti juga dalam proses pembelajaran, menerima kenyataan merupakan satu konsep yang harus dipegang semua peserta didik sehingga benar-benar dapat maksimal dalam belajar. Bahwa proses belajar itu memberikan dua kondisi setiap akhgir proses, yaitu berhasil atau tertunda, bahkan tidak berhasil sama sekali.Dalam kondisi berhasil, kita yakin semua orang dapat menerima kenyataan tersebut dengan lapang dada dan hati. Bahkan mereka memang berharap agar keberhasilan merupakan hasil akhir dari proses yang mereka jalani. Tetapi, bagaimana jika mereka tertunda atau tidak berhasil?
Belajar menerima Kenyataan memang sudah seharusnya ditanamkan kepada anak didik sebab pada akhirnya, mereka harus menghadapi kehidupan yang senyata-nyatanya.Sementara kondisi kehidupan tidak selalu sama untuk setiap saat dan untuk setiap orang.Padahal setiap orang selalu berharap kehidupannya adalah yang terbaik. Sehingga setiap hal buruk dari hasil proses atau kegiatan sangat tidak diharapkan.
Karena mereka tidak menginginkan kegagalan atau hal terburuk, maka mereka tidak mau menerima kenyataan tersebut.
Mnerima kenyataan dengan hati lapang, khususnya untuk kenyataan negatif, yaitu kenyataan yang tidak diinginkan memang sangat berat sehingga tidak semua orang dapat melakukannya. Oleh karena itulah, maka harus ada pembelajaran unutk menerima kenyataan dengan lapang hati.
Bagaimana caranya belajar menerima kenyataan?
Seperti juga dalam proses pembelajaran, menerima kenyataan merupakan satu konsep yang harus dipegang semua peserta didik sehingga benar-benar dapat maksimal dalam belajar. Bahwa proses belajar itu memberikan dua kondisi setiap akhgir proses, yaitu berhasil atau tertunda, bahkan tidak berhasil sama sekali.Dalam kondisi berhasil, kita yakin semua orang dapat menerima kenyataan tersebut dengan lapang dada dan hati. Bahkan mereka memang berharap agar keberhasilan merupakan hasil akhir dari proses yang mereka jalani. Tetapi, bagaimana jika mereka tertunda atau tidak berhasil?
Belajar menerima Kenyataan memang sudah seharusnya ditanamkan kepada anak didik sebab pada akhirnya, mereka harus menghadapi kehidupan yang senyata-nyatanya.Sementara kondisi kehidupan tidak selalu sama untuk setiap saat dan untuk setiap orang.Padahal setiap orang selalu berharap kehidupannya adalah yang terbaik. Sehingga setiap hal buruk dari hasil proses atau kegiatan sangat tidak diharapkan.
Karena mereka tidak menginginkan kegagalan atau hal terburuk, maka mereka tidak mau menerima kenyataan tersebut.
Mnerima kenyataan dengan hati lapang, khususnya untuk kenyataan negatif, yaitu kenyataan yang tidak diinginkan memang sangat berat sehingga tidak semua orang dapat melakukannya. Oleh karena itulah, maka harus ada pembelajaran unutk menerima kenyataan dengan lapang hati.
Bagaimana caranya belajar menerima kenyataan?
Rabu, 01 Juli 2009
Mendidik Memahami Waktu
Pendahuluan
Salah satu aspek penting di dalam kehidupan kita adalah waktu. Bahkan kita dapat mengatakan bahwa waktu adalah sesuatu yang istimewa sebab waktu datang dan pergi tanpa dapat kita cegah. Waktu mengalir dan kita terbawa di dalamnya tanpa mampu menghindarinya. Dan, hal penting dari waktu adalah, jika sudah pergi, maka tidak akan kembali lagi pada kita, sebagaimana saat dia datangi kita.
Oleh karena itulah, maka banyak orang mengatakan bahwa jika kita kehilangan waktu, maka sebenarnya kita telah kehilangan sebagian besar kehidupan kita. Kita tidak dapat mengembalikan waktu ke amsa lalu ataupun mempercepat, memboyong waktu ke masa yang akan datang. Secara otomatis waktu datang dan pergi dari kehidupan kita. Dan, kita akan sangat kehilangan jika kita tidak memanfaatkan waktu secara efektif dan maksimal. Sekali kita mengabaikan waktu, maka sekian banyak kegiatan terabaikan dan hal tersebut pada akhirnya menjadikan kita sebagai sosok yang tidak berguna.
Demikian juga halnya dalam proses pembelajaran. ada perbandingan lurus antara waktu dengan proses belajar. Artinya, ada hubungan yang signifikan antara proses belajar dengan waktu yang digunakan untuk belajar. Perbandingan tersebut sebanding, yaitu jika kita mempergunakan waktu yang cukup banyak, maka sebenarnya cukup banyak pula hal yang sudah kita pelajari. Seharusnya kita menguasai banyak kemampuan jika sudah belajar dalam banyak waktu.
Seharusnya hal ini benar-benar dipahami oleh anak didik sebagai subyek belajar sehingga waktunya benar-benar efektif, Artinya hasil belajar dan waktu yang digunakan untuk belajar benar-benar mampu memberinya sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya. Ada perubahan yan signifikan antara sebelum belajar dengan sesudah belajar. Perubahan inilah yang sesungguhnya menjadi indikator keberhasilan dari proses belajar. Jika perubahan ini hanya sedikit, maka sebenarnya proses belajar tidak berhasil, tidak efektif. Tetapi jika perubahan tersebut sangat besar, tentunya hal tersebut mencerminkan proses belajar yang berhasil.
Oleh karena itulah, maka sudah seharusnya ada pemahaman khusus dari setiap komponen penting dalam proses belajar, khususnya anak didik sehingga mereka benar-benar melaksanakan kegiatan belajar yang menjadi tugas dan kewajibannya. Mereka adalah subyek belajar, maka harus aktif melakukan kegiatannya. Mereka bukan obyek belajar yang harus selalu disuapi materi pelajaran agar dapat mengalami perubahan yang signifikan. Dan, pemanfaatan waktu secara efektif dan efisien merupakan kunci keberhasilan di dalam proses belajar. Jika waktu dimanfaatkan secara efektif dan efisien, tentunya hal tersebut memberikan hasil yang maksimal. Tetapi jika waktu dibiarkan mengalir tanpa pemanfaatan yang maksimal, maka kegagalan merupakan harga mati di akhir kegiatan.
Setiap guru, sebagai fasilitator dan sekaligus sebagai pembimbing proses belajar sudah seharusnya memebrikan arahan dan bantuan maksimal pada anak didiknya sehingga sadar atas tugas dan kewajiban belajarnya dan membuktikannya dengan mempergunakan waktu sebaik-baiknya untuk kegiatan belajarnya. Anak didik harus dibimbing dalam memanfaatkan waktu yang ada secara efektif dan sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Kita harus menyadari bahwa kegagalan bermula dari pemanfaatan waktu yang tidak efektif dan maksimal. Mereka yang membiarkan waktu berlalu begitu saja merupakan kelompok terbesar yang mengalami kegagalan, khususnya dalam proses belajar. Mereka tidak memanfaatkan waktu untuk belajar, melainkan membiarkan waktu berlalu dengan kegiatan-kegiatan yang sama sekali tidak mencerminkan keefektifkan kegiatan.
Pentingnya waktu bagi belajar
Belajar merupakan kegiatan yang secara sadar kita lakukan dengan tujuan agar ada perubahan signifikan atas kemampuan yang kita miliki. Dengan belajar, maka kita dapat memperbaiki kondisi diri kita, khususnya kemampuan kita pada aspek-aspek khusus dalam kehidupan ini. dan, belajar menjadi satu harapan agar terjadi perubahan mendasar bagi setiap aspek diri, knowledge, psikomotor, maupun attitude.
Dan, perubahan yang terjadi pada seseorang bahkan sesuatu selalu berjalan berdasarkan waktu untuk hal tersebut. Ada perubahan yang begitu cepat, tetapi ada juga perubahan yang begitu lambat. Misalnya perubahan yang terjadi pada kodupan makhluk hidup secara umum terjadi secara berangsur-angsur, lambat dan disebut dengan evolusi. Ada teori yang mengatakan bahwa awalnya di dunia hanya ada satu jenis makhluk hidup. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi sehingga terciptakan makhluk-makhluk yang ada sekarang ini. Burung yang sekarang ini merupakan hasil evolusi burung-burung besar pada saat dulu. Mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan belajar dan akhirnya mereka berhasil dan terciptakan kondisi yang benar-benar berbeda dengan nenek moyang mereka.
Bahkan ada guyonan, bahwa manusia adalah hasil evolusi dari kera. Artinya nenek moyang kita adalah kera. Apakah ini benar? Teori Darwin mengatakan hal tersebut! Apakah teori ini sudah dikalahkan, dijatuhkan oleh teori yang baru mengenai eksistensi manusia? Tetapi setidaknya sejak dahulu kita mendapatkan informasi bahwa sekarang adalah hasil evolusi manusia purba dan sebagainya, yang tentu saja profilnya sangat jauh berbeda dengan kita sekarang ini. Dari beberapa fosil mengatakan bahwa memang ada kedekatan profil antara manusia purba dengan kera. Tetapi apakah hal tersebut menunjukkan bahwa kita berasal dari kera?
Setidaknya, satu hal yang harus kita yakini bahwa setiap perubahan yang terjadi dan dialami oleh setiap orang adalah hasil dari proses belajar yang dilakukannya secara intens. Mereka melakukan kegiatan belajar dengan tidak mengenal waktu. Mereka memanfaatkan waktu seefektif mungkin sehingga setiap detik yang berlalu adalah untuk belajar.
Waktu terus berlalu
Ya, waktu itu bagaikan air yang mengalir di sungai. Air mengalir dari hulu menuju ke muara dan ketika air sudah mengalir ke muara, maka air tidak mungkin kembali mneuju ke hulu. Begitu juga halnya dengan waktu yang berlalu. Ketika waktu telah melalui kita, maka waktu tidak akan melewati kita lagi melainkan terus mengalir. Sementara yang mengalir melalui kita adalah waktu yang lainnya.
Sungguh sangat merugi orang-orang yang tidak mengerti waktu. Sungguh sangat merugi orang-orang yang tidak memanfaatkan waktu yang dimilikinya dan membiarkan berlalu begitu saja. Waktu itu sedemikiannya bagi kehidupan kita sehingga setiap kegiatan kita selalu berbatas padanya. Hidup kita berbatas pada waktu. Begitu juga kegiatan lainnya.
Kita harus menekankan pada anak didik pada kenyataan bahwa waktu kita sangatlah terbatas dan tidak bakal kembali ketika sudah berlalu. Dan, jika sudah berlalu, maka kesempatan kita pun ikut menghilang. Kita menyadari bahwa waktu identik dengan kesempatan. Jika kita mempunyai waktu berarti kita mempunyai kesempatan utuk melakukan sesuatu. Tanpa adanya waktu, maka kesempatan kita tidak memilikinya.
Begitu juga halnya dengan proses belajar. Bahwa setiap aspek pelajaran sudah disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga penerapannya disesuaikan dengan program dan kebutuhan peserta didik. Proses belajar adalah proses yang berlangsung secara berkesinambungan dan terus menerus sehingga peranan waktu sangatlah signifikan. Kita tidak dapat mengabaikan peranan waktu pada proses pembelajaran.
Bahwa materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik saat menempuh proses belajar disusun secara bertingkat. Penyusunannya dilakukan dalam tingkatan-tingkatan tertentu dengan penyesuaian tingkat kesulitan materi yang disignifikansikan dan disinergiskan dengan kemampuan anak dalam menerima materi pelajaran. Proses pembelajaran diawali dari hal-hal termudah dan secara berangsur sesuai dengan waktu. Dengan demikian diharapkan ada proses yang berlangsung secara teratur dan sistematis. Hal ini karena kemampuan anak didik berkembang sesuai dengan usia dan pola pikirnya.
Mulai dari tingkatan anak-anak, remaja hingga dewasa, tingkatan kemampuan anak dalam menyerap materi pelajaran sangatlah sistemis menuju pada sistematis tertentu. Kita tidak dapat memaksakan program pada anak didik tanpa memperdulikan faktor tersebut. Sebagai sosok yang masih labil, maka anak didik harus menambahkan berbagai aspek pada dirinya sehingga benar-benar sesuai dengan proses belajarnya.
Waktu terus berlalu dan meninggalkan kita dengan berbagai kondisi. Terkadang kondisi tersebut positif, tetapi kadang negatif. Kondisi positif hanya dapat kita capai jika kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan seefektifnya. Tetapi, jika waktu dibiarkan berlalu begitu saja, maka sudah barang tentu penyesalan adalah buah yang dipanen pada akhirnya.
Anak didik harus dibiasakan untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Mereka harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan kegiatan efektif. Hanya dengan cara seperti itu, maka proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara sistematis dan efektif. Kita harus menekankan konsep bahwa waktu adalah hal terpenting untuk dapat mewujudkan segala tujuan kita pada anak didik.
Mari mendahului waktu
Bisakah kita mendahului waktu? Ini merupakan satu pertanyaan sekaligus pernyataan yang tidak dapat kita abaikan begitu saja. Waktu adalah sesuatu yang sudah pasti datang dan perginya. Kita tidak dapat mencegah ataupun menghambat kedatangan dan kepergiannya. Waktu mengalir begitu saja. Tidak ada satu orangpun yang dapat menghentikan perjalanan waktu. Jika waktu mendatangi kita, kita tidak dapat menghindarinya. Jika waktu meninggalkan kita, maka kita tidak dapat mencegah kepergiannya itu.
Mungkinkah bagi kita untuk mendahului laju perjalanan waktu? Mustahil! Ya, memang hal tersebut sesuatu yang mustahil. Waktu jika sudah lewat, maka tidak mungkin dikejar lagi. Apalagi mendahului laju waktu? Tetapi, sebenarnya kehidupan mengajarkan kita untuk secara terus menerus berusaha menghadapi kehidupan sebaik-baiknya. Dan, langkah atau cara menghadapinya dengan menciptakan berbagai inovasi serta improvisasi terkait dengan pola kehidupan.
Salah satu cara yang efektif adalah dengan berusaha mendahului pergerakan waktu. Ya, kita harus berusaha mendahului waktu agar kita dapat menjawab dan memberikan layanan terbaik bagi kehidupan ini. kita harus segera mempercepat langkah kaki setidaknya dua atau tiga langkah ke depan dari yang seharusnya kita jalani.
Seperti pola kerja para intelek bangunan, arsitek dan seterusnya. Mereka bekerja pada masa depan, mendahului waktu. Ketika mereka membangun rumah atau bangunan lainnya, maka yang mereka kerjakan adalah membuat gambar dan maket bangunan tersebut. Setelah gambar selesai dikerjakan dan maket terbentuk, baru kemudian mereka mulai mengerjakan proses pembuatan rumah hingga bangunan rumah selesai. Mereka tidak menunggu rumah selesai untuk membuat gambar dan maketnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka kita harus mampu menyusun jadwal kegiatan dengan sebaik-baiknya. Setiap hal yang kita kerjakan harus didasarkan pada aturan jadwal yang sudah kita buat. Dengan jadwal, maka setidaknya kita dapat mengatur hal-hal yang harus dilakukan agar pola kehidupan kita benar-benar sistematis.
Kita memang harus menjalani kehidupan ini secara sistematis sebab hidup ini merupakan satu kegiatan yang tersistem. Setiap hal yang terjadi adalah bentuk implementasi dari setiap bagian sistem yang ada. Secara implisit, segala hal dalam kehidupan sebagaimana skenario yang disusun oleh seorang penulis. Apa yang harus kita lakukan, apapun yang kita alami sebenarnya sudah ditulis sedemikian rupa sehingga kita dapat saja mengerjakan hal-hal yang sebenarnya akan terjadi di masa depan. Dalam konteks ini, kita asumsikan pada proses belajar.
Artinya, pada proses belajar, kita dapat saja mendahului proses belajar sesuai dengan kurikulum yang sudah disusun. Materi pelajaran boleh saja kita pelajari secara berurutan, tetapi dapat juga sesuai dengan kebutuhan. Jika skenario yang kita susun, satu materi habis selama tiga minggu, dapat saja materi tersebut kita habiskan selama dua minggu sehingga satu minggu terakhir dapat kita pergunakan untuk mempelajri, membahas materi selanjutnya.
Jika di sekolah kita mempelajari bab satu, maka tidak salah jika kita di rumah mempelajari bab dua. Dari guru kita mempelajari awalan, maka di rumah kita dapat mempelajari kelanjutan dari materi guru. Jika hal tersebut kita lakukan, maka yakinlah bawah proses belajar dapat berlangsung lancar dan kita semakin mudah menguasai dan memahami setiap konsep materi pelajaran.
Kita memang harus mendahului waktu untuk dapat mencapai hasil proses belajar maksimal. Kita harus berusaha mempelajari materi pelajaran lebih dahulu, walaupun di sekolah materi tersebut belum diberikan oleh guru. Hal ini sangat penting dalam proses pembelajaran. Bahwa materi pelajaran harus dipelajari, tidak harus menunggu diajarkan guru di kelas. Kita boleh belajar dan seharusnya belajar mendahului waktu bersama guru sehingga saat bertemu guru dapat mempertanyakan hal-hal yang belum dikuasai.
Yang kita maksudkan dengan mendahului waktu tidak lain adalah belajar lebih dahulu dari pembelajaran yang dilaksanakan di kelas belajar. Kita harus belajar di rumah, sebelum di kelas sehingga kesulitan yang kita alami dapat dipertanyakan kepada guru saat di kelas. Pola belajar seperti ini seharusnya kita tanamkan kepada anak didik sehingga menjadi satu kondisi yang sudah tersistem dalam diri anak didik. Tentunya, jika anak didik terbiasa belajar sebelum proses pembelajaran dilakukan, maka proses belajar dapat lancar dan hasilnya dapat maksimal. Hal ini karena proses belajar didasarkan pada kebutuhan anak didik. Anak didik tidak dipaksa untuk mempelajari materi yang tidak diketahuinya.
Proses pembelajaran memang tidak hanya dilaksanakan untuk saat sekarang, melainkan harus dipelajari secara berulang dan yang terutama adalah masa depannya. Kita harus mempersiapkan segala hal yang akan kita pelajari. Sangat tidak bijak jika ternyata kita melakukan proses belajar hanya pada saat di ruang kelas. Jika ini tetap dilakukan, maka kesempatan untuk beljar sangat sedikit, bahkan kesulitan yang kita alami tidak sempat dijelaskan lebih lanjut. Tetapi jika kita belajar lebih dahulu, maka proses lebih efektif sebab kita sudah membawa permasalahan kita di dalam penguasaan materi pelajaran.
Akselerasi belajar
Belajar pada dasarnya mencoba untuk menguasai hal-hal baru agar dapat menjadi bagian kemampuan diri. Dan, materi pelajaran yang diberikan guru pada saat proses pembelajaran menjadi satu orientasi yang tidak paling utama. Pada proses belajar, ada banyak hal yang belum kita ketahui, apalagi kuasai sehingga perlu skala prioritas untuk dapat menguasai materi tersebut.
Sebenarnya, untuk dapat menguasai materi yang sudah tersusun sebagaimana kurikulum yang diterapkan, maka harus ada upaya untuk melakukan proses pembelajaran ke materi ke depan. Proses pembelajaran tidak dapat hanya untuk materi sekarang saja. Jika pola statis seperti itu tetap diterapkan, maka selamanya kondisi hasil pembelajaran kita tidak pernah meningkat. Bahkan, hal tersebut dapat menjadi penghalang utama keber-hasilannya.
Jangkauan proses pembelajaran adalah masa depan. Oleh karena itulah, maka apa yang dipelajari seharusnya diorientasikan pada kondisi masa depan. Kita tidak mungkin hanya berpegang pada kondisi masa lalu. Kalaupun hal tersebut masih diterapkan, maka seharusnya ada inovasi dan improvisasi dengan mengkolaborasikan materi pada kondisi masa depan.
Guru seharusnya selalu memikirkan langkah inovasi, yaitu langkah untuk mempersiapkan anak didik dengan kemampuan yang signifikan dengan kebutuhan jaman. Bahwa materi belajar seharusnya selalu selaras dengan kondisi kehidupan masyarakat. Kita tidak boleh memberikan materi pelajaran yang out to date. Materi pelajaran yang ketinggalan jaman! Apalagi jika materi pelajaran tersebut sama sekali tidak relevan dengan kondisi yang ada di dalam kehidupan. Percuma! Sia-sia, banyak mengeluarkan tenaga dan biaya tetapi sama sekali tidak begruna bagi kehidupan anak didik di masyarakat.
Akselerasi belajar merupakan satu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan oleh setiap pelaku pendidikan. Akselerasi belajar merupakan satu keharusan di jaman sekarang ini. Dengan akselerasi belajar, maka setidaknya anak didik menguasai materi pelajaran lebih dahulu daripada waktu yang direncanakan. Anak didik dipacu untuk dapat menerima dan menguasai serta memahami materi pelajaran dalam waktu yang singkat dan sempurna.
Kita harus selalu berusaha agar anak didik kita dapat melakukan akselerasi belajar agar dapat mengikuti setiap aspek atau materi pelajaran sebaik-baiknya. Anak didik harus dipacu untuk mengikuti proses belajarnya sehingga tercipta satu kondisi pembelajaran. Hal ini karena proses belajar merupakan implementasi dari dinamisasi kehidupan. Jika kita tidak menyeimbangkan kegiatan, tentunya kita bakal ketinggalan. Sebagaimana proses pembelajaran, jika kita tidak segera melakukan akselerasi belajar tentunya kemampuan kita bakal ketinggalan sehingga selamanya kita menjadi bangsa yang terpuruk.
Akselerasi belajar pada dasarnya identik dengan mendahului waktu belajar, tetapi dalam konteks ini anak didik dibimbing untuk melakukan segalanya dalam tingkat kecepatan tinggi. Guru menjadi pembimbing anak didik untuk proses pembelajarannya. Guru secara intens memberikan bimbingan pada anak didik saat mempelajari materi pelajaran. Anak didik tidak harus belajar terlebih dahulu, melainkan secara bersama-sama belajar dalam bimbingan guru. Tetapi, kecepatan belajar dikondisikan sedemikian rupa sehingga materi pelajaran yang seharusnya habis untuk satu semester, dapat diselesaikan pada setengah semester atau lebih cepat dari program yang disusun dalam rencana pembelajaran.
Rencana Pembelajaran memang sangat bagus sebagai anutran proses. Dengan rencana pembelajaran, maka setiap materi yang menjadi jatah pembelajaran dapat diberikan pada anak didik secara sistematis. Tetapi, untuk kondisi ini, anakdidik dipacu untuk terbiasa pada kondisi akseleratif. Pola pembelajaran ini selain untuk mengefektifkan proses, juga untuk menghindari sikap manja yang berlebihan pada anak didik. selama ini yang menjadi penyebab kegagalan proses belajar adalah sikap manja dari anak didik. Anak didik malas belajar, maka dengan akselerasi belajar, mereka dipacu untuk terus belajar. Setidaknya dengan pola belajar ini, akan tercipta community learning di kelas pembelajaran. Dengan community learning ini, maka kesadaran belajar dapat ditingkatkan menuju keberhasilan yang diharapkan.
Mendidik memahami waktu
Waktu adalah bagian penting dari kehidupan. Waktu adalah penentu tingkat keberhasilan proses kehidupan. Dengan adanya waktu, maka setiap kegiatan dapat diketahui dapat dijalankan ataukah gagal dijalankan. Bahwa setiap perubahan tidak dapat terlepas dari peran serta waktu. Hanya dengan waktu, maka segala hal dalam kehidupan ini dapat terjadi.
Mengingat betapa pentingnya eksistensi waktu dalam kehidupan, maka setiap orang harus memperhatikan dan memanfaatkan wktu sebaik-baiknya. Hal ini berarti bahwa waktu itu mengalir bagaikan air sungai. Jika sudah mengalir dari hulu, maka air itu tidak bakal kembali ke hulu. Terus mengalir tanpa peduli apapun yang terjadi selama perjalanannya.
Jika kita tidak melakukan apapun pada aliran tersebut, maka semua tidak mungkin terjadi. Air yang mengalir tidak peduli pada apapun yang terjadi akibat alirannya. Dan, siapa yang menentang aliran tersebut, maka harus menanggung resikonya. Artinya siapapun yang menentang ataupun mengabaikan waktu, tentunya waktu tidakpeduli. Waktu terus bergulir. Waktu terus berganti. Dan, yang fatal adalah waktu tidak akan berputar balik. Maka tinggallah penyesalan pada setiap orang yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Dan, sebagai guru, orang yang mempunyai pengalaman lebih dalam hal menghadapi perguliran waktu, maka guru seharusnya memberikan pengalaman tersebut pada anak didiknya. Guru harus dapat memberikan bimbingan pada anak didiknya, khusus dalam hal ini adalah pemanfaatan waktu untuk proses belajar. Guru harus dapat menanamkan konsep betapa pentingnya waktu untuk mncapai keberhasilan proses belajar.
Anak didik seharusnya benar-benar memahami betapa beruntungnya mereka dapat mengikuti proses belajar hingga tingkatan mereka. Tentunya kita memberikan komparasi pada anak-anak yang tidak berkesempatan melanjutkan proses belajarnya akibat kondisi ekonomi orang tua yang tidak mendukung. Mereka seharusnya bersyukur atas kesempatan tersebut dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Salah satu cara efektif adalah dengan mengefektifkan waktu untuk belajar.
Untuk keberhasilan proses belajar, guru harus benar-benar dapat memberikan pengertian pada anak didiknya tentang eksitensi waktu terhadap proses belajar. Artinya, guru harus mampu membangkitkan kesadaran anak didik tentang hubungan waktu dan kesempatan belajar. Kesempatan yang terbuka begitu luas seharusnya dijwab oleh anak didik dengan belajar secara giat sehingga tujuan belajar dapat dicapai sesuai dengan jadwalnya.
Begitulah pentingnya pemahaman atas waktu yang dimiliki sehingga anak didik menyadari bahwa keberuntungan mereka dalam kesempatan belajar harus ditindaklanjuti dengan pemanfaatan waktu sebaik-baiknya. Jangan menyia-nyiakan waktu agar tujuan belajar yang hakiki dapat tercapai dan bangsa ini benar-benar dapat bangkit dari keterpurukannya, khususnya dalam bidang pendidikan sumber daya manusianya.
Penyesalan adalah sia-sia
Satu hal yang perlu kita tanamkan dalam hati anak didik adalah agar mereka menyadari pentingnya waktu bagi mereka. Bahwa setiap kegiatan yang kita lakukan dibatasi oleh waktu sehingga tidak mungkin kita dapat mengulangi lagi kegiatan yang terlewatkan. Oleh karena itulah, maka waktu yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga betul-betul efektif untuk mencapai cita-cita atau tujuan hidup.
Jika ternyata ada anak didik yang tidak melaksanakan atau mempergunakan waktu sebaik-baiknya dan mengalami kegagalan, maka yang tersisa dalam kehidupannya adalah penyesalan. Penyesalan ini sebenarnya tidak ada manfaatnya. Sia-sia saja! Nasi sudah menjadi bubur, tidak bakal dapat dijadikan nasi lagi. Oleh karena itulah, maka kita harus memakannya sekalipun berbentuk bubur.
Mereka yang tidak memanfaatkan waktu seefektifnya, pada akhirnya hanya mendapatkan penyesalan dan hal tersebut sama sekali tidak berarti. Oleh karena itulah, maka kita harus mengantisipasinya dengan langkah-langkah strategis. Waktu harus kita manfaatkan, pergunakan sesuai dengan kegiatan yang seharusnya dilakukan. Kita tidak boleh menunda-nunda atau mengabaikan perguliran waktu dengan mengabaikan kegiatan kita. Jangan pernah menganggap enteng setiap kegiatan. Jangan pernah mengatakan bahwa masih ada waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan di waktu mendatang.
Kebiasaan-kebiasaan menunda kegiatan merupakan kegiatan yang pada akhirnya dapat membunuh kita! Pekerjaan-pekerjaan yang ditunda hanyalah akan memberikan siksaan atau penderitaan pada kehidupan kita di masa depannya. Siksaan tersebut akan sangat terasa saat jatah waktu yang diberikan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut sudah habis.
Penyesalan adalah sia-sia. Apa gunanya kita menyesali kondisi jika ternyata apa yang kita alami tersebut adalah akibat kesembronoan kita sendiri. Siksaan yang terjadi akibat sikap kita yang mengabaikan waktu, kesempatan yang kita miliki untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Agar tidak mengalami penyesalan, maka segala kegiatan harus diprogram dan dibuatkan skedul pelaksanaan sehingga setiap aspek dapat ditata dan ditentukan saat pelaksanaan dan pencapaiannya.
Ya. Dari sekian banyak hal yang harus dihadapi oleh guru adalah menanamkan konsep dan pengertian serta kesadaran atas segala hal terkait proses belajar anak didik. Bahwa, anak didik harus dibangkitkan kesadarannya atas keterbatasan waktu untuk melaksanakan kegiatan belajar. Guru harus memberikan kesadaran pada anak didiknya, terkhusus pada pemanfaatan waktu untuk kegiatan-kegiatan efektif, khususnya terkait dengan proses belajar.
Setiap saat, anak didik harus melakukan proses belajar. Tidak hanya saat belajar di ruang kelas, melainkan dimanapun mereka harus menafaatkan waktu untuk belajar. Kita harus menanamkan konsep bahwa belajar tidak hanya dilakukan di ruang belajar, melainkan dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Hal ini adalah untuk mengantisipasi perjalanan waktu yang sedemikian pesatnya dan tidak pernah kembali ke posisi awal.
Jika kita dapat menanamkan konsep pentingnya waktu bagi proses pendidikan dan pembelajaran, maka setidaknya anak didik tidak lagi bermalas-malasan di dalam proses belajar. Mereka akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar dan tidak membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa kegiatan belajar. Setelah kondisi tersebut tertanam dalam diri anak didik, maka setiap waktu yang ada, dipergunakan untuk belajar. Dan. Kondisiitulah yang kita inginkan!
Belajarlah menghargai waktu sebab waktu adalah jembatan tercepat menuju keberhasilan mencapai tujuan hidup. Jika kita mengabaikan waktu, berarti kita kehilangan jembatan menuju keberhasilan. Jadikan waktu sebagai bagian utuh dari kehidupan kita sebab dalam lingkaran waktu itulah sebenarnya kita melangkah menuju arah yang diharapkan.
Penutup
Begitu pentingnya eksistensi waktu di dalam kehidupan kita sehingga kita memang harus benar-benar memanfaatkannya sebaik-baiknya agar program dapat dilaksanakan maksimal. Waktu begitu berarti sehingga menjadi kerangka bagi setiap kegiatan hidup. Tanpa waktu, maka hidup ini kosong tidak berisi apapun.
Dan, anak didik sebagai sosok yang harus memenuhi kebutuhan bekal hidup sudah seharusnya benar-benar memperhatikan waktu yang dimilikinya. Sekali waktu terabaikan, maka penyiksaan terhadap diri sudah dimulai. Bahwa pada saat kita mengabaikan waktu, maka sekian banyak kegiatan terabaikan, tertunda dan hal tersebut merupakan penyiksaan bagi kita di saat dibutuhkan.
Pengabaian waktu berarti menunda sekian banyak pekerjaan. Pekerjaan yang seharusnya sudah selesai tetapi tetap ngendon sebab tidak dikerjakan. Pekerjaan tersebut menumpuk dan pada akhirnya menjadi beban. Padahal, pekerjaan bukan suatu beban. Setidaknya kita memahami bahwa beban itu sesuatu yang memberatkan bagi kita. Jika pekerjaan menjadi beban, maka kualitas kerja dan kinerja tidak dapat maksimal.
Oleh karena itulah, peranan guru di dalam menanamkan konsep pemanfaatan waktu secara maksimal harus benar-benar dilakukan. Guru harus menanamkan kedisiplinan penggunaan waktu pada anak didik sehingga kegiatan belajar terasa ringan. Kedisiplinan akan membawa pada suatu kebiasaan yang secara otomatis mengalir tanpa harus membawa beban. Kita lihat saja aliran air di sungai. Air itu mengalir begitu saja dan menerima segalanya tanpa protes. Apapun yan masuk ke dalam aliran sungai tetap dibawa mengalir. Tidak ada penolakan.
Ya, anak didik harus dibiasakan untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya agar tidak menimbulkan penyesalan di akhirnya. Waktu belajar memang sepanjang hayat, tetapi tetap saja setiap bagian pembelajaran dibatasi waktu. Dan, jika kita gagal ada satu bagian waktu belajar, berarti kita telah kalah pada waktu. Dan, penyesalan adalah harga termahal yang harus kita bayarkan untuk itu. Siapa ingin gagal? Tidak ada!
Salah satu aspek penting di dalam kehidupan kita adalah waktu. Bahkan kita dapat mengatakan bahwa waktu adalah sesuatu yang istimewa sebab waktu datang dan pergi tanpa dapat kita cegah. Waktu mengalir dan kita terbawa di dalamnya tanpa mampu menghindarinya. Dan, hal penting dari waktu adalah, jika sudah pergi, maka tidak akan kembali lagi pada kita, sebagaimana saat dia datangi kita.
Oleh karena itulah, maka banyak orang mengatakan bahwa jika kita kehilangan waktu, maka sebenarnya kita telah kehilangan sebagian besar kehidupan kita. Kita tidak dapat mengembalikan waktu ke amsa lalu ataupun mempercepat, memboyong waktu ke masa yang akan datang. Secara otomatis waktu datang dan pergi dari kehidupan kita. Dan, kita akan sangat kehilangan jika kita tidak memanfaatkan waktu secara efektif dan maksimal. Sekali kita mengabaikan waktu, maka sekian banyak kegiatan terabaikan dan hal tersebut pada akhirnya menjadikan kita sebagai sosok yang tidak berguna.
Demikian juga halnya dalam proses pembelajaran. ada perbandingan lurus antara waktu dengan proses belajar. Artinya, ada hubungan yang signifikan antara proses belajar dengan waktu yang digunakan untuk belajar. Perbandingan tersebut sebanding, yaitu jika kita mempergunakan waktu yang cukup banyak, maka sebenarnya cukup banyak pula hal yang sudah kita pelajari. Seharusnya kita menguasai banyak kemampuan jika sudah belajar dalam banyak waktu.
Seharusnya hal ini benar-benar dipahami oleh anak didik sebagai subyek belajar sehingga waktunya benar-benar efektif, Artinya hasil belajar dan waktu yang digunakan untuk belajar benar-benar mampu memberinya sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya. Ada perubahan yan signifikan antara sebelum belajar dengan sesudah belajar. Perubahan inilah yang sesungguhnya menjadi indikator keberhasilan dari proses belajar. Jika perubahan ini hanya sedikit, maka sebenarnya proses belajar tidak berhasil, tidak efektif. Tetapi jika perubahan tersebut sangat besar, tentunya hal tersebut mencerminkan proses belajar yang berhasil.
Oleh karena itulah, maka sudah seharusnya ada pemahaman khusus dari setiap komponen penting dalam proses belajar, khususnya anak didik sehingga mereka benar-benar melaksanakan kegiatan belajar yang menjadi tugas dan kewajibannya. Mereka adalah subyek belajar, maka harus aktif melakukan kegiatannya. Mereka bukan obyek belajar yang harus selalu disuapi materi pelajaran agar dapat mengalami perubahan yang signifikan. Dan, pemanfaatan waktu secara efektif dan efisien merupakan kunci keberhasilan di dalam proses belajar. Jika waktu dimanfaatkan secara efektif dan efisien, tentunya hal tersebut memberikan hasil yang maksimal. Tetapi jika waktu dibiarkan mengalir tanpa pemanfaatan yang maksimal, maka kegagalan merupakan harga mati di akhir kegiatan.
Setiap guru, sebagai fasilitator dan sekaligus sebagai pembimbing proses belajar sudah seharusnya memebrikan arahan dan bantuan maksimal pada anak didiknya sehingga sadar atas tugas dan kewajiban belajarnya dan membuktikannya dengan mempergunakan waktu sebaik-baiknya untuk kegiatan belajarnya. Anak didik harus dibimbing dalam memanfaatkan waktu yang ada secara efektif dan sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan.
Kita harus menyadari bahwa kegagalan bermula dari pemanfaatan waktu yang tidak efektif dan maksimal. Mereka yang membiarkan waktu berlalu begitu saja merupakan kelompok terbesar yang mengalami kegagalan, khususnya dalam proses belajar. Mereka tidak memanfaatkan waktu untuk belajar, melainkan membiarkan waktu berlalu dengan kegiatan-kegiatan yang sama sekali tidak mencerminkan keefektifkan kegiatan.
Pentingnya waktu bagi belajar
Belajar merupakan kegiatan yang secara sadar kita lakukan dengan tujuan agar ada perubahan signifikan atas kemampuan yang kita miliki. Dengan belajar, maka kita dapat memperbaiki kondisi diri kita, khususnya kemampuan kita pada aspek-aspek khusus dalam kehidupan ini. dan, belajar menjadi satu harapan agar terjadi perubahan mendasar bagi setiap aspek diri, knowledge, psikomotor, maupun attitude.
Dan, perubahan yang terjadi pada seseorang bahkan sesuatu selalu berjalan berdasarkan waktu untuk hal tersebut. Ada perubahan yang begitu cepat, tetapi ada juga perubahan yang begitu lambat. Misalnya perubahan yang terjadi pada kodupan makhluk hidup secara umum terjadi secara berangsur-angsur, lambat dan disebut dengan evolusi. Ada teori yang mengatakan bahwa awalnya di dunia hanya ada satu jenis makhluk hidup. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi sehingga terciptakan makhluk-makhluk yang ada sekarang ini. Burung yang sekarang ini merupakan hasil evolusi burung-burung besar pada saat dulu. Mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan belajar dan akhirnya mereka berhasil dan terciptakan kondisi yang benar-benar berbeda dengan nenek moyang mereka.
Bahkan ada guyonan, bahwa manusia adalah hasil evolusi dari kera. Artinya nenek moyang kita adalah kera. Apakah ini benar? Teori Darwin mengatakan hal tersebut! Apakah teori ini sudah dikalahkan, dijatuhkan oleh teori yang baru mengenai eksistensi manusia? Tetapi setidaknya sejak dahulu kita mendapatkan informasi bahwa sekarang adalah hasil evolusi manusia purba dan sebagainya, yang tentu saja profilnya sangat jauh berbeda dengan kita sekarang ini. Dari beberapa fosil mengatakan bahwa memang ada kedekatan profil antara manusia purba dengan kera. Tetapi apakah hal tersebut menunjukkan bahwa kita berasal dari kera?
Setidaknya, satu hal yang harus kita yakini bahwa setiap perubahan yang terjadi dan dialami oleh setiap orang adalah hasil dari proses belajar yang dilakukannya secara intens. Mereka melakukan kegiatan belajar dengan tidak mengenal waktu. Mereka memanfaatkan waktu seefektif mungkin sehingga setiap detik yang berlalu adalah untuk belajar.
Waktu terus berlalu
Ya, waktu itu bagaikan air yang mengalir di sungai. Air mengalir dari hulu menuju ke muara dan ketika air sudah mengalir ke muara, maka air tidak mungkin kembali mneuju ke hulu. Begitu juga halnya dengan waktu yang berlalu. Ketika waktu telah melalui kita, maka waktu tidak akan melewati kita lagi melainkan terus mengalir. Sementara yang mengalir melalui kita adalah waktu yang lainnya.
Sungguh sangat merugi orang-orang yang tidak mengerti waktu. Sungguh sangat merugi orang-orang yang tidak memanfaatkan waktu yang dimilikinya dan membiarkan berlalu begitu saja. Waktu itu sedemikiannya bagi kehidupan kita sehingga setiap kegiatan kita selalu berbatas padanya. Hidup kita berbatas pada waktu. Begitu juga kegiatan lainnya.
Kita harus menekankan pada anak didik pada kenyataan bahwa waktu kita sangatlah terbatas dan tidak bakal kembali ketika sudah berlalu. Dan, jika sudah berlalu, maka kesempatan kita pun ikut menghilang. Kita menyadari bahwa waktu identik dengan kesempatan. Jika kita mempunyai waktu berarti kita mempunyai kesempatan utuk melakukan sesuatu. Tanpa adanya waktu, maka kesempatan kita tidak memilikinya.
Begitu juga halnya dengan proses belajar. Bahwa setiap aspek pelajaran sudah disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga penerapannya disesuaikan dengan program dan kebutuhan peserta didik. Proses belajar adalah proses yang berlangsung secara berkesinambungan dan terus menerus sehingga peranan waktu sangatlah signifikan. Kita tidak dapat mengabaikan peranan waktu pada proses pembelajaran.
Bahwa materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik saat menempuh proses belajar disusun secara bertingkat. Penyusunannya dilakukan dalam tingkatan-tingkatan tertentu dengan penyesuaian tingkat kesulitan materi yang disignifikansikan dan disinergiskan dengan kemampuan anak dalam menerima materi pelajaran. Proses pembelajaran diawali dari hal-hal termudah dan secara berangsur sesuai dengan waktu. Dengan demikian diharapkan ada proses yang berlangsung secara teratur dan sistematis. Hal ini karena kemampuan anak didik berkembang sesuai dengan usia dan pola pikirnya.
Mulai dari tingkatan anak-anak, remaja hingga dewasa, tingkatan kemampuan anak dalam menyerap materi pelajaran sangatlah sistemis menuju pada sistematis tertentu. Kita tidak dapat memaksakan program pada anak didik tanpa memperdulikan faktor tersebut. Sebagai sosok yang masih labil, maka anak didik harus menambahkan berbagai aspek pada dirinya sehingga benar-benar sesuai dengan proses belajarnya.
Waktu terus berlalu dan meninggalkan kita dengan berbagai kondisi. Terkadang kondisi tersebut positif, tetapi kadang negatif. Kondisi positif hanya dapat kita capai jika kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan seefektifnya. Tetapi, jika waktu dibiarkan berlalu begitu saja, maka sudah barang tentu penyesalan adalah buah yang dipanen pada akhirnya.
Anak didik harus dibiasakan untuk tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Mereka harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan kegiatan efektif. Hanya dengan cara seperti itu, maka proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara sistematis dan efektif. Kita harus menekankan konsep bahwa waktu adalah hal terpenting untuk dapat mewujudkan segala tujuan kita pada anak didik.
Mari mendahului waktu
Bisakah kita mendahului waktu? Ini merupakan satu pertanyaan sekaligus pernyataan yang tidak dapat kita abaikan begitu saja. Waktu adalah sesuatu yang sudah pasti datang dan perginya. Kita tidak dapat mencegah ataupun menghambat kedatangan dan kepergiannya. Waktu mengalir begitu saja. Tidak ada satu orangpun yang dapat menghentikan perjalanan waktu. Jika waktu mendatangi kita, kita tidak dapat menghindarinya. Jika waktu meninggalkan kita, maka kita tidak dapat mencegah kepergiannya itu.
Mungkinkah bagi kita untuk mendahului laju perjalanan waktu? Mustahil! Ya, memang hal tersebut sesuatu yang mustahil. Waktu jika sudah lewat, maka tidak mungkin dikejar lagi. Apalagi mendahului laju waktu? Tetapi, sebenarnya kehidupan mengajarkan kita untuk secara terus menerus berusaha menghadapi kehidupan sebaik-baiknya. Dan, langkah atau cara menghadapinya dengan menciptakan berbagai inovasi serta improvisasi terkait dengan pola kehidupan.
Salah satu cara yang efektif adalah dengan berusaha mendahului pergerakan waktu. Ya, kita harus berusaha mendahului waktu agar kita dapat menjawab dan memberikan layanan terbaik bagi kehidupan ini. kita harus segera mempercepat langkah kaki setidaknya dua atau tiga langkah ke depan dari yang seharusnya kita jalani.
Seperti pola kerja para intelek bangunan, arsitek dan seterusnya. Mereka bekerja pada masa depan, mendahului waktu. Ketika mereka membangun rumah atau bangunan lainnya, maka yang mereka kerjakan adalah membuat gambar dan maket bangunan tersebut. Setelah gambar selesai dikerjakan dan maket terbentuk, baru kemudian mereka mulai mengerjakan proses pembuatan rumah hingga bangunan rumah selesai. Mereka tidak menunggu rumah selesai untuk membuat gambar dan maketnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka kita harus mampu menyusun jadwal kegiatan dengan sebaik-baiknya. Setiap hal yang kita kerjakan harus didasarkan pada aturan jadwal yang sudah kita buat. Dengan jadwal, maka setidaknya kita dapat mengatur hal-hal yang harus dilakukan agar pola kehidupan kita benar-benar sistematis.
Kita memang harus menjalani kehidupan ini secara sistematis sebab hidup ini merupakan satu kegiatan yang tersistem. Setiap hal yang terjadi adalah bentuk implementasi dari setiap bagian sistem yang ada. Secara implisit, segala hal dalam kehidupan sebagaimana skenario yang disusun oleh seorang penulis. Apa yang harus kita lakukan, apapun yang kita alami sebenarnya sudah ditulis sedemikian rupa sehingga kita dapat saja mengerjakan hal-hal yang sebenarnya akan terjadi di masa depan. Dalam konteks ini, kita asumsikan pada proses belajar.
Artinya, pada proses belajar, kita dapat saja mendahului proses belajar sesuai dengan kurikulum yang sudah disusun. Materi pelajaran boleh saja kita pelajari secara berurutan, tetapi dapat juga sesuai dengan kebutuhan. Jika skenario yang kita susun, satu materi habis selama tiga minggu, dapat saja materi tersebut kita habiskan selama dua minggu sehingga satu minggu terakhir dapat kita pergunakan untuk mempelajri, membahas materi selanjutnya.
Jika di sekolah kita mempelajari bab satu, maka tidak salah jika kita di rumah mempelajari bab dua. Dari guru kita mempelajari awalan, maka di rumah kita dapat mempelajari kelanjutan dari materi guru. Jika hal tersebut kita lakukan, maka yakinlah bawah proses belajar dapat berlangsung lancar dan kita semakin mudah menguasai dan memahami setiap konsep materi pelajaran.
Kita memang harus mendahului waktu untuk dapat mencapai hasil proses belajar maksimal. Kita harus berusaha mempelajari materi pelajaran lebih dahulu, walaupun di sekolah materi tersebut belum diberikan oleh guru. Hal ini sangat penting dalam proses pembelajaran. Bahwa materi pelajaran harus dipelajari, tidak harus menunggu diajarkan guru di kelas. Kita boleh belajar dan seharusnya belajar mendahului waktu bersama guru sehingga saat bertemu guru dapat mempertanyakan hal-hal yang belum dikuasai.
Yang kita maksudkan dengan mendahului waktu tidak lain adalah belajar lebih dahulu dari pembelajaran yang dilaksanakan di kelas belajar. Kita harus belajar di rumah, sebelum di kelas sehingga kesulitan yang kita alami dapat dipertanyakan kepada guru saat di kelas. Pola belajar seperti ini seharusnya kita tanamkan kepada anak didik sehingga menjadi satu kondisi yang sudah tersistem dalam diri anak didik. Tentunya, jika anak didik terbiasa belajar sebelum proses pembelajaran dilakukan, maka proses belajar dapat lancar dan hasilnya dapat maksimal. Hal ini karena proses belajar didasarkan pada kebutuhan anak didik. Anak didik tidak dipaksa untuk mempelajari materi yang tidak diketahuinya.
Proses pembelajaran memang tidak hanya dilaksanakan untuk saat sekarang, melainkan harus dipelajari secara berulang dan yang terutama adalah masa depannya. Kita harus mempersiapkan segala hal yang akan kita pelajari. Sangat tidak bijak jika ternyata kita melakukan proses belajar hanya pada saat di ruang kelas. Jika ini tetap dilakukan, maka kesempatan untuk beljar sangat sedikit, bahkan kesulitan yang kita alami tidak sempat dijelaskan lebih lanjut. Tetapi jika kita belajar lebih dahulu, maka proses lebih efektif sebab kita sudah membawa permasalahan kita di dalam penguasaan materi pelajaran.
Akselerasi belajar
Belajar pada dasarnya mencoba untuk menguasai hal-hal baru agar dapat menjadi bagian kemampuan diri. Dan, materi pelajaran yang diberikan guru pada saat proses pembelajaran menjadi satu orientasi yang tidak paling utama. Pada proses belajar, ada banyak hal yang belum kita ketahui, apalagi kuasai sehingga perlu skala prioritas untuk dapat menguasai materi tersebut.
Sebenarnya, untuk dapat menguasai materi yang sudah tersusun sebagaimana kurikulum yang diterapkan, maka harus ada upaya untuk melakukan proses pembelajaran ke materi ke depan. Proses pembelajaran tidak dapat hanya untuk materi sekarang saja. Jika pola statis seperti itu tetap diterapkan, maka selamanya kondisi hasil pembelajaran kita tidak pernah meningkat. Bahkan, hal tersebut dapat menjadi penghalang utama keber-hasilannya.
Jangkauan proses pembelajaran adalah masa depan. Oleh karena itulah, maka apa yang dipelajari seharusnya diorientasikan pada kondisi masa depan. Kita tidak mungkin hanya berpegang pada kondisi masa lalu. Kalaupun hal tersebut masih diterapkan, maka seharusnya ada inovasi dan improvisasi dengan mengkolaborasikan materi pada kondisi masa depan.
Guru seharusnya selalu memikirkan langkah inovasi, yaitu langkah untuk mempersiapkan anak didik dengan kemampuan yang signifikan dengan kebutuhan jaman. Bahwa materi belajar seharusnya selalu selaras dengan kondisi kehidupan masyarakat. Kita tidak boleh memberikan materi pelajaran yang out to date. Materi pelajaran yang ketinggalan jaman! Apalagi jika materi pelajaran tersebut sama sekali tidak relevan dengan kondisi yang ada di dalam kehidupan. Percuma! Sia-sia, banyak mengeluarkan tenaga dan biaya tetapi sama sekali tidak begruna bagi kehidupan anak didik di masyarakat.
Akselerasi belajar merupakan satu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan oleh setiap pelaku pendidikan. Akselerasi belajar merupakan satu keharusan di jaman sekarang ini. Dengan akselerasi belajar, maka setidaknya anak didik menguasai materi pelajaran lebih dahulu daripada waktu yang direncanakan. Anak didik dipacu untuk dapat menerima dan menguasai serta memahami materi pelajaran dalam waktu yang singkat dan sempurna.
Kita harus selalu berusaha agar anak didik kita dapat melakukan akselerasi belajar agar dapat mengikuti setiap aspek atau materi pelajaran sebaik-baiknya. Anak didik harus dipacu untuk mengikuti proses belajarnya sehingga tercipta satu kondisi pembelajaran. Hal ini karena proses belajar merupakan implementasi dari dinamisasi kehidupan. Jika kita tidak menyeimbangkan kegiatan, tentunya kita bakal ketinggalan. Sebagaimana proses pembelajaran, jika kita tidak segera melakukan akselerasi belajar tentunya kemampuan kita bakal ketinggalan sehingga selamanya kita menjadi bangsa yang terpuruk.
Akselerasi belajar pada dasarnya identik dengan mendahului waktu belajar, tetapi dalam konteks ini anak didik dibimbing untuk melakukan segalanya dalam tingkat kecepatan tinggi. Guru menjadi pembimbing anak didik untuk proses pembelajarannya. Guru secara intens memberikan bimbingan pada anak didik saat mempelajari materi pelajaran. Anak didik tidak harus belajar terlebih dahulu, melainkan secara bersama-sama belajar dalam bimbingan guru. Tetapi, kecepatan belajar dikondisikan sedemikian rupa sehingga materi pelajaran yang seharusnya habis untuk satu semester, dapat diselesaikan pada setengah semester atau lebih cepat dari program yang disusun dalam rencana pembelajaran.
Rencana Pembelajaran memang sangat bagus sebagai anutran proses. Dengan rencana pembelajaran, maka setiap materi yang menjadi jatah pembelajaran dapat diberikan pada anak didik secara sistematis. Tetapi, untuk kondisi ini, anakdidik dipacu untuk terbiasa pada kondisi akseleratif. Pola pembelajaran ini selain untuk mengefektifkan proses, juga untuk menghindari sikap manja yang berlebihan pada anak didik. selama ini yang menjadi penyebab kegagalan proses belajar adalah sikap manja dari anak didik. Anak didik malas belajar, maka dengan akselerasi belajar, mereka dipacu untuk terus belajar. Setidaknya dengan pola belajar ini, akan tercipta community learning di kelas pembelajaran. Dengan community learning ini, maka kesadaran belajar dapat ditingkatkan menuju keberhasilan yang diharapkan.
Mendidik memahami waktu
Waktu adalah bagian penting dari kehidupan. Waktu adalah penentu tingkat keberhasilan proses kehidupan. Dengan adanya waktu, maka setiap kegiatan dapat diketahui dapat dijalankan ataukah gagal dijalankan. Bahwa setiap perubahan tidak dapat terlepas dari peran serta waktu. Hanya dengan waktu, maka segala hal dalam kehidupan ini dapat terjadi.
Mengingat betapa pentingnya eksistensi waktu dalam kehidupan, maka setiap orang harus memperhatikan dan memanfaatkan wktu sebaik-baiknya. Hal ini berarti bahwa waktu itu mengalir bagaikan air sungai. Jika sudah mengalir dari hulu, maka air itu tidak bakal kembali ke hulu. Terus mengalir tanpa peduli apapun yang terjadi selama perjalanannya.
Jika kita tidak melakukan apapun pada aliran tersebut, maka semua tidak mungkin terjadi. Air yang mengalir tidak peduli pada apapun yang terjadi akibat alirannya. Dan, siapa yang menentang aliran tersebut, maka harus menanggung resikonya. Artinya siapapun yang menentang ataupun mengabaikan waktu, tentunya waktu tidakpeduli. Waktu terus bergulir. Waktu terus berganti. Dan, yang fatal adalah waktu tidak akan berputar balik. Maka tinggallah penyesalan pada setiap orang yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Dan, sebagai guru, orang yang mempunyai pengalaman lebih dalam hal menghadapi perguliran waktu, maka guru seharusnya memberikan pengalaman tersebut pada anak didiknya. Guru harus dapat memberikan bimbingan pada anak didiknya, khusus dalam hal ini adalah pemanfaatan waktu untuk proses belajar. Guru harus dapat menanamkan konsep betapa pentingnya waktu untuk mncapai keberhasilan proses belajar.
Anak didik seharusnya benar-benar memahami betapa beruntungnya mereka dapat mengikuti proses belajar hingga tingkatan mereka. Tentunya kita memberikan komparasi pada anak-anak yang tidak berkesempatan melanjutkan proses belajarnya akibat kondisi ekonomi orang tua yang tidak mendukung. Mereka seharusnya bersyukur atas kesempatan tersebut dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Salah satu cara efektif adalah dengan mengefektifkan waktu untuk belajar.
Untuk keberhasilan proses belajar, guru harus benar-benar dapat memberikan pengertian pada anak didiknya tentang eksitensi waktu terhadap proses belajar. Artinya, guru harus mampu membangkitkan kesadaran anak didik tentang hubungan waktu dan kesempatan belajar. Kesempatan yang terbuka begitu luas seharusnya dijwab oleh anak didik dengan belajar secara giat sehingga tujuan belajar dapat dicapai sesuai dengan jadwalnya.
Begitulah pentingnya pemahaman atas waktu yang dimiliki sehingga anak didik menyadari bahwa keberuntungan mereka dalam kesempatan belajar harus ditindaklanjuti dengan pemanfaatan waktu sebaik-baiknya. Jangan menyia-nyiakan waktu agar tujuan belajar yang hakiki dapat tercapai dan bangsa ini benar-benar dapat bangkit dari keterpurukannya, khususnya dalam bidang pendidikan sumber daya manusianya.
Penyesalan adalah sia-sia
Satu hal yang perlu kita tanamkan dalam hati anak didik adalah agar mereka menyadari pentingnya waktu bagi mereka. Bahwa setiap kegiatan yang kita lakukan dibatasi oleh waktu sehingga tidak mungkin kita dapat mengulangi lagi kegiatan yang terlewatkan. Oleh karena itulah, maka waktu yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga betul-betul efektif untuk mencapai cita-cita atau tujuan hidup.
Jika ternyata ada anak didik yang tidak melaksanakan atau mempergunakan waktu sebaik-baiknya dan mengalami kegagalan, maka yang tersisa dalam kehidupannya adalah penyesalan. Penyesalan ini sebenarnya tidak ada manfaatnya. Sia-sia saja! Nasi sudah menjadi bubur, tidak bakal dapat dijadikan nasi lagi. Oleh karena itulah, maka kita harus memakannya sekalipun berbentuk bubur.
Mereka yang tidak memanfaatkan waktu seefektifnya, pada akhirnya hanya mendapatkan penyesalan dan hal tersebut sama sekali tidak berarti. Oleh karena itulah, maka kita harus mengantisipasinya dengan langkah-langkah strategis. Waktu harus kita manfaatkan, pergunakan sesuai dengan kegiatan yang seharusnya dilakukan. Kita tidak boleh menunda-nunda atau mengabaikan perguliran waktu dengan mengabaikan kegiatan kita. Jangan pernah menganggap enteng setiap kegiatan. Jangan pernah mengatakan bahwa masih ada waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan di waktu mendatang.
Kebiasaan-kebiasaan menunda kegiatan merupakan kegiatan yang pada akhirnya dapat membunuh kita! Pekerjaan-pekerjaan yang ditunda hanyalah akan memberikan siksaan atau penderitaan pada kehidupan kita di masa depannya. Siksaan tersebut akan sangat terasa saat jatah waktu yang diberikan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut sudah habis.
Penyesalan adalah sia-sia. Apa gunanya kita menyesali kondisi jika ternyata apa yang kita alami tersebut adalah akibat kesembronoan kita sendiri. Siksaan yang terjadi akibat sikap kita yang mengabaikan waktu, kesempatan yang kita miliki untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Agar tidak mengalami penyesalan, maka segala kegiatan harus diprogram dan dibuatkan skedul pelaksanaan sehingga setiap aspek dapat ditata dan ditentukan saat pelaksanaan dan pencapaiannya.
Ya. Dari sekian banyak hal yang harus dihadapi oleh guru adalah menanamkan konsep dan pengertian serta kesadaran atas segala hal terkait proses belajar anak didik. Bahwa, anak didik harus dibangkitkan kesadarannya atas keterbatasan waktu untuk melaksanakan kegiatan belajar. Guru harus memberikan kesadaran pada anak didiknya, terkhusus pada pemanfaatan waktu untuk kegiatan-kegiatan efektif, khususnya terkait dengan proses belajar.
Setiap saat, anak didik harus melakukan proses belajar. Tidak hanya saat belajar di ruang kelas, melainkan dimanapun mereka harus menafaatkan waktu untuk belajar. Kita harus menanamkan konsep bahwa belajar tidak hanya dilakukan di ruang belajar, melainkan dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Hal ini adalah untuk mengantisipasi perjalanan waktu yang sedemikian pesatnya dan tidak pernah kembali ke posisi awal.
Jika kita dapat menanamkan konsep pentingnya waktu bagi proses pendidikan dan pembelajaran, maka setidaknya anak didik tidak lagi bermalas-malasan di dalam proses belajar. Mereka akan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar dan tidak membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa kegiatan belajar. Setelah kondisi tersebut tertanam dalam diri anak didik, maka setiap waktu yang ada, dipergunakan untuk belajar. Dan. Kondisiitulah yang kita inginkan!
Belajarlah menghargai waktu sebab waktu adalah jembatan tercepat menuju keberhasilan mencapai tujuan hidup. Jika kita mengabaikan waktu, berarti kita kehilangan jembatan menuju keberhasilan. Jadikan waktu sebagai bagian utuh dari kehidupan kita sebab dalam lingkaran waktu itulah sebenarnya kita melangkah menuju arah yang diharapkan.
Penutup
Begitu pentingnya eksistensi waktu di dalam kehidupan kita sehingga kita memang harus benar-benar memanfaatkannya sebaik-baiknya agar program dapat dilaksanakan maksimal. Waktu begitu berarti sehingga menjadi kerangka bagi setiap kegiatan hidup. Tanpa waktu, maka hidup ini kosong tidak berisi apapun.
Dan, anak didik sebagai sosok yang harus memenuhi kebutuhan bekal hidup sudah seharusnya benar-benar memperhatikan waktu yang dimilikinya. Sekali waktu terabaikan, maka penyiksaan terhadap diri sudah dimulai. Bahwa pada saat kita mengabaikan waktu, maka sekian banyak kegiatan terabaikan, tertunda dan hal tersebut merupakan penyiksaan bagi kita di saat dibutuhkan.
Pengabaian waktu berarti menunda sekian banyak pekerjaan. Pekerjaan yang seharusnya sudah selesai tetapi tetap ngendon sebab tidak dikerjakan. Pekerjaan tersebut menumpuk dan pada akhirnya menjadi beban. Padahal, pekerjaan bukan suatu beban. Setidaknya kita memahami bahwa beban itu sesuatu yang memberatkan bagi kita. Jika pekerjaan menjadi beban, maka kualitas kerja dan kinerja tidak dapat maksimal.
Oleh karena itulah, peranan guru di dalam menanamkan konsep pemanfaatan waktu secara maksimal harus benar-benar dilakukan. Guru harus menanamkan kedisiplinan penggunaan waktu pada anak didik sehingga kegiatan belajar terasa ringan. Kedisiplinan akan membawa pada suatu kebiasaan yang secara otomatis mengalir tanpa harus membawa beban. Kita lihat saja aliran air di sungai. Air itu mengalir begitu saja dan menerima segalanya tanpa protes. Apapun yan masuk ke dalam aliran sungai tetap dibawa mengalir. Tidak ada penolakan.
Ya, anak didik harus dibiasakan untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya agar tidak menimbulkan penyesalan di akhirnya. Waktu belajar memang sepanjang hayat, tetapi tetap saja setiap bagian pembelajaran dibatasi waktu. Dan, jika kita gagal ada satu bagian waktu belajar, berarti kita telah kalah pada waktu. Dan, penyesalan adalah harga termahal yang harus kita bayarkan untuk itu. Siapa ingin gagal? Tidak ada!
Langganan:
Postingan (Atom)