Untuk kondisi tersebut, maka kita harus melakukan langkah-langkah konkret untuk mengarahkan, membimbing, dan mendampingi anak dalam menjalani proses belajarnya. Permasalahannya adalah belum stabilnya pikiran dan pemikiran anak didik. Anak-anak masih gampang sekali mengalami perubahan pola pemikiran sehingga rentan pada kontinuitas dari proses. Pada saat semangat tinggi, kontinuitasnya mengagumkan. Tetapi, pada saat semangatnya turun, jangan ditanya bagaimana proses belajarnya.
PENGARUH LINGKUNGAN
Kita adalah bagian integral dari kehidupan sehingga tidak dapat mengabaikan perannya bagi diri kita. Sebenarnya peran kehidupan terhadap diri kita adalah berupa pengaruh sehingga kehidupan kita terkondisikan sesuai hukum alam. Kehidupan itu mengkondisikan hidup kita. Walaupun kita berusaha mengkondisikan hidup, tetapi kekuatan alam jauh lebih berkuasa sehingga keberhasilan upaya kita sangat tergantung pada alam.
Pengaruh alam, dalam hal ini lingkungan hidup kita begitu dekat dengan kita. Setiap yang kita lakukan sesungguhnya merupakan hasil kesepakatan kita dengan alam. Kita merencanakan sesuatu dan alam ikut berperan. Jika alam menyetujui, maka kita berhasil mewujudkan rencana kita. Jika alam tidak berkenan, maka rencana kita mengalami kegagalan.
Ada 2 (dua) kemungkinan peran alam, lingkungan terhadap diri kita, yaitu:
a. Peran positif
Adalah peran lingkungan yang mendukung rencana kehidupan kita. Pada peran ini, ada kesamaan level atau frekuensi kebutuhan. Alam membutuhkan realisasi sebuah rencana kehidupan yang ada dalam diri kita. Begitu juga halnya dengan diri kita yang menginginkan dan membutuhkan realisasi atau perwujudan rencana. Maka, kita berhasil mewujudkan rencana kita.
Peran positif lingkungan terhadap kehidupan kita memungkinkan kita dapat berhasil dalam kehidupan kita. Peran positif lingkungan ini akan memuluskan jalan kita menuju keberhasilan. Apapun yang kita lakukan terasa lancar, tidak ada hambatan yang berarti. Kalaupun ada hambatan, kita dengan mudah melewatinya. Tidak ada perlawanan dari alam atas segala upaya yang kita lakukan. Ibarat aliran sungai, kita menuju ke hilir dan air mengalir ke hilir.
Untuk mendapatkan peran positif sebenarnya kembali pada kesiapan diri kita untuk mewujudkan rencana. Agar alam berperan positif terhadap segala upaya kita, maka kita harus mempersiapkan diri untuk mewujudkan rencana. Dengan persiapan diri yang baik, maka kita dapat menjalankan setiap rencana dengan baik. Persiapan diri merefleksi pada kemampuan diri. Semakin siap, berarti semakin mampu. Itulah sebabnya, kita berhasil mewujudkan rencana dan lingkungan tidak menghalangi setiap langkah kita.
b. Peran negatif
Seringkali kita menemukan seseorang yang gagal mewujudkan rencana hidupnya. Mereka tidak dapat mencapai harapannya. Mereka tidak mempunyai kemampuan untuk menjinakkan alam. Akibatnya, alam melawan segala upaya yang dilakukannya. Mengapa alam melawannya?
Seperti kita ketahui, kita hidup dalam lingkungan yang tidak mungkin kita tinggalkan sebab jika kita meninggalkannya, berarti mati. Oleh karena itu, kita harus dapat meninggalkan pengaruh lingkungan yang negatif dengan cara meninggalkan lingkungan tersebut atau mengembangkan diri atas hal-hal positif.
Sejatinya, alam selalu memfasilitasi hidup kita. Setiap kebutuhan hidup kita, alam menyiapkannya. Tetapi, kekuatan alam lebih besar dari kekuatan diri sehingga siapa yang kekuatan dalam dirinya lemah, pasti akan terdesak dan tidak mampu menerimanya. Akibatnya, kita terpuruk. Selanjutnya, kita mengatakan bahwa alam telah bersikap negatif pada kita. Alam tidak bersahabat dengan kita.
Alam atau lingkungan tempat tinggal kita, memang dapat bersikap negatif terhadap kita. Sikap negatif tersebut sesungguhnya merupakan respon alam terhadap pola kehidupan kita sendiri. Alam memberi pengaruh negatif terhadap diri kita sehingga pola kehidupan kita terkonstruksi sebagai sesuatu yang negatif juga. Bagaimana alam, lingkungan dapat mempengaruhi pola kehidupan kita adalah karena ketidakmampuan kita menghadapi hidup. Alam memberikan sesuatu untuk kita, tetapi kita tidak mampu menerimanya sehingga yang nampak adalah alam menyerang kita, memberikan tekanan kepada kita sehingga terkesan bersikap negatif terhadap kita.
MEMBAKAR SEMANGAT ANAK
Akibat pengaruh alam terhadap diri kita, tidak jarang anak mengalami down, depresi, dan ketakutan sehingga melahirkan rasa tidak percaya diri. Jika anak sudah berada pada dasar ketidakpercayaan diri, maka berakibat pada ketidakmampuan melakukan sesuatu. Anak tidak mrmpunyai kemampuan untuk menjawab dan menyelesaikan permasalahan hidup. Kondisi ini menyebabkan anak kehilangan semangat hidup.
Apa yang terjadi jika anak kehilangan semangat hidup?
Jika anak telah kehilangan semangat hidup, maka mereka tidak mampu menghadapi kehidupan. Setiap permasalahan yang mereka hadapi tidak akan terselesaikan. Mereka terbentur pada ketiadaan bekal atau modal pengetahuan ataupun keterampilan dalam diri sebab mereka tidak percaya diri.
Dalam kondisi inilah, tugas dan kewajiban guru untuk membangkitkan semangat anak. Kita harus membangkitkan rasa percaya diri pada anak sehingga mereka merasa yakin bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk menghadapi masalah kehidupan. Slogan bahwa kita pasti bisa dapat dijadikan sebagai slogan peningkatan kepercayaan diri. Jika rasa percaya diri anak sudah terbangun, maka upaya untuk meningkatkan kemampuan diri bukan masalah lagi.
Proses belajar harus dilandasi rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya diri akan menumbuhkan semangat dan dengan semangat, maka kita dapat menjalani kegiatan dengan sebaik-baiknya. Semangat inilah yang sebenarnya merupakan energi terbesar dalam proses belajar. Orang-orang yang menghadapi dan menjalani dengan semangat tinggi merupakan indikasi keberhasilannya. Oleh karena itu, membakar semangat belajar anak merupakan kewajiban kita
Kita sebagai pendamping belajar anak harus memperhatikan tingkat semangat anak. Dan, kita harus cepat tanggap jika hal tersebut kita temukan pada anak didik kita. Kita harus bereaksi dan beraksi jika melihat ada indikasi kehilangan semangat belajar pada anak didik kita. Jangan dibiarkan berlama-lama mereka berada pada situasi kehilangan semangat belajar. Jika kita biarkan, maka dapat menyebabkan kemalasan untuk belajar. Jika kemalasan sudah mencengkeram hati dan jiwa, maka maka mereka tidak akan mau menjalani proses belajar.
Langkah-langkah pembakaran semangat belajar dapat kita lskukan, yaitu:
a. Pendekatan Personal
Guru sebagai pendamping belajar anak didik mempunyai hubungan emosional yang sangat dekat. Guru juga mempunyai hubungan personal yang luar biasa sehingga dapat kita jadikan sebagai modal melakukan proses pembajaran semangat belajar anak didik.
Salah satu penyebab padamnya semangat belajar anak didik adalah ketidak nyamannya mengikuti proses belajar karena ketidakmampuannya menguasai materi pelajaran. Mereka merasa kesulitan mengikuti dan memahami materi pelajaran sehingga malas untuk mengikuti proses sebagaimana mestinya. Dan, dia malu menyadari bahwa tidak mampu, tidak pintar, tidak memahami materi pelajaran. Akhirnya, anak-anak tidak mempunyai perhatian terhadap materi pelajaran yang diajarkan guru. Akibatnya, semakin tidak mampu pada penguasaan materi pelajaran.
Kita harus melakukan pendekatan personal untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi anak didik. Pendekatan personal sangat memungkinkan hal tersebut sebab kita hanya bertemu dan berkomunikasi dengan anak didik, tanpa adanya orang lain. Diharapkan, pada saat berkomunikasi berdua, anak-anak tidak malu untuk mengungkapkan kesulitannya mengikuti dan menyerap materi pelajaran. Komunikasi personal memungkinkan anak lebih terbuka kepada guru dan guru dapat memberikan solusi yang cepat dan tepat untuk mengurai kesulitan anak didik.
b. Pendekatan Edukatif
Sebagai proses pendidikan, maka setiap permasalahan yang timbul dalam proses pendidikan harus diselesaikan dengan pendekatan pendifikan atau pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif ini memposisikan guru sebagai pendidik dan anak sebagai pedidik sehingga guru selalu langsung mrmberikan penjelasan terkait materi pelajaran yang dirasa sulit oleh anak didik.
Dalam konteks ini, kita dapat melakukan secara individual ataupun klasikal. Kita menanyakan kesulitan yang dialami oleh anak didik dalam proses pembelajaran. Kita memberikan pertanyaan kepada anak secara klasikal terkait pembelajaran. Kemungkinan, kesulitan anak pada metode pembelajaran yang kita terapkan atau yang lsinnya.
Dengan pendekatan edukatif, maka kita dapat memberikan pelayanan secara klasikal. Baik mereka yang sudah mampu ataupun yang kesulitan mendapatkan penjelasan ulang materi yang dianggap sulit.
c. Pendekatan Sosiologis
Pada pendekatan ini, kita lakukan dengan mrncari informasi terkait kehidupan anak di masyarakat dan keluarganya. Kita mencari tahu kondisi interaksi sosial anak di masyarakat dan keluarganya. Dengan cara seperti ini, maka berharap dapat menemukan akar permasalahan yang dialami anak.
Kemungkinan terjadinya kondisi yang mengganggu semangat belajar bersumber pada kondisi keluarga atau masyarakat tempat anak berinteraksi sosial. Kita dapat mengetahui situasi keluarga dan lingkungan anak, orang-orang yang bergaul dengannya, dan dapat menentukan langkah solusinya.
Pergaulan anak di masyarakat, keluarga, dan lingkungan sekolah dapat menjadi sumber padamnya semangat belajar anak. Pembullyan, pengancaman, dan semacamnya daoat menjadi sumber kemalasan yang melahirkan hilangnya semangat belajar. Hal-hal seperti ini harus kita selesaikan agar semangar belajar tumbuh dan berkembang lagi.
Kita harus membakar semangat belajar anak sebab hanya dengan semangat belajar yang tinggi, maka keberhasilan belajar dapat dicapai. Dalam segala hal, kita membutuhkan semangat sebab merupakan energi kehidupan. Semakin besar semangat kita, maka semakin besar kemungkinan ketercapaian tujuan belajar atau kegiatan hidup kita.
Semoga bermanfaat.
Mohammad Saroni
Penulis buku Sertifikasi Keahlian Siswa
Gembongan, Gedeg, Mojokerto
Hp. 085784990514
Tidak ada komentar:
Posting Komentar