Kamis, 11 September 2008

Belajar Efektif dengan SMART

Setiap orang mempunyai keinginan untuk melaku-kan perubahan pada dirinya. Perubahan ini merupakan wujud dinamisasi dari kehidupannya. Perubahan menun-jukkan adanya perkembangan pada seseorang. tanpa perubahan, maka sese-orang hidupnya statis.
Untuk melakukan perubahan tersebut, maka seseorang terus belajar dan mempelajari segala hal dalam kehidupan ini. Proses belajar menjadikan setiap orang menyadari bahwa dirinya dituntut untuk selalui siap menghadapi kondisi kehidupan. Itulah hal utama yang diinginkan oleh manusia.
Sementara agar proses belajar dapat lancar, maka berbagai cara di-tempuh. Belajar di sekolah secara formal, belajar pada alam, kehidupan sebagai proses autodidak. Dan sebagainya.
Tetapi, dari sekian banyak hal yang dilakukan untuk keberhasilan proses belajar, maka perlu diterapkan beberapa langkah atau kondisi khusus. Kondisi khusus, sebab setiap orang berbeda dalam langkah-langkah belajarnya.
Dalam hal ini, kita perlu mengetahui 5 (lima) hal penting agar proses belajar berhasil, yaitu SMART. Secara harfiah SMART dapat diartikan sebagai pintar, gemilang atau cerdas. Sesuatu yang membuat hati senang dan bahagia. Sedangkan pada konteks kita kali ini, SMART itu tidak lain adalah Senang, Mandiri, Asyik, Rajin, dan Teratur. Jika kelima hal tersebut kita terapkan, maka tingkat keberhasilan belajar kita pasti maksimal.
Untuk lebih jelasnya, maka SMART tersebut adalah sebagai berikut:
1. Senang
Bahwa proses belajar harus didasari oleh rasa senang di hati siswa. Dengan rasa ini, maka proses belajar dapat terlaksana dengan baik. Siswa akan mengikuti proses dengan hati lapang sebab kegiatan dilandasi oleh rasa senang.
Proses belajar itu kegiatan yang membutuhkan komitmen tinggi. Setiap orang yang melakukannya harus mempunyai kesepakatan dengan diri dalamnya (inert) dengan diri luarnya, lingkungannya. Komitmen ini tujuan-nya untuk membangun sebuah konstruksi belajar yang kokoh dan sistematis sehingga mampu memberikan ruang pada keberhasilan proses.
Untuk membina sebuah komitmen, maka kedisiplinan merupakan landasan yang harus dikembangkan terlebih dahulu. Dengan kedisplinan, maka proses belajar akan mengalami pengembangan konsep, yaitu bukan lagi sebagai kewajiban semata, melainkan sebagai kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
JIka kedisiplinan tercipta, maka selanjutnya berkembang rasa senang terhadap apa yang kita kerjakan. Kita tidak akan merasa terbebani oleh sebuah tanggungjawab atau kewajiban belajar melainkan selalu mencoba untuk merealisasi kebutuhan belajar. Siapa yang tidak senang saat kebutuhan belajar, hidupnya direalisasi?
Begitulah, kita harus menumbuhkan rasa senang dalam hati siswa agar mengikuti proses belajar secara efektif dan berhasil. Belajar yang didasari oleh rasa senang berimplikasi pada tingkat kepedulian, konsentrasi dan keseriusan tinggi pada setiap orang, termasuk siswa yang sedang belajar.
Kita memang harus menumbuhkan rasa senang jika kita ingin berhasil dalam segala hal. Rasa senang memberi semangat bagi kita untuk berjuang.
2. Mandiri
Sesuai dengan konsep pembelajaran yang sekarang ini diluruskan dengan menempatkan siswa sebagai pusat kegiatan (student centered), maka keman-dirian siswa adalah sebuah keniscayaan. Proses pembelajaran menuntut siswa untuk aktif mengembangkan diri agar dapat mencapai keberhasilan belajar. Keberhasilan dari proses sebenarnya tergantung pada peranserta siswa dalam proses tersebut. Guru hanyalah fasilitator pembelajaran, yaitu orang yang membantu siswa dalam proses belajar. Guru tidak dapat menentukan keberhasilan siswa jika siswa tidak aktif berperan.
Agar proses belajar yang dilaksanakan benar-benar SMART, maka siswa harus dapat mandiri. Hal ini bertujuan agar obyek pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan siswa paa masing-masing pelajaran.
Kita menyadari bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan yang beragam, baik tingkatannya maupun obyek kemampuannya. Ada siswa yang sangat mampu dalam bidang eksak, tetapi lemah dalam sosial atau kebalikannya. Bahkan tidak jarang yang tidak mampu keduanya. Dengan kemandiriannya, maka siswa dapat secara pasti menentukan materi yang harus ditambah dan sebagainya.
Sebagai subyek belajar, maka peran aktif siswa di dalam mengkondisikan dirinya agar mampu menerima, memahami dan selanjutnya memiliki segala hal yang dipelajari. Siswa harus mengkondisikan dirinya sehingga secara mandiri dapat melaksanakan tugas, kewajiban belajarnya. Kemandirian sangat diperlukan sebab perkembangan dan pengembangan drii pada dasarnya tergantung pada seberapa besar usaha yang telah dilakukan oleh seseorang untuk berkembang.
3. Asyik
Asyik itu adalah akibat dari sesuatu yang menyenangkan hati. Belajar harus dilakukan dengan tingkat keasyikan yang tinggi sehingga tanpa disadari seseorang telah melakukan proses belajar maksimal. Keasyikan ini terkait erat dengan tingkat konsentrasi sehingga mereka yang asyik belajar seakan-akan melupakan segala diluar kegiatan belajar. Tingkat konsentrasi-nya tinggi.
Oleh karena itulah, maka proses belajar haruslah dikondisikan sebagai kegiatan yang menyenangkan hati, misalnya bermain atau belajar dengan melakukan (learning by doing). Jika seseorang belajar dengan tingkat keasyikan tinggi, maka mereka begitu totalitas pada kegiatan belajarnya.
Proses pembelajaran yang selama ini kita kenal dan laksanakan di kelas, sekolah pada umumnya berpusat pada guru sehingga siswa hanya menjadi pendengar setia dari segala penjelasan guru. Siswa pasif dalam proses sehingga tidak terukur secara jelas tingkat perubahan/hasil belajar siswa.
Tetapi dengan mengubah kondisi pembelajaran yang asyik, tentunya dapat secara langsung dilihat perubahan-perubahan pada siswa. Bahwa proses belajar meliputi banyak aspek, tidak hanya pengetahuan (knowledge), tetapi juga sikap (attitude) dan keterampilan (skill).
Apalagi jika kita dasarkan pada pola pemikiran dan pola hidup siswa yang cenderung suka pada bermain, maka keasyikan bermain kita modifiasi dan diterapkan dalam proses belajar. Siswa akan merasakan bahwa sebenarnya belajar itu sesuatu yang menyenangkan dan asyik. bahwa jika kita sudah menyukai belajar, maka kita pasti masuk ke dalam kegiatan belajar dan ‘keasyikan’ hingga melupakan apapun yang ada disekitarnya.
4. Rajin
Sejak kecil kita sudah dikenalkan dengan pepatah, “Rajin pangkal pandai!” Ya. Dalam konteks ini kita dihadapkan pada sebuah kondisi yang-saling mengkait, sebab akibat. Ini adalah hukum alam yang tidak dapat diabaikan atau dihilangkan oleh siapapun.
Hidup ini adalah implementasi dari hukum sebab akibat, kausalik itu sendiri. Setiap yang kita dapatkan adalah hasil dari apa yang kita lakukan. Inilah hakikat dari hukum alam.
Jadi, jelas bahwa jika kita ingin proses belajar kita berhasil, maka kita harus melakukan sesuatu yang berkesinambungan dan terus menerus serta sistematis. Kegiatan berkesinambungan ini tidak lain merupakan implement-tasi dari sikap rajin yang terprogram.
Rajin. Satu kata yang pada kenyataannya mampu memberikan dampak cukup besar bagi perkembangan dan pengembangan diri kita. Dengan rajin, maka perubahan yang signifikans kita dapatkan sebagai hasil maksimal.
Di dalam proses belajar, tingkat kerajinan seorang siswa memberikan konsekuensi logis yang berkaitan dengan hasil belajarnya. Hal ini terkait dengan konsep bahwa belajar itu adalah proses, sehingga harus dilakukan secara intens, terus menerus dan itu artinya harus rajin.
Siswa harus rajin belajar agar hal-hal yang diinginkan dapat dicapai. Rajin belajar berarti selalu aktif mengikuti segala materi terkait proses belajarnya sehingga menjadi bagian yang integral dengan dirinya.
Integralistik ini terjadi sebab proses belajar yang dilakukan secara rutin tanpa mengenal lelah, setiap saat. Siswa selalu konsekuen dengan komitmen yang dibuat saat memutuskan belajar. Mereka tetap mengikuti jalur yang harus dilewatinya dan tidak melakukan penyimpangan.
5. Teratur
Sebagai sebuah proses, maka belajar dituntut adanya keteraturan dalam segala hal terkait dengan belajar. Seperti kita ketahui, belajar itu kegiatan yang sistematis, kegiatan yang teratur atau dapat dikatakan sebagai sesuatu yang ‘ajeg’.
Keteraturan yang diterapkan dalam proses belajar bertujuan untuk memberikan materi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan atau pemahaman siswa. Disamping itu, untuk memberikan kemudahan bagi guru dan siswa untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam pembelajaran.
Dalam sebuah proses belajar, jika dilakukan secara teratur, maka tingkat pemahaman siswa dan guru terhadap materi akan tertata. Bukankah, jika sesuatu kita tata secara teratur, maka segalanya akan mudah?
Belajar itu adalah proses memasukkan data ke dalam memori otak kita. Setiap saat kita selalu memasukkan data baru ke dalam memori otak kita. JIka hal tersebut tidak dilakukan secara teratur, maka tentunya berdampak pada saat kita ingin memanggilnya, membutuhkannya kembali. Oleh karena itulah, maka kita mengenal proses defragment pada komputer, yaitu program menata ulang file yang tersimpan di dalam hard disk.
Otak kita merupakan sumber inspirasi bagi kita sehingga terciptanya komponen komputer yang sedemikian rupa. Komputer dapat berfungsi secara baik sebab adanya keteraturan kerja dari komponen-komponennya. Dengan keteraturan tersebut, maka kinerja komputer dapat maksimal. Begitu juga halnya dengan belajar, jika dilakukan secara teratur, maka hasilnya dapat maksimal.
Kita memang harus selalu berusaha agar proses pembelajaran yang kita laksanakan berhasil maksimal. Hal ini merupakan tujuan pembelajaran yang kita lakukan. Maka, salah satu langkah yang harus kita lakukan adalah mengkondisi-kan belajar kita secara efektif. Dan. langkah untuk efektivitas tersebut tidak lain adalah dengan menerapkan konsep SMART.
Proses belajar seharusnya menerapkan konsep SMART jika ingin berhasil. Semoga konsep ini dapat kita terapkan bersama-sama sehingga upaya pening-katan kualitas hasi pembelajaran di negeri ini dapat kita wujudkan bersama.

Tidak ada komentar: