Sabtu, 23 Januari 2010

Program Pembelajaran Berbasis Produksi

Program pembelajaran di sekolah kejuruan merupakan program khusus yang diarahkan untuk menjadi-kan lulusannya sebagai tenaga kerja ataupun young entrepreneur berbasis sekolah. Dengan mengikuti proses pembelajaran di sekolah kejuruan, maka goal yang ingin dicapai adalah kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan atau bekerja. Terlalu banyak lulusan yang gagal menghadapi kehidupan. Para lulusan pendidikan ternyata hanya menjadi pengangguran terdidik, yaitu kelompok orang-orang yang mempunyai tingkat inteletualitas tinggi tetapi tidak dapat berperan aktif dalam kehidupan nyata.
Orangtua mengirim anak-anak belajar di sekolah kejuruan adalah untuk mempermudah anak-anak mendapatkan pekerjaan tersebut. Hal ini sebagai wujud kesadaran masyarakat bahwa harus ada spesifikasi dan kualifikasi kemampuan anak untuk dapat bertahan hidup dalam kehidupan ini. Mereka sangat menyadari bahwa tingkat persaingan tenaga kerja ataupun pendidikan sangat ketat sehingga kemungkinan masuk menjadi semakin kecil. Apalagi ketika menyadari bahwa semakin hari kualitas calon tenaga kerja semakin bagus dan hal tersebut semakin meningkatkan kualitas persaingan.
Pilihan orangtua jatuh pada sekolah kejuruan sebab di dalam proses pembelajarannya, sekolah kejuru-an mempunyai muatan pembelajaran keterampilan aplikatif, yaitu keterampilan yang banyak digunakan oleh masyarakat. Kondisi ini menjadi alasan utama para orangtua untuk mengirimkan anak-anaknya ke sekolah kejuruan. Bagi orangtua, program dan proses pembelajaran di sekolah kejuruan merupakan program aplikatif. Setiap hal yang diajarkan disekolah kejuruan adalah hal-hal yang memungkinkan anak didik mampu bertahan hidup dengan segala hal yang didapat dari proses pendidikan dan pembelajaran.
Sekolah Kejuruan = Sekolah Keterampilan
Satu hal yang perlu kita sadari dari proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah kejuruan adalah pembelajaran keterampilan. Program pembelajaran ini meurpakan ciri khas sekolah kejuruan. Oleh karena itulah, maka sekolah kejuruan disebut juga sekolah keterampilan.
Tetapi dalam hal ini kita harus dapat membedakan antara sekolah kejuruan dengan sekolah umum. Di sekolah umum, keterampilan memang diberikan sebagai salah satu mata pelajaran, tetapi isi dan tujuannya tentu saja berbeda. Keterampilan di sekolah umum diberikan agar anak didik mempunyai keterampilan pendamping untuk kehidupannya. Di sekolah kejuruan, keterampilan ini adalah kompetensi dasar yang harus dimiliki anak didik.
Keterampilan yang dimaksudkan disekolah kejuruan adalah keterampilan yang secara langsung dapat diterapkan dalam kehidupan dan menjadi brandingself. Selnajutnya brandingself ini adalah nilai plus dan nilai jual bagi anak didik. keterampilan yang didapatkan di dalam pembelajaran sekolah kejuruan adalah bagian integral dan diarahkan sebagai aplikasi keahlian anak didik.
Oleh karena itulah, maka perlu kiranya disadari oleh semua pihak bahwa sekolah kejuruan adalah institusi pendidikan yang sekaligus mengadakan proses pelatihan bagi anak didik. sekolah kejuruan adalah sarana diklat, pendidikan dan pelatihan untuk mempersiapkan anak didik sebagai sosok terdidik dan terlatih untuk bekerja. Dengan proses pelatihan, maka anak-anak lulusan sekolah kejuruan dapat langsung berperan dalam kehidupan. Anak-anak dapat langsung bekerja pada orang lain atau lebih khusus mempergunakan keterampilannya sebagai modal kerja mandiri.
Sekolah kejuruan memberikan bekal keterampilan keahlian yang dapat menjadi bekal kehidupannya. Keterampilan ini adalah alat hidup. Dengan keterampilan ini, anak didik dapat bekerja agar survive dalam kehidupannya. Hal inilah yang paling penting dari konsep kerja sekolah kejuruan. Mencetak anak-anak menjadi tenaga kerja atau orang-orang yang produktif. Dengan cara atau program ini, maka setelah anak didik menyelesaikan masa pendidikan dan pembelajarannya, mereka tidak perlu bingung mencari pekerjaan, Mereka dapat menerapkan bekal keterampilannya untuk memperoleh penghasilan bagi kehidupannya.
Dengan demikian secara luas, sekolah telah melakukan pembatasan atas pertambahan jumlah pengangguran terdidik. Keterampilan yang dimiliki oleh anak didik dari proses pendidikan dan pembelajaran telah menjadi jembatan penghubung yang efektif anak dengan kehidupan masyarakat. Anak didik mampu melakukan kegiatan produktif dalam kehidupan sebab keterampilan yang dimilikinya.
Pembelajaran Praktik Berorientasi Produk
Proses pembelajaran di sekolah kejuruan memang salah satu aspeknya adalah pembelajaran produktif. Pembelajaran produktif merupakan perwujudkan dari upaya memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengaplikasikan pembelajaran keterampilan atau psikomotorisnya. Seperti kita ketahui, sekolah kejuruan memberikan keterampilan aplikatif kepada anak didik adalah agar dapat berjuang hidup dengan bekal keterampilan tersebut. Keterampilan itu adalah nilai-nilai positif yang dimiliki lulusan SMK dan tidak dimiliki oleh lulusan SMU. Dengan demikian dapat meningkatkan kesempatan dalam persaingan tenaga kerja ataupun penciptaan lapangan pekerjaan.
Oleh karena itulah, maka program pembelajaran praktik yang dilaksanakan di sekolah kejuruan tidak hanya terbatas agar anak didik praktik membuat benda kerja tetapi secara nyata anak didik harus membuat benda kerja. Program pembelajaran harus sudah diarahkan untuk memperoduksi barang yang dibutuhkan masyarakat. Dengan cara seperti ini, maka efektivitas program dapat tercapai maksimal, yaitu penguasaan keterampilan oleh anak didik sesuai standar kebutuhan masyarakat.
Program pembelajaran praktik sudah saatnya diarahkan untuk dapat menghasilkan barang layak pakai, bukan barang yang hanya bakal disimpan di gudang. Dengan demikian, bahan yang digunakan untuk praktik dapat memberikan income yang selanjutnya dijadikan sebagai dana untuk pengadaan bahan berikutnya. Hal ini merupakan sala satu teknik manajemen keuangan untuk kegiatan pembelajaran praktek. Tentunya dengan demikian, maka ada penghematan pada sisi keungan untuk kegiatan praktik.
Pembelajaran berorientasi produksi artinya setiap kegiatan praktik yang dilaksanakan di bengkel sekolah diarahkan untuk memproduksi barang atau jasa. Anak-anak dikondisikan untuk dapat membuat barang-barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat, baik karena memperoduksi sendiri atau melayani pesanan dari masyarakat. Dengan demikian, maka rasa tanggungjawab anak didik dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi seorang professional muda. Anak didik dapat menjadi young entrepreneur yang mumpuni sejak sekolah.
Program pembelajaran praktik di sekolah kejuruan sudah seharusnya diarahkan untuk memberikan bekal kemampuan hidup. Dan, belajar membuat, menghasilkan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Dengan cara seperti ini, anak didik terbiasa menghasilkan barang dan jasa sehingga dapat memperoleh income dan sekaligus langganan untuk pekerjaannya.
Di samping itu semua, dengan mengarahkan proses pembelajaran kearah produksi, maka aspek pembiayaan proses dapat ditutup oleh hasil penjualan barang atau jasa dari bengkel sekolah. Barang-barang yang diproduksi dalam proses pembelajaran di bengkel sekolah dapat dijual ke masyarakat dan dana yang diperoleh dapat diarahkan untuk membeli bahan baru pembelajaran praktik selanjutnya. Dengan demikian, maka kesinambungan proses pembelajaran praktik dapat ditingkatkan tanpa harus mengganggu pos lainnya, atau setidaknya dapat menjadi dana sharing untuk proses pengadaan bahan dan alat yang dibutuhkan untuk pembelajaran praktik.
Program pembelajaran yang diorientasikan pada produk memberikan kesempatan kepada semua pihak terkait untuk ikut berperan dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dan, yang paling penting dalam hal ini adalah terbukanya kesempatan bagi anak didik untuk secara aktif melakukan kegiatan produksi berbasis sekolah.
Perlu Kurikulum Khusus untuk Implementasi Program
Sebenarnya, proses pembelajaran di sekolah kejuruan sudah diarahkan untuk memberikan bekal keterampilan kepada anak didik. Dalam hal ini, acuan untuk proses pendidikan dan pembelajaran sebenarnya sudah diterapkan oleh sekolah. Acuan ini adalah kurikulum yang setiap tahun mengalami perubahan disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan masyarakat.
Setiap tahun kurikulum mengalami perubahan sebab kondisi masyarakat yang dinamis. Sebagai institusi dan kegiatan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan masyarakat, maka proses pendidikan dan pembelajaran harus selalu menyesuaikan diri agar setelah lulus anak-anak mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan produktif. Dengan kemampuan inilah, maka selanjutnya anak didik berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka langsung bergiat dalam kehidupan dan bukan menajdi pengangguran yang meresahkan masyarakatnya.
Kurikulum khusus yang kita maksudkan dalam hal ini adalah kurikulum yang disusun berdasarkan kesepakatan antara sekolah dengan dunia usaha/dunia industry atau masyarakat secara umum. Sekolah dan dunia usaha/dunia industry harus membuat kesepakatan untuk materi pelajaran yang signifikan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan kurikulum yang merupakan hasil penyusunan bersama inilah, maka setidaknya aspek pembelajaran yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Setiap aspek yang dibutuhkan masyarakat sedapatnya dialokasikan dalam jatah pembelajaran yang harus diberikan di sekolah. Dengan demikian, anak didik benar-benar mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan dalam kehidupan ini. Artinya anak-anak benar-benar mempelajari dan melatih diri dengan materi yang memang dibutuhkan dalam hidup.
Perlu guru yang kompeten di bidangnya
Untuk dapat mewujudkan semua program yang sudah dicanangkan oleh pemerintah dan sekolah pada khususnya, maka diperlukan kerjasama dari setiap elemen terkait. Hal ini mengingat bahwa proses pendidikan merupakan kegiatan kompleks dengan berbagai aspek kegiatan. Oleh karena itulah, maka perlu kesinergisan langkah sehingga program kerja tidak timpang dalam pelaksanaannya.
Khususnya dalam aspek pembimbing atau guru yang akan mendampingi anak didik dalam proses pendidikan dan pembelajarannya. Bagaimana-pun guru masih menjadi sentra kegiatan pembelajaran bagi anak didik. Hal ini karena sifat anak didik yang masih labil, gampang mengalami perubahan jiam terpengaruh oleh sesuatu di luar dirinya.
Dalam hal pembelajaran berbasis produksi, gruu memegang kunci keberhasilan proses sebab guru tidak hanya mendidik dan mengajar, melainkan juga melatih anak didik agar menguasai teknik dan aplikasi keterampilan. Dengan posisi sebagai pelatih, instruktur, peranan guru menjadi sentral kegiatan, artinya anak didik membutuhkan eksistensi guru dalam kegiatannya.
Dengan posisi guru sebagai sentral kegiatan, tentunya dibutuhkan guru-guru yang benar-benar menguasai, kopeten dalam bidang tersebut. Jika tidak, maka proses pelatihan menjadi pelatihan sastra, banyak omong tetapi sedikit kegiatan nyata. Padahal seharusnya sedikit omong tetapi banyak bekerja. Dalam bidang teknik, yang dibutuhkan adalah orang-orang yang suka giat bekerja, bahkan maniak kerja agar pekerjaan dapat segera diselesaikan dan memberikan hasil berupa income financial dan penghargaan masyarakat atas hasil pekerjaan kita.
Guru-guru harus kompeten dalam bidangnya agar semua aspek pembelajaran tersampaikan kepada anak didik secara maksimal. Semua waktu yang digunakan secara efektif untuk proses pelatihan dan setiap kemampuan yang dimiliki oleh guru dapat tersampaikan untuk anak didik. dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru, maka setidaknya anak didik dapat memiliki kemampuan yang sama dengan sang guru.
Program pembelajaran berbasis produksi memang menuntut semua elemen terkait berperan aktif untuk pelaksanaan terbaik bagi anak didik. Hal ini karena hanya dengan kerjasama, maka segala sesuatu dapat dicapai secara maksimal. Dengan menerapkan pola program pembelajaran berbasis produksi, berarti sekolah sudah mengarahkan anak didik sebagai sosok-sosok produktif dengan keterampilan yang memadai. Dan, hanya guru-guru yang kompeten dapat memberikan pelatihan maksimal bagi anak didik.
Selanjutnya jika hal tersebut benar-benar terwujud, maka sekolah-pun mendapatkan keuntungan sebab hasil kegiatan anak-anak yang memproduksi barang atau jasa untuk masyarakat telah memposisikan sekolah di hati masyarakat. Dan, pada akhirnya, kegiatan ini dapat menjadikan sekolah sebagai pusat kegiatan keterampilan bagi masyarakat.

1 komentar:

Permana Suharyadie mengatakan...

artikelnya bagus pak,trimakasih