Perkembangan jaman sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Setiap aspek kehidupan mengalami imbasnya terhadap system kehidupan secara global maupun secara pribadi. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa pola kehidupan berada di dalam lingkungan kehidupan yang sangat dinamis sehingga bagaimanapun setiap pribadi atau system harus menyesuaikan agar tidak terjadi benturan dengan kondisi kehidupan yang ber-laku.
Pengaruh yang dialami oleh setiap pribadi maupun system kehidupan pada akhirnya sangat kuat sehingga mampu mengubah kondisi mapan yang sudah ada. Kemapanan menjadi salah satu aspek yang menjadi target dari per-ubahan akibat dinamisasi kehidupan. Tentu saja hal ini menjadikan sebuah ancaman tersendiri bagi beberapa kelompok yang memuja kemapanan dan tidak mau beranjak dari zona aman atau zona nyaman tersebut.
Setidaknya kita perlu mengakui bahwa sampai saat sekarang ini, masih cukup banyak orang yang memuja kemapanan dan sangat membenci konsep perubahan sistematis. Mereka merasa kawatir bahwa perubahan yang terjadi hanya memberikan dampak negatif terhadap pola kehidupan selama ini.
Tetapi, siapa yang dapat menghindarkan diri dari perubahan atau dinamisasi kehidupan ini? Siapa yang mampu menghindar dari putaran roda yang terus menggelinding, padahal kita ada di bagian dari roda tersebut?
Kita akui bahwa setiap perubahan memang memberikan dampak pada setiap personal, baik dampak positif maupun dampak negatif. Tentunya dampak positif tidak menjadi masalah bagi semua orang, bahkan hal tersebut memang menjadi tujuan utamanya! Tetapi jika dampak tersebut adalah dampak negatif, maka semua orang berusaha untuk menghindarinya. Ya, dampak negatif inilah yang selalu menjadi bayangan stigma di dalam pikiran setiap orang saat mereka menyadari adanya perguliran perubahan terhadap komunitas mereka.
Di dalam dunia pendidikan hal inipun terjadi. Dunia pendidikan adalah bagian dari kehidupan, sehingga secara langsung pasti mengalami akibat dari setiap perubahan yang terjadi di dalam kehidupan setiap personil. Dunia pendi-dikan memberikan proses pemelajaran dengan salah satu materinya adalah kehidupan itu sendiri. Dan, yang seringkali mengalami perubahan secara nyata adalah sikap dan pola kehidupan masyarakat.
Kita mengetahui bahwa salah satu aspek yang perlu diajarkan dalam proses pemelajaran adalah sikap atau afektif anak didik. Aspek ini merupakan salah satu dari tiga aspek utama dalam proses pemelajaran dan menjadi pilar yang menentukan kualitas hasil pemelajaran, yaitu afektif, kognitif dan psiko-motor. Dan, aspek yang paling mudah mengalami perubahan saat mengalami pergeseran ataupun sekedar sentuhan perbedaan budaya dan kondisi dari lingkungan. Tentunya hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja!
Anak Didik Sosok Yang Labil Dan Mencari Jati Diri
Ya. Anak-anak yang berada dalam lingkup proses pendidikan dan pemelajaran adalah anak-anak yang masih labil jiwanya, masih gampang sekali mengalami perubahan sikap dan pola sehingga jika kepadanya kita berikan stimulus, maka secara langsung tertanam dalam dirinya dan selanjutnya mampu mengubah kondisi dalam dirinya.
Stimulus yang kita berikan, baik sengaja maupun tidak sengaja mem-punyai potensi yang sangat besar dalam memberikan warna atau merubah warna yang ada di dalam diri sang anak. Pengaruh setiap stimulus sedemikian mudah dan besarnya sebab kondisi jiwanya yang gampang berubah sehingga setiap hal baru segera tertanamkan.
Pada sisi yang lainnya, anak didik adalah sosok yang sedang mencari jati dirinya, sehingga ada kebiasaan-kebiasaan yang muncul, kadang jauh dari sifat, sikap dasarnya. Setiap saat sikapnya berubah, pola hidupnya juga berubah. Proses pencarian jati diri ini sangat menentukan penanaman konsep-konsep dasar dari pola kehidupan secara menyeluruh sehingga jika proses ini ber-langsung baik, maka hasilnya juga bakal bagus. Tetapi, jika konsep ini gagal, maka secara keseluruhan gagal pula.
Seperti kita ketahui, proses mencari jati diri merupakan sebuah proses yang sangat krusial sebab berkaitan dengan banyak aspek. Mungkin saja anak mampu melewati atau menghadapi satu aspek, tetapi aspek yang lain belum tentu dihadapi semulus dengan aspek yang terdahulu. Proses mencari jati diri itu sebenarnya upaya replikasi diri terhadap nilai-nilai atau kondisi-kondisi yang berlaku dan banyak dijumpai dalam kehidupan.
Dan, masalah terjadi ketika anak harus mereplikasi dirinya dengan segala hal di dalam kehidupan masyarakat secara gebyah uyah saja. Bagi mereka, rata-rata yang dijumpai adalah hal yang baru dan menantang untuk dicoba dan selanjutnya dimiliki sebagai bagian dirinya. Tentunya hal tersebut menjadi konyol untuk diri mereka.
Terkait dengan kondisi tersebut, maka pendidikan budi pekerti meme-gang peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan mempersiapkan anak pada pengalaman belajar yang positif. Kita menyadari bahwa proses belajar adalah proses perubahan positif, sehingga setiap akhir kegiatan yang diinginkan adalah hasil yang positif, bukan negatif! Kalau ternyata dari proses pemelajaran tersebut memberikan hasil negatif, itu artinya kita tidak belajar!
Oleh karena itulah, maka sekolah secara sadar dan terprogram harus memberikan porsi yang sesuai bagi anak didik untuk mendapatkan materi pemelajaran budi pekerti. Hal ini untuk mempersiapkan diri secara social dan selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan nyatanya.
Kita harus mengakui kenyataan bahwa kebanyakan anak-anak yang bolos sekolah atau belajar terutama karena tidak mendapatkan konsep pemelajaran budi pekerti yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Apalagi jika ternyata di rumah juga tidak mendapatkan dari orangtua. Klop!
Pemelajaran budi pekerti diberikan kepada anak didik sebagai antisipasi dan pengkondisian anak sehingga benar-benar mampu memposisikan dirinya di dalam kehidupannya. Dengan bekal konsep budi pekerti yang baik, tentunya berdampak pada keberhasilan anak di dalam interaksi antar personal di dalam kehidupannya.
Dengan memperhatikan kondisi anak yang masih labil dan dalam proses mencari jati dirinya inilah, maka sekolah dan para guru serta pemerhati pola kehidupan positif berkesempatan untuk menularkan konsep-konsep pemel-ajaran positif sehingga benar-benar serempak.
Masa labil dan masa mencari jati diri merupakan masa yang paling tepat untuk memberikan konsep-konsep positif kepada anak didik agar tidak salah jalan.
Pendidikan Budi Pekerti Harapan Masa Depan
Bahwa kualitas suatu bangsa tergantung pada sumber daya manusia atau anak bangsanya. Semakin tinggi kualitas anak bangsanya, maka semakin berkualitas bangsa tersebut dimata bangsa lainnya.
Jika anak bangsa tidak mempunyai kualitas yang tinggi, tentunya berakibat pada tidak tertanganinya berbagai program yang dicanangkan oleh pemerintah ketidaktercapaian program ini terutama sebab anak bangsa tidak mempunyai kemampuan untuk menjawab tantangan keadaan sebab keter-batasan kemampuan dirinya.
Salah satu aspek penentu kualitas diri adalah budipekerti. Budi pekerti itu sendiri pada hakekatnya merupakan bentuk dari peradaban manusia. Semakin bagus budi pekerti seseorang, maka semakin tinggi pula peradaban hidupnya.
Kehidupan ini bagaikan perjalanan kendaraan, yang kadang berhenti pada suatu tempat untuk bergerak lagi ke suatu tempat lainnya pada saat yang lainnya. Begitu terus dilakukan tanpa mengenal batasan waktu hingga Sang Pemilik mengambil miliknya.
Oleh karena itulah, maka pendidikan budi pekerti sudah seharusnya diberikan kepada anak didik sebagai bentuk kesadaran atas pertanggung jawaban masa depan yang lebih baik dari sekarang ini. Dengan pendidikan budi pekerti, maka setidaknya kita lebih intensif dalam memberikan arahan pada anak didik terhadap tanggungjawab dankewajibannya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dunia, tidak hanya kehidupan negeri, bangsa, apalagi kehidupan keluarga yang sedemikian kecilnya.
Pendidikan budi pekerti memungkinkan persiapan kondisi anak didik sehingga mampu menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dengan pendidikan budi pekerti, maka anak-anak dibimbing untuk memahami konsep-konsep dasar terkait dengan pola kehidupan positif yang berlaku di masyarakat.
Ya, pendidikan budi pekerti sangat menentukan masa depan, diri sendiri atau bangsa besar ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar