Sabtu, 30 Agustus 2008

Pendidik Perlu Bersiap Dengan Dana Pendidikan yang maksimal


Bahwa anggaran pendidikan yang sudah diancangkan untuk menggapai maksimal merupakan kabar terbaik bagi para pegiat pendidikan. Rasanya segala kreativitas dan inovasi bakalan mendapatkan kesempatan untuk lebih diwujudkan dalam kegiatan nyata untuk peningkatan kualitas hasil proses pendidikan dan pembelajaran yang selama ini dianggap telah mengalami kemunduran fisik.
Dana pendidikan yang sebeasr itu memang sangat menentukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran, sebab jika kita dituntut untuk memaksimalkan kerja tetapi dana pendukung sama sekali tidak mendukung, tentunya sangat riskan, bahkan hanya diangan-angan. Bahwa pendidikan memang merupakan hak semua warga negara, tetapi setidaknya ada kesadaran bahwa selain hak ada ekwajiban yang harus diikuti sebagai konsekuensinya. Kita tidak boleh hanya berharap adanya sokongan dana segar dari pemerintah, tetapi kita juga perlu memberikan bantuan nyata pada sekolah sedemikian rupa sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri dapat maksimal.
Semoga saja berita kenaikan dana pendidikan ini benar-benar menajdi suntikan darah segar bagi pegiat pendidikan untuk lebih bergiat dan memberikan pelayanan maksimal bagi anak didik agar mampu menggapai keberhasilan maksimal juga!

Minggu, 17 Agustus 2008

Perlu Kebijakan Khusus pada Guru

Kita mengucapkan syukur alhamdulillah atas perhatian pemerintah terhadap esksistensi sebagai profesi yang sangat perlu diperhatikan. Hal ini dapat kita lihat dari sekian banyaknya guru yang pada tahun ini diangkat sebagai guru negeri (PNS). Banyak guru yang selama ini mengajar sebagai guru sekolah swasta berstatus guru bantu, dengan sistem data base telah secara otomatis diangkat sebagai guru PNS.
Perhatian pemerintah terjadap nasib para guru, memang sangat besar dan patut diacungi jempol. Begitulah seharusnya sebagai pemerintah yang mem-perhatikan warganya dan juga aspek pendidikan untuk warga negaranya. Apalagi dengan janji bahwa sampai tahun 2009 semua Guru Bantu (GB) sudah terangkat semua sebagai guru PNS. Sangat membahagiakan!
Tetapi, pada saat semua kebijakan tersebut diterapkan, selanjutnya ter-jadilah fenomena kekawatiran dari guru-guru yang selama ini mengajar di sekolah negeri. Mengapa? Ternyata kebijakan pemeritah dalam pengangkatan Guru Bantu (GB) adalah dengan menempatkan Guru PNS baru tersebut di sekolah-sekolah ngeri, yang sudah barang tentu di tempat tersebut sudah ada guru, walaupun masih berstatus GTT.
Tentunya, kebijakan pemerintah dengan menempatkan Guru PNS baru ke sekolah negeri menjadikan posisi GTT yang selama ini mengabdi pada sekolah bersangkutan benar-benar terancam. Artinya, jika Guru PNS baru masuk ke sekolah negeri, maka tugas mengajar yang selama ini dipercayakan kepada GTT akan beralih ke Guru PNS baru. Lantas bagaimana nasib GTT?
Memang hal ini merupakan hak pemerintah atas para pegawainya. Sebagai pihak yang memberikan kompensasi atas tugas, yaitu gaji dan sebagai-nya, maka pemerintah mempunyai hak untuk menempatkannya sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, apakah semua ituy sduah melalui perhitungan yang menyeluruh?

Kekawatiran GTT
GTT adalah tenaga honorer yang direkrut oleh sekolah pada saat sekolah membutuhkan tenaga pengajar sementara pemerintah belum memutuskan untik perekrutan tenaga baru. GTT dipekerjakan oleh sekolah sebab kebutuhan yan mendesak.
Sepanjang waktu, GTT melaksanakan tugas dan kewajibannya dengans ebaik-baiknya. Mereka bekerja secara professional dengan melakukan segala tugas yang diberikan kepala sekolah selama menjadi tenaga edukatif di sekolah tersebut.
Dan, ketika para guru mengikuti ujian untuk direkrut sebagai Guru Bantu (GB) dan diterima sebagai tenaga edukatif, maka mereka ditempatkan di sekolah amsing-masing sebagai pendukung peningkatan kualitas pendidikan, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Mereka yang diterima sebagai Guru Bantu langsung ditugaskan pada sekolah asal, yaitu saat mereka mendaftar sebagai Guru Bantu (GB).
Kebijakan ini tentunya bertujuan untuk ikut meringankan beban sekolah swasta pada aspek pembiayaan terkait pada honorarium guru. Pada sisi lainnya, kebijakan tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas finansial guru swasta. Hal ini terkait kenyataan bahwa selama ini nasib guru swasta masih jauh dari kepantasan.
Tentunya, pada saat guru swasta mendaftar sebagai Guru Bantu, mereka telah tercatat sebagai guru tidak tetap (GTT) di sekolahnya. Dengan demikian, maka keberadaannya di sekolah bukanlah sesuatu yang baru. Tetapi, ketika para Guru Bantu diputuskan untuk diangkat sebagai guru PNS melalui proses data base, maka muncullah friksi di sekolah-sekolah, khususnya sekolah negeri.
Guru tidak tetap (GTT) yang selama ini telah mengabdikan diri di sekolah negeri merasakan adanya ancaman. Mengapa? Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa pada Guru Bantu diangkat sebagai guru PNS di sekolah negeri. Disinilah muncul permasalahan bagi guru tidak tetap yang mengabdikan diri di sekolah negeri.
Jika Guru Bantu di sekolah swasta diangkat menjadi guru PNS di sekolah negeri, maka kedatangan mereka tentunya dirasakan sebagai ancaman bagi GTT yang ada. Dengan kedatangan Guru Bantu sebagai guru PNS, maka posisi GTT dapat tergeser dan mengurangi kesempatan bagi mereka untuk diangkat sebagai guru PNS di sekolah tersebut.
GTT yang selama ini nyaman di sekolah negeri tiba-tiba gelisah saat GB diangkat sebagai Guru PNS di sekolah tempatnya mengajar, khususnya guru mata pelajaran yang sama. Dengan kedatangan guru PNS baru ini, maka kemungkinan tergantikannya oleh guru baru sangatlah besar. Jika demikian, maka itulah ancamannya. Itulah kekawatiran yang mendera hati para guru tidak tetap (GTT) di sekolah negeri.

Keresahan Sekolah Swasta

Kebijakan mengangkat guru Bantu ke sekolah negeri pada kenyataannya merupakan kegelisahan bagi sekolah swasta. Pengelola sekolah swasta merasa bangga atas diangkatnya guru Bantu yang mengabdi di sekolahnya, tetapi hal tersebut tidak lama saat mereka mengetahui bahwa para guru tersebut diangkat di sekolah negeri.
Ketika para guru diangkat sebagai Guru Bantu, beberapa sekolah swasta sangat terbantu dalam hal menutup kebutuhan finasial bagi guru tersebut. Dengan pengangkatan guru sebagai guru Bantu, setidaknya tertangani kondisi finansial guru yang selama ini jauh dari cukup.
Memang, kita perlu menyadari bahwa system pembayaran honorarium guru di sekolah swasta merupakan sesuatu yang unik. Keunikannya adalah honor untuk seminggu tetapi harus dikerjakan selama sebulan dan semua itu didasarkan pada jumlah jam mengajarnya dalam seminggu dikalikan besar HR setiap satu jam pelajarannya.
Pengangkatan guru swasta sebagai guru banu di sekolah sungguh sangat membantu pengelola sekolah sebab mendapatkan tenaga yang dibayar oleh pemerintah. Walau ternyata harapan tersebut seringkali meleset sebab eksistensi guru Bantu di sekolah swasta belum efektif. Masih cukup banyak guru Bantu yang ogah-ogahan dalam melaksanakan tugasnya.
Tetapi, bagaimanapun, keputusan pemerintah untuk mengangkat guru Bantu ke sekolah negeri merupakan sesuatu yangs angat menggelisahkan bagi sekolah swasta. Hal ini terkait pada kenyataan bahwa jika guru diangkat di sekolah negeri berarti sekolah swasta tersebut harus ditinggalkan sang guru.
Sekolah swasta akan kehilangan satu atau beberapa orang guru yang selama ini telah membantu dalam kelancaran proses pemelajaran di sekolah tersebut. Jika demikian, berarti staf pengajar berkurang dan itu artinya sekolah harus mencari tenaga baru untuk mengisi kekosongan tempat tersebut.
Pada saatsekarang ini mencari seorang guru, apalagi sesuai dengan tingkat kompetensi sebagaimana guru yang meninggalkan sekolah karena di-angkat sebagai guru negeri adalah sangat sulit. Ada banyak lulusan keguruan atau ilmu murni yang ingn menjadi guru, tetapi hal tersebut belum dapat menutup posisi guru yang diangkat. Apalagi jika berbicara mengenai loyalitas, dedikasi dan kredibilitas profesionalitasnya.
Dalam kondisi seperti ini, berarti sekolah harus mendidik ulang tenaga-tenaga baru tersebut hingga mampu berposisi sebagaimana yang diharapkan. Tentunya hal tersebut membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Oleh karena itulah, maka kebijakan mengangkat guru Bantu di sekolah negeri merupakan hal yang sangat menggelisahkan pengelola sekolah swasta. Kegelisahan tersebut terkait dengan kehilangan tenaga-tenaga potensial yang selama ini telah ikut mengelola proses pemelajaran di sekolah.
Tentunya hal tersebut menjadikan pihak pengelola sekolah swasta ber-harap agar pemerintah ikut memikirkan kondisi tersebut. Jika saja di sekolah ada sepuluh tenaga pengajar dan diangkat lima, maka sudah barang tentu sekolah kalang kabut. Jika proses pemelajaran dilaksanakan pada siang hari, mungkin bukan permasalahan rumit. Tetapi jika proses pemelajaran dilaksanakan pada pagi hari dan sekolah negeri rata-rata menyelenggarakan proses pemelajaran di pagi hari, maka disitulah permasalahan muncul. Sementara sekolah negeri pada umumnya hanya memberi jatah waktu sehari saja bagi guru-gurunya untuk bergiat di sekoah sekolah, yaitu MGMP, Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Terus kapan untuk sekolah swasta yang selama ini menjadi tempat mereka mengabdi? Tidak ada! Akhirnya, mereka pamitan kepada kepala sekolah untu tidak ikut mengajar pada tahun pelajaran berikutnya.
Inilah kegeisahan yang dialami oleh pengelola sekolah swasta dan mereka selalu berharap agar guru-guru yang selama ini telah mengabdi di sekolah mereka dapat diangkat dan ditempatkan di sekolah tetap. Dengan demikian, maka kondisi tenaga kerja di sekolah tidak mengalami perubahan dan tidak terjadi kehilangan tenaga pengajar yang dianggap potensial oleh sekolah.
Oleh karena itulah, maka setiap sekolah swasta selalu berharap agar guru Bantu yang diangkat sebagai guru PNS diperbantukan di sekolah masing-masing. Bagaimanapun sebenarnya mereka tidak mau kehilangan tenaga-tenaga potensial yang selama ini telah menjadi tenaga pendidik tetapi katerna aturan tidak seperti itu, maka mereka harus menerima kehilangan tersebut dan segera mengantisipasinya dengan merekrut tenaga pendidik baru

Perlu Kebijakan Khusus

Pengangkatan Guru Bantu menjadi guru PNS merupakan harapan semua guru. Hal ini sudah sangat lama ditunggu oleh setiap guru. Mereka sudah terlalu lama berharap agar dapat menjadi guru PNS. Setiap tahun mereka harus berjuang untuk dapat menjadi PNS dengan mengikuti ujian penerimaan guru atau PNS.
Permasalahannya adalah bahwa sebaiknya setiap solusi atau kebijakan yang diambil tidaklah mendatangkan permasalahan. Kita ingat motto atau visi sebuah BUMN, memecahkan masalah tanpa masalah. Kita memang harus menyelesaikan setiap permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan kita, tetapi di dalam hal ini bukan dengan membuat masalah baru.
Di dalam kehidupan kita, sering kali orang bilang, tutup lobang dengan menggali lubang. Ini sebuah fenomena yang seringkali kita hadapi dalam kehidupan, dimana seseorang menyelesaikan permasalahan, khususnya dalam hal keuangan. Ini sudahmenjadi sebuah fenomena umum.
Dalam hal pengangkatan guru Bantu menjadi guru PNS juga menimbul-kan permasalahan. Mungkin bagi pemerintah hal tersebut tidak masalah, tetapi bagi pengelola sekolah swasta ataupun GTT di sekolah negeri ternyata merupakan masalah yang sangat mengancam eksistensi mereka.
Bagi pengelola sekolah swasta pengangkatan guru Bantu menjadi guru PNS di sekolah negeri membuat mereka kehilangan tenaga-tenaga potensial yang selama ini menjadi tumpuan harapan peningkatan pemelajaran. Sedang-kan, bagi GTT di sekolah negeri merupakan ancaman bagi eksistensi mereka di sekolah tersebut.
Oleh karena itulah, maka seyogyanya ada kebijakan yang benar-benar bijaksana saat memutuskan kondisi tersebut. Dalam hal ini, sebaiknya menentu-kan mengangkatan juga mempertimbangkan hal-hal seperti itu. Dengan demikian, maka setiap guru merasa terakomodasi dan diperhatikan.
Jika memang tujuan kita meningkatkan kualitas pemelajaran atau pendidikan di negeri ini, apa salahnya jika pengangkatan guru negeri tersebut juga dialokasikan untuk sekolah swasta, yang selama ini diakui atau tidak telah menjadi partner bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di negeri ini.
Sekolah swasta merupakan rekanan bagi pemerintah dalam peningkatan pelayanan pendidikan bagi masyarakat. Cukup banyak sekolah swasta yang telah melahirkan atau meluluskan orang-orang yang sekarang ini menempati posisi-posisi terbaik di negeri ini. Kita tidak dapat menutup mata atas segala hal yang sudah dilakukan oleh sekolah swasta selama ini.
Oleh karena itulah, perlu kebijakan dari pemerintah untuk ikut memper-hatikan kepentingan sekolah-sekolah swasta, khususnya pada aspek tenaga pendidik yang selama ini telah memberi kontribusi positif bagi sekolah bersang-kutan. Hal ini sangat penting, sebab dengan kebijakan tersebut, maka setidaknya kelangsungan pemelajaran di sekolah swasta dapat terjaga stabilitasnya.
Bagi sekolah , khususnya sekolah swasta, kualiats pendidik sangat me-nentukan tingkat atensi masyarakat terhadap eksistensi sekolah. Sekolah mem-butuhkan orang-orang yang berkualitas dalam proses pemelajarannya dan salah satu aspek penentu tingkat kualitas seseorang adalah pengalaman di bidangnya. Semakin berpengalaman seseorang, maka semakin berkualitas diri seseorang.
Apalah jadinya, dunia sekolah swasta jika ternyata guru-guru mereka yang berpengalaman ternyata harus hengkang dari sekolah hanya karena yang bersangkutan diangkat sebagai guru PNS. Dan, sekolah swasta harus mengkader lagi guru-guru baru agar berkualitas dan berpengalaman di sekolah tersebut. Tetapi, sekolah swasta harus siap-siap kehilangan saat yang bersangkutan mendaftar atau diterima sebagai guru PNS yang ditempatkan di sekolah negeri.
Maka, tidak heran jika kemudian fenomena yang terjadi adalah sekolah swasta belum dapat mneingkatkan kualitas hasil pemelajarannya. Selain karena anak didiknya adalah hasil sortiran sekolah negeri, ternyata guru-guru mereka juga sortiran dari guru-guru negeri. Sampai kapan sekolah swasta mendapatkan input dan tenaga pendidik sortiran begini?


Tetapi setidaknya ini merupakan wacana bagi pemerintah atau penentu kebijakan agar ikut juga memperhatikan nasib sekolah swasta yang selama ini telah menjadi mitra pengelolaan dan penyelenggaraan proses pendidikan anak bangsa. Selama ini sekolah swasta telah memberikan kontribusi yang tidak kecil pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia negeri ini. Jika ternyata guru yang selama ini dimiliki sekolah swasta diangkat dan hanya ditempatkan di sekolah negeri, tentunya sekolah swasta melompong.
Masalahnya sekarang adalah bagaimana tanggapan terhadap semua ini?

Sabtu, 16 Agustus 2008

Mengapa harus berwirausaha?

Perkembangan pola kehidupan tidak dapat kita hindari sebab sifat kehidupan memang dinamis. Setiap saat pola hidup mengalami perubahan sebab mnausia selalu menginginkan hal-hal baru yang dapat membawanya pada kondisi terbaik bagi hidup.
Pada kpndisi lain, perkembangan pola hidup berdampak pada berubahnya pola hidup. Setiap kali terjadi perkembangan, maka terjadi pula perubahan pola hidup. Berbagai bentuk dan ragam kehidupan kita hadapi dan harus dijawab dengan kegiatan yang sinergis. Jika tidak, maka roda kehidupan menggilas kita dan menjadikan kita sebagai pecundang!
Mengacu pada kondisi tersebut, maka tiap personil harus mampu memberikan jawaban terhadap tantangan hidup yang terus menerus mengalami erubahan. Dan, rerata, tantangan tersebut semakin hari semakin berat dan menuntut jawaban yang semakin sulit.
Sementara kita mengetahui bahwa angka pertambahan penduduk di negeri ini masih sangat tinggi, begitu juga pertumbuhan angka pencari erja. Baik yang baru beranjak mecari kerja ataupun mereka yang terpaksa harus mencari pekerjaan lagi sebab diberhentikan dari tempat kerja akaibat kondisi ekonomi negeri yang tidak stabil
Mereka berebut mendapatkan pekerjaan yang pada kenyataannya tumbuh statis alias tidak bertumbuh. Angka pertumbuhan lapangan kerja sangat lambat, sehingga tidak mampu menampung keseluruhan calon teaga kerja yang sekarang sedang menunggu giliran.
Tentunya, jika semua tenaga kerja dan calon tenaga kerja mempunyai dan menerapkan langkah yang sama, yaitu mencari dan berharap mendapatkan pekerjaan dari sector formal, misalnya pabrik-pabrik, institusi-institusi pemerintah, maka mereka akan saling berbenturan dan bersaing begitu ketat. Dari seribu pencari kerja, belum tentu seluruhnya tertampung. Akibatnya banyak pengangguran erdidik di negeri ini. Cukup banyak orang berpendidikan yang belum bekerja.
Jika hal ini dibiarkan, tentunya sangat riskan dan menimbulkan banyak permasalahan dan kerawanan. Mereka membutguhkan makan, pakaian dan tempat tinggal. Berarti mereka membutuhkan dana income untuk menutup kebutuhan tersebut.
Memperhatikan fenomena seperti itu, maka sudah selayaknya kita berpikir panjang agar tidak hanya berharap pada satu sumber, melainkan multi sumber. Kita harus mengembangkan kreativitas diri sedemikian rupa sehingga didapatkan langkah-langkah cemerlang untuk mengantisipasi kondisi yang sulit.
Untuk itulah, maka salah satu pilihan piihan yang dianggap tepat untuk menjawab tantangan kondisi tersebut adalah dengan mengembangkan pola hidup mandiri. Pola hidup mandiri adalah satu pola hidup yang dilakukan secara mandiri di dalam menjawab tantangan hidup. Dalam hal ini kita berusaha melakukan sesuatu yang berbasis pada kemampuan diri sendiri dan disinergis-kan dengan kebutuhan masyarakat. Kita kembangkan kompetensi diri kita secara maksimal sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang pada akhirnya dapat menjadi penopang hidup.
Pola hidup mandiri inilah yang selanjutnya kita katakan sebagai ber-wirausaha. Wirausaha artinya berani melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup agar tidak mengalami kesulitan. Berwirausaha ini merupakan langkah konkrit dalam menjawab tantangan hidup dengan kegiatan yang bersifat produktif, baik itu melayanipekerjaan ataupun melayani jasa.
Berwirausaha memberikan kesempatan seluas-luasnya pada kita untuk mengembangkan diri terkait dengan basis kompetensi kita dan diarahkan untuk kegiatan ekonomis, yaitu kegiatan yang dapat memberikan konsekuensi ekonomis bagi kita dengan kegiatan ekonomis ini,maka diyakini kita tidak perlu lagi bersaing, berebut pekerjaan dengan yang lain, justru kita dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk yang lain.

Mengapa harus berwirausaha?

Seperti kita ketahui, hidup ini dinamis dan selalu mengalami perubahan dalam segala hal. Salah satunya adalah semakin kecilnya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Hal ini terjadi akibat tidak berimbang-nya antara jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah pencari kerja. Jumlah lapangan kerja bertambah sangat lambat, bahkan sama sekali tidak bertumbuh, sedangkan jumlah pencari kerja begitu cepat bertumbuh.
Setiap tahun jumlah lulusan setingkat SLTA sangat banyak, belum lagi yang sarjana. Memang beberapa lulusan melanjutkan pendidikan tetapi sangat banyak yang tidak mepunyai kesempatan melanjutkan pendidikan sebab faktor ekonomi keluarga yang tidak mampu.
Dengan kondisi seperti ini, tentunya dapat dibayangkan betapa ketatnya persaingan dan berapa prosen kesempatan yang dapat kita raih jika bersaing bersama? Ada orang bilang, dari seribu pelamar pekerjaan, yang dibutuhkan hanya sepuluh orang! Lantas dikemanakan yang sembilan ratus sembilan puluh? Nganggur!
Jika setiap tahun seribu orang lulus dan masuk kerja sepuluh orang, bagaimana jika dua atau tiga tahun?lima tahun? Dan seterusnya!
Oleh karena itulah, maka perlu kesadaran dari semua pihak agar tidak terlalu berharap untuk bekerja di sector formal. Masih cukup banyak pekerjaan di sektor yang dapat memberikan pekerjaan tersebut, yaitu sektor informal. Sektor itulah yang diharapkan dapat mengembangkan kompetensi kita dalam berwirausaha.
Dengan pengembangan kemampuan berwirausaha, maka setidaknya kita dapat mengembangkan pola hidup positif sebab dengan penigkatan kemam-puan berwirausahan ini dapat menumbuhkan:
a. Sikap hidup mandiri
Dengan memberikan bekal kemampuan berwirausaha kepada anak didik, maka sebenarnya kita sudah memberikan sesuatu yang sangat penting untuk kelanjutan dari kehidupan anak didik di masa depan.
Dalam hal ini, ibaratnya kita tidak hanya memberikan teori pada anak didik, melainkan memberikan praktek yang terpakai dalam kehidupan. Dengan langkah seperti ini, maka kita memberikan alat kerja dan tidak memberikan materi mentahan. Ibaratnya, kita memberikan alat pancing dan tidak sekedar memberikan ikan dalam bentuknya. Ikan lebih cepat habis sedangkan kail lebih bertahan lama bagi kehidupan anak di masa depan.
Dengan bekal ini, maka anak didik terkondisikan untuk mengembangkan diri dalam hidupnya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya dan tidak sekedar mengharapkan uluran tangan dari orang lain. Mereka mampu menghadapi kehidupan dengan lebih siap sebab mwmpunyai alat untuk menghadapi hidup.
Berwirausaha berarti berusaha hidup secara mandiri. Dan, pada jaman seperti ini, pola hidup mandiri sangat menentukan keberhasilan hidup. Kita tidak dapat lagi berharap terlalu banyak pada kesempatan men-dapatkan pekerjaan dari orang lain. Kita harus menerapkan kemandirian.
b. Menciptakan lapangan pekerjaan
Ketika kita sudah dapat mengembangkan diri dengan berwirausaha, maka pada saat tersebut kita sudah menciptakan kesempatan untuk diri kita dan orang lain sehingga mempunyai kesempatan mengembangkan kemampuan diri secara maksimal.
Dengan berwirausaha ini, maka terbuka kesempatan untuk mendapatkan masukan bagi diri kita dan anak didik. Proses pembelajaran di bengkel tidak hanya berupa praktek semata, melainkan sudah merupakan kegiatan profit, kegiatan yang memberikan keuntungan finansial. Hal ini karena yang dikerjakan oleh anak didik bukan sekedar benda latihan kerja. Mereka sudah mengerjakan pekerjaan yang sesungguhnya,, dimana untuk hal tersebut mereka dihadapkan pada konsekuensi logis yang harus ditanggung terkait dengan benda kerja tersebut.
Benda yang dikerjakan oleh anak didik adalah benda pesanan atau garapan dari masyarakat yang nantinya akan dibayar oleh masyaarakat sebagai konsekuansi kerjanya. Dan, inilah yang dimaksudkan dengan membuka lapangan pekerjaan.
Pembekalan berwirausaha adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh anak didik disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekitar atas keterampilan atau jenais pekerjaan yang digarap di sekolah, bengkel sekolah.
c. Mengurangi pertumbuhan pengangguran terdidik
Permasalahan utama yang dihadapi oleh pemerintah selama ini adalah bertumpuknya lulusan sekolah yang sudah termasuk dalam kategori siap memasuki lapangan pekerjaan sebagai tenaga kerja, baik yang berasal dari tingkatan SLTA maupun dari perguruan tinggi.
Konsep pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh dunia pendidikan masih lebih banyak yang memfokuskan pada pembekalan kognitif dan aektif semata dan mengabaikan aspek psikomotor, maka tidak heran jika para lulusan tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja di masyarakat.
Bekal yang dimiliki oleh para lulusan tidak sesuai atau tidak mampu menjawab tantangan kebutuhan masyarakat. Mereka mungkin bagus saat menempuh pendidikan, tetapi ketika harus berhadapan dengan kondisi real dalam kehidupan,ternyata sama sekali tidak ‘berbunyi’!
Tentunya jika setiap tahun kita menghitung, maka cukup banyak per-tambahan kaum penganggur di negeri ini. Jika penganggur bertambah setiap tahunnya, tentunya kerawanan dapat muncul dimana saja. Dan, orang-orang mnejadi gelisah sebab di dalam kehidupannya ada ketidak pastian yang begitu besar.
Tetapi kondisi tersebut, tentunya tidak bakal terjadi jika pada saat mereka menempuh proses pendidikan tidak hanya mendapatkan pengetahuan teori atau kognitif semata, melainkan juga harus mendapatkanbekal keterampilan yang signifikan dengan kebutuhan masyarakat.
Dan, yang tidak kalah pentingnya adalah memberi bekal konkrit pada anak didik agar mempunyai kemampuan pada saat harus menghadapi kondisi kehidupan yang semakain keras dan ketat persaingannya.
Dengan bekal kemampuan berwirausaha, maka selanjutnya anak didik mempunyai kemampuan untuk mengelola setiap kegiatannya sebagai kegiatan ekonomis yang profit bagi hidupnya.
Saat anak didik dibekali berwirausaha, pada saat itu mereka sudah mulai membuka link dengan masyarakat lewat pekerjaan yang mereka kerjakan. Dengan semakin banyak pekerjaan yang dikerjakan, berarti semakin banyak masyarakat yang mengetahui kualitas pekerjaannya. Untuk itulah, maka kualitas pekerjaan harus benar-benar dapat dipertanggung jawabkan jika kita benar-benar ingin memposisikan anak didik pada bagian industri kecil berbasis bengkel sekolah.
Dengan demikian, maka ketika anak didik lulus, maka mereka tidak perlu bingung mencari pekerjaan sebab mereka sudah mempunyai banyak langganan dan tinggal melanjutkan saja. Dan, itu artinya mengurangi pertumbuhan pengangguran terdidik di negeri ini!
Dengan berwirausaha, maka itu artinya kita telah mengurangi per-tambahan angka penganggur terdidik di negeri ini. Pada sisi lain, kita dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain!

Apa yang harus dilakukan dalam berwirausaha?

Untuk mengembangkan pola hidup berwirausaha memang sangat sulit. Tetapi, jika proses pengembagan diri dilakukan sejak dini, tentunya dapat terwujud apa yang kita inginkan.
Terkait dengan hal tersebut, maka di dalam konsep berwirausaha, kita dituntut untuk:

a. Percaya diri
Kegiatan wirausaha adalah kegiatan mandiri. Kegiatan yang dilakukan sendiri dalam segala hal, dana, pengelolaan, pemasaran, perencanaan kerja dan sebagaianya. Seorang wirausaha adalah manajer, leader, planner, bahkan pelaksana lapangan, kerja.
Yang terutama di dalam keberhasilan adalah percaya diri di dalam pemasaran hasil pekerjaan ke masyarakat. Dengan kepercayaan diri ini, maka interaksi, komunikasi dengan masyarakat, konsumen terbuka dan dapat terjalin dan hal tersebut dapat mengembangkan pangsa pasar.
Dengan kepercayaan diri,maka segala hal akan terjalankan dengan penuh maksimal sebab dasar pikiran kita positif. Kita ingat, bahwa keyakinan adalah sebagian dari keberhasilan. Jika kita yakin berarti ita sudah meraih sebagian dari keberhasilan kita.
b. Kreatif dan inovatif
Berwirausaha pada dasarnya memberikan suatu pelayanan kepada masyarakalt dengan berbagai hal kebutuhan kehidupannya.
Pelayanan ini merupakan implementasi kompetensi yang kita miliki secara maksimal
Sementara kebutuhan hidup masyarakat semakin hari semakin kompleks, bervariasi danmenuntut adanya penyesuaian. Setiap saat selalu ada kebutuhan baru yang secara langsung menuntut semua orang untuk mem-persiapkan atau menyediakannya.
Karena kebutuhan hidup yang bervariasi, maka dibutuhkan orang-orang yang berkemampuan dalam mencipta barang-barang baru. Dengan kemampuan mencipta, kreatif dan inovatif, maka segala kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi. Jika hal ini dapat dilakukan, maka masyarakat akan berdatangan pada kita untuk memesan berbagai barang kebutuhan yang dapat kita buat atau produksi.
c. Teliti
Dalam konteks ini, kita melayani kebutuhan masyarakat sehingga untuk itu dibutuhkan hasil pekerjaan yang prima. Benda yang kita jual untuk masyarakat harus mempunyai kualitas tinggi.
Kualitas barang tinggi salah satunya karena tingkat ketelitian yang tinggi pada saat roses produk. Dengan tingkat ketelitian tinggi, maka detail barang dapat diketahui secara baik sehingga setiap kondisi benar-benar terkontrol dan selanjutnya memberikan kualitas prima pada kita.
Masyarakat adalah konsumen dan selamanya konsumen membutuh barang-barang berkualitas dan untuk kualitas produk ditentukan salah satunya oleh ketelitian saat proses produk atau saat mengontrolan kualitas sebelum barang dijual.
d. Semangat
Seorang wirausahawan adalah orang yang mlakukan kegiatan ekonomi secara mandiri dengan mengandalkan pada poteni yang ada di dalam dirinya.
Potensi diri merupakan kemampuan dasar yang menjadi modal dalam proses berusaha. Aspek ini sangat menentukan keberhasilan dalam berusha sebab basis seorang wirausaha adalah kemampuan yang dimilikinya, dalam segala hal.
Selanjutnnya dengan potensi yang ditumbuhkembangkan secara baik, maka keberhasilan dapat diraih. Tetapi, untuk menumbuhkembangkan potensi diri dibutuhkan semangat yang sangat besar sebab kegiatan wirausaha adalah satu kegiatan yang banyak ketidakpastian. Kita tidak mengetahui keberhasilan ataukah kegagalan.
e. Utun
Ya. Sebagai seorang wirausahawan, maka salah satu sifat yang harus kita terapkan dalah utun. Kita harus melakukan kegiatan kita secara utun dengan tidak melihat kuantitas pekerjaan yang kita dapat melaiankan megutamakan kualitas untuk mendapatkan bayak pekerjaan.
Kita tidak hanya memilih pekrjaan dengan skala besar, melainkan sembarang pekerjaan yang dapat kita kerjakan ya kita terima dibengkel kita.
Seorang wirausahawan harus utun dalam berusaha sehingga semakin lama kondisi usaha menjadi semakin besar.

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, maka setidaknya kita harus meyadari bahwa tingkat persaingan mencari pekerjaan semakin hari semakin berat dan ketat. Kita tidak dapat hanya mengandalkan diri dengan mencari pekerjaan.
Sudah saatnya kita berpikir untuk dapat meciptakan sebuah lapangan kerja bagi diri kita dan selanjutnya dapat dikembangkan untuk orang lain yang ada di sekitar kita. Jika hal ini dapat kita lakukan, tetunya, suatu saat kita dapat mencapai puncak keberhasilan dalam berwirausaha, yaitu sebagai interpreneur yang berhasil.
Semoga!

Rabu, 13 Agustus 2008

Ayo Belajar Bareng-bareng dari Kehidupan

Seringkali kita dihadapkan pada kesulitan saat mempelajari sesuatu. Tidak jarang hal tersebut menjadikan kita enggan untuk melanjutkan kegiatan belajar.
Setiap saat kita tidak terlepas dari proses belajar, maka tidak heran jika setiap saat kita menghadapi permasalah. Memang tidak semua masalah sulit diselesaikan, tetapi jika secara simultan kita menghadapi masalah, maka tentunya kejenuhan membuat kita kelabakan dan akhirnya menjadikan tidak bersemangat.
Tapi, pernahkah kita melihat seekor binatang yang begitu telaten merajut rumahnya sambil bergelantungan? mereka selalu menghadapi permasalahan! tetapi tetap saja berusaha memujudkan keinginan untuk mempunyai rumah!
Belajar ityu mengkondisikan diri dari sesuatu yang tidak ada/tidak dapat,emkado ada/dapat. Ini merupakan kegiatan yang sangat sulit sehingga dibutuhkan banyak pengetahuan, keterampilan dan yang lainnya
Salah satu cara terbaik dan efektif adalah belajar dari kehidupan! ya, kehidupan adalah guru terbaik bagi masa depan dan kehidupan kita.
Maka, belajarlah dari kehidupan sekitar kita. Jangan memisahkan diri dari ekhidupan kita sebab kita adalaha bagian dari mereka!

Jumat, 08 Agustus 2008

Pendidikan Berbasis Lingkungan

Diakui atau tidak yang terjadi selama ini adalah terpisahnya dunia pendidikan dengan lingkungannya. Padahal dunia pendidikan tidak dapat terpisahkan, seharusnya. Pendidikan dilakukan pada sebuah lingkungan tertentu sedemikian rupa sehingga setiap yang dilakukan d dalam pendidkan seharusnya bercermin, berkiblat pada kondisi yang ada di dalam lingkungannya. Bukan berdiri sendiri. Tetapi, kenyataannya masih cukup banyak pendidikan yang terpisah dari lingkungannya, bahkan tercerabut dengan paksa dari kehidupan lingkungannya.
Mengingat hal tersebut, maka penerapan pendidikan dengan berbasis pada lingkungannya perlu digalakkan sebagai sebuah kebersamaan sehingga setiap apa yang dilakukan di dunia pendidikan merupakan penyerapan dari dunia lingkungannya dan apa yang terjadi di lingkungan merupakan implementasi dari apa yang dperlajari di sekolah/dunia pendidikan.
Untuk mencapai atau mengkondisikan hal tersebut, maka salah satu cara yang harus dilakukan adalah mensinenrgiskan antara sekolah dengan lingkungan secara maksimal dan positif. Selama ini kita melihat kenyataan banyak anggota masyarakat begitu acuh terhadap anak-anak yang kelihatan kongkow di pinggir jalan atau bahkan di beberapa warung, terminal atau tempat-tempat umum lainnya.
Dengan menerapkan pendidikan berbasis lingkungan, maka diharapkan adanya keterikatan moril antara anak didik dengan materi pembelajaran sebab materi yang dipelajari merupakan bagian dari kehidupannya sehari-hari, dan yakin mereka mampu mengikutinya.
Dunia pendidikan memang merupakan dunia yang diharapkan mampu membawa generasi muda pelanjut masa depan bangsa dan negeri ini pada kondisi masimal sehingga keterpurukan yang selama ini menjadikan negeri sebagai juru kunci, nomor buncit dapat diatasi dan mengangkat kembali perhatian bangsa internasional terhadap eksistensi anak negeri dan bangsa serta negara ini dari keberhasilan pengkondisian kehidupan berbasis lingkungannya.
Minimal, kita bangkitkan rasa cinta tanah air tercita dengan pembelajaran berbasis lingkungan. Jangan sampai terjadi ada anak yang tidak mengenal lingkungannya!

Sabtu, 02 Agustus 2008

Pendidikan Budi Pekerti sebagai Perisai Diri


Perkembangan jaman sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Setiap aspek kehidupan mengalami imbasnya terhadap system kehidupan secara global maupun secara pribadi. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa pola kehidupan berada di dalam lingkungan kehidupan yang sangat dinamis sehingga bagaimanapun setiap pribadi atau system harus menyesuaikan agar tidak terjadi benturan dengan kondisi kehidupan yang ber-laku.

Pengaruh yang dialami oleh setiap pribadi maupun system kehidupan pada akhirnya sangat kuat sehingga mampu mengubah kondisi mapan yang sudah ada. Kemapanan menjadi salah satu aspek yang menjadi target dari per-ubahan akibat dinamisasi kehidupan. Tentu saja hal ini menjadikan sebuah ancaman tersendiri bagi beberapa kelompok yang memuja kemapanan dan tidak mau beranjak dari zona aman atau zona nyaman tersebut.

Setidaknya kita perlu mengakui bahwa sampai saat sekarang ini, masih cukup banyak orang yang memuja kemapanan dan sangat membenci konsep perubahan sistematis. Mereka merasa kawatir bahwa perubahan yang terjadi hanya memberikan dampak negatif terhadap pola kehidupan selama ini.

Tetapi, siapa yang dapat menghindarkan diri dari perubahan atau dinamisasi kehidupan ini? Siapa yang mampu menghindar dari putaran roda yang terus menggelinding, padahal kita ada di bagian dari roda tersebut?

Kita akui bahwa setiap perubahan memang memberikan dampak pada setiap personal, baik dampak positif maupun dampak negatif. Tentunya dampak positif tidak menjadi masalah bagi semua orang, bahkan hal tersebut memang menjadi tujuan utamanya! Tetapi jika dampak tersebut adalah dampak negatif, maka semua orang berusaha untuk menghindarinya. Ya, dampak negatif inilah yang selalu menjadi bayangan stigma di dalam pikiran setiap orang saat mereka menyadari adanya perguliran perubahan terhadap komunitas mereka.

Di dalam dunia pendidikan hal inipun terjadi. Dunia pendidikan adalah bagian dari kehidupan, sehingga secara langsung pasti mengalami akibat dari setiap perubahan yang terjadi di dalam kehidupan setiap personil. Dunia pendi-dikan memberikan proses pemelajaran dengan salah satu materinya adalah kehidupan itu sendiri. Dan, yang seringkali mengalami perubahan secara nyata adalah sikap dan pola kehidupan masyarakat.

Kita mengetahui bahwa salah satu aspek yang perlu diajarkan dalam proses pemelajaran adalah sikap atau afektif anak didik. Aspek ini merupakan salah satu dari tiga aspek utama dalam proses pemelajaran dan menjadi pilar yang menentukan kualitas hasil pemelajaran, yaitu afektif, kognitif dan psiko-motor. Dan, aspek yang paling mudah mengalami perubahan saat mengalami pergeseran ataupun sekedar sentuhan perbedaan budaya dan kondisi dari lingkungan. Tentunya hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja!

Anak Didik Sosok Yang Labil Dan Mencari Jati Diri

Ya. Anak-anak yang berada dalam lingkup proses pendidikan dan pemelajaran adalah anak-anak yang masih labil jiwanya, masih gampang sekali mengalami perubahan sikap dan pola sehingga jika kepadanya kita berikan stimulus, maka secara langsung tertanam dalam dirinya dan selanjutnya mampu mengubah kondisi dalam dirinya.

Stimulus yang kita berikan, baik sengaja maupun tidak sengaja mem-punyai potensi yang sangat besar dalam memberikan warna atau merubah warna yang ada di dalam diri sang anak. Pengaruh setiap stimulus sedemikian mudah dan besarnya sebab kondisi jiwanya yang gampang berubah sehingga setiap hal baru segera tertanamkan.

Pada sisi yang lainnya, anak didik adalah sosok yang sedang mencari jati dirinya, sehingga ada kebiasaan-kebiasaan yang muncul, kadang jauh dari sifat, sikap dasarnya. Setiap saat sikapnya berubah, pola hidupnya juga berubah. Proses pencarian jati diri ini sangat menentukan penanaman konsep-konsep dasar dari pola kehidupan secara menyeluruh sehingga jika proses ini ber-langsung baik, maka hasilnya juga bakal bagus. Tetapi, jika konsep ini gagal, maka secara keseluruhan gagal pula.

Seperti kita ketahui, proses mencari jati diri merupakan sebuah proses yang sangat krusial sebab berkaitan dengan banyak aspek. Mungkin saja anak mampu melewati atau menghadapi satu aspek, tetapi aspek yang lain belum tentu dihadapi semulus dengan aspek yang terdahulu. Proses mencari jati diri itu sebenarnya upaya replikasi diri terhadap nilai-nilai atau kondisi-kondisi yang berlaku dan banyak dijumpai dalam kehidupan.

Dan, masalah terjadi ketika anak harus mereplikasi dirinya dengan segala hal di dalam kehidupan masyarakat secara gebyah uyah saja. Bagi mereka, rata-rata yang dijumpai adalah hal yang baru dan menantang untuk dicoba dan selanjutnya dimiliki sebagai bagian dirinya. Tentunya hal tersebut menjadi konyol untuk diri mereka.

Terkait dengan kondisi tersebut, maka pendidikan budi pekerti meme-gang peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan mempersiapkan anak pada pengalaman belajar yang positif. Kita menyadari bahwa proses belajar adalah proses perubahan positif, sehingga setiap akhir kegiatan yang diinginkan adalah hasil yang positif, bukan negatif! Kalau ternyata dari proses pemelajaran tersebut memberikan hasil negatif, itu artinya kita tidak belajar!

Oleh karena itulah, maka sekolah secara sadar dan terprogram harus memberikan porsi yang sesuai bagi anak didik untuk mendapatkan materi pemelajaran budi pekerti. Hal ini untuk mempersiapkan diri secara social dan selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan nyatanya.

Kita harus mengakui kenyataan bahwa kebanyakan anak-anak yang bolos sekolah atau belajar terutama karena tidak mendapatkan konsep pemelajaran budi pekerti yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Apalagi jika ternyata di rumah juga tidak mendapatkan dari orangtua. Klop!

Pemelajaran budi pekerti diberikan kepada anak didik sebagai antisipasi dan pengkondisian anak sehingga benar-benar mampu memposisikan dirinya di dalam kehidupannya. Dengan bekal konsep budi pekerti yang baik, tentunya berdampak pada keberhasilan anak di dalam interaksi antar personal di dalam kehidupannya.

Dengan memperhatikan kondisi anak yang masih labil dan dalam proses mencari jati dirinya inilah, maka sekolah dan para guru serta pemerhati pola kehidupan positif berkesempatan untuk menularkan konsep-konsep pemel-ajaran positif sehingga benar-benar serempak.

Masa labil dan masa mencari jati diri merupakan masa yang paling tepat untuk memberikan konsep-konsep positif kepada anak didik agar tidak salah jalan.

Pendidikan Budi Pekerti Harapan Masa Depan

Bahwa kualitas suatu bangsa tergantung pada sumber daya manusia atau anak bangsanya. Semakin tinggi kualitas anak bangsanya, maka semakin berkualitas bangsa tersebut dimata bangsa lainnya.

Jika anak bangsa tidak mempunyai kualitas yang tinggi, tentunya berakibat pada tidak tertanganinya berbagai program yang dicanangkan oleh pemerintah ketidaktercapaian program ini terutama sebab anak bangsa tidak mempunyai kemampuan untuk menjawab tantangan keadaan sebab keter-batasan kemampuan dirinya.

Salah satu aspek penentu kualitas diri adalah budipekerti. Budi pekerti itu sendiri pada hakekatnya merupakan bentuk dari peradaban manusia. Semakin bagus budi pekerti seseorang, maka semakin tinggi pula peradaban hidupnya.

Kehidupan ini bagaikan perjalanan kendaraan, yang kadang berhenti pada suatu tempat untuk bergerak lagi ke suatu tempat lainnya pada saat yang lainnya. Begitu terus dilakukan tanpa mengenal batasan waktu hingga Sang Pemilik mengambil miliknya.

Oleh karena itulah, maka pendidikan budi pekerti sudah seharusnya diberikan kepada anak didik sebagai bentuk kesadaran atas pertanggung jawaban masa depan yang lebih baik dari sekarang ini. Dengan pendidikan budi pekerti, maka setidaknya kita lebih intensif dalam memberikan arahan pada anak didik terhadap tanggungjawab dankewajibannya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dunia, tidak hanya kehidupan negeri, bangsa, apalagi kehidupan keluarga yang sedemikian kecilnya.

Pendidikan budi pekerti memungkinkan persiapan kondisi anak didik sehingga mampu menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dengan pendidikan budi pekerti, maka anak-anak dibimbing untuk memahami konsep-konsep dasar terkait dengan pola kehidupan positif yang berlaku di masyarakat.

Ya, pendidikan budi pekerti sangat menentukan masa depan, diri sendiri atau bangsa besar ini!