Sejak dahulu ada anggapan bahwa profesi guru merupakan profesi khusus, artinya tidak sembarang orang dapat menjadi guru. Tetapi, kemudian konsep tersebut mengalami peyorisasi sehingga muncul konsep bahwa semua orang dapat menjadi guru. Konsep ini menyamdar pada kenyataan bahwa pada kenyataannya memang sangat mudah bagi setiap orang untuk menjadi seorang guru.
Secara umum, guru memang diartikan sebagai orang yang mampu memberikan bimbingan untuk orang lain mengenai sesuatu hal sehingga terjadi perubahan kondisi dari tidak dapat menjadi dapat dan sebagainya. Orang-orang yang pada awalnya pada kondisi minus, negatif, maka setelah mengikuti proses bimbingan dari guru mengalami perubahan kondisi sehingga menjadi plus atau positif.
Dengan konsep ini, maka terjadi konvergensi atau pengembangan arti bahwa guru itu sebenarnya dapat disebutkan pada mereka yang telah mem-bimbing orang lain. Ketika seseorang telah membimbing seorang anak dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca, maka dia adalah guru sang anak.
Didalam proses pembelajaran bahasa, kita mengenal bahwa ada 2 (dua) kemampuan dasar yang hendak dicapai pada saat kita membimbing anak didik mempelajari pengetahuan bahasa, yaitu kemampuan baca dan kemampuan tulis (CALIS). Dengan demikian, maka sudah seharusnya seorang guru mau dan mampu mengembangkan diri melalui kegiatan menulis.
Bagaimana seorang guru dapat membimbing anak didiknya untuk membaca dan menulis secara baik jika ternyata sang guru tidak mempunyai perhatian lebih dalam bidang baca dan tulis? Semua akan menjadi sesuatu yang menggelikan jika ternyata guru memerintahkan anak didik melakukan sesuatu sedangkan dirinya sendiri tidak mempuyai kemampuan tersebut.
Kita perlu menyadari bahwa perkembangan jaman sekarang ini sedemikian kuat dan besarnya serta pesatnya sehingga sekali kita tertinggal langkah, maka ketertinggalan tersebut menyebabkan kita sangat jauh. Kita melangkah sekali, maka sebenarnya perkembangan pola kehidupan sudah melangkah sekian puluh kalinya.
Oleh karena itulah, maka tidak ada jalan lain bagi guru untuk dapat mengejar ketertinggalannya selain dengan meningkatkan kreativitas menulisnya dalam segala cuaca. Guru harus selalu berpikir tentang bagaimana mengaktuali-sasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilkinya sehingga anak didik dapat menerima secara mudah dan praktis.
Menulis yang kita maksudkan ada beberapa macam, misalnya seorang guru dapat saja menulis materi pelajaran yang seharusnya diberikan kepada anak didik sesuai dengan jatah pembelajaran yang ada di dalam kurikulum. Dengan kemampuan ini, maka materi pelajaran yang diberikan kepada anak didik merupakan implementasi dari isi kurikulum yang ada. Apalagi sekarang ini kita menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan) yang sebenarnya merupakan sebuah wahana bagi guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara utuh.
Di dalam KTSP, jika kita telaah, maka secara implisit dinyatakan bahwa selain merencanakan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membuat atau menyusun materi pembelajaran sesuai dengan perencanaan belajarnya. Dengan demikian, maka anak didik tdiak perlu repot-repot mencari bahan pembelajaran, sebab guru sudah membuat buku khusus untuk mereka sendiri.
Pada sisi yang lainnya, jika seorang guru mampu menyusun buku yang dipergunakan untuk proses pembelajarannya, maka setidaknya kita mampu memberangus op[ini yagn selama ini berkembang di masyarakat bahwa ada guru mengajar sambil ‘menjadi agen penerbit buku’.
Kemudian dengan adanya fenomena sertifikasi guru, maka kita mengetahui bahwa jika seorang guru mampu menulis dan hasil tulisan tersebut dimanfaatkan secara umum, maka ada nilai tambah bagi guru tersebut. Nilai kredit yang didapatkan dari hasil penulisan tersebut cukup tinggi untuk dapat mendongkrak guru berhasil dalam program sertifikasinya. Tentunya, semua orang mempunyia keinginan yang sama, yaitu ingin berhasil dalam program sertifikasinya dengan mengumpulkan bukti kompetensi diri secara maksimal, salah satunya adalah dari kemampuan menulis tersebut.
Berkaitan dengan kemampuan menulis dan upaya meningkatkan kemampuan menulis, maka setidaknya kita mengetahui bahwa ada banyak halyang kita dapatkan dari proses menulis.
a. Kreativitas adalah cermin diri
Kreativitas adalah pola olah karsa, rasa dan jiwa seseorang yag diwujudkan dalam sebuah kegiatan sehingga menghasilkan sesuatu yang berguna atau tidak bagi kehidupannya dan masyarakat umum. Kreativitas itu merupakan tingkat kemampuan seseorang dalam mengimplementasikan potensi dirinya secara nyata.
Sebagai seorang guru, yang setiap hari selalu menghadapi anak didik dengan kondisi yang berbeda, maka perlu adanya sentuhan kreatif setiap saatnya. Yang dihadapi guru adalah anak didik, yang setiap saat selalu mengalami perubahan sikap dan sebagainya. Kondisi ini tentunya menuntut kesiapan guru untuk menghadapinya.
Pekerjaan guru tidak sama dengan pekerjaan kantoran yang menghadapi benda mati, setiap saat yang dihadapinya adalah statis, tidak berubah. Bahkan untuk waktu yang lama. Tentunya sangat berbeda dengan yang dihadapi oleh guru. Anak didik dengan berbagai perangai, sifat dan sikap yang dinamis. Belum lagi jika ternyata sang anak diatas kenormalan atau dibawah kenormalannya.
Oleh karena itulah, maka seorang guru harus mampu mengembangkan dirinya dengan kreasi-kreasi berkaitan dengan kebutuhannya saat melak-sanakan proses pendidikan dan pengajaran.
Pada dasarnya, kreativitas merupakan cerminan tingkat kemampuan seseorang, dalam hal ini guru. Tentunya, semakin kreatif seorang guru, kita dapat pastinya guru tersebut semakin berkualitas. Sebab dengan pengem-bangan kreasi diri, maka pola pemikiran guru sudah tersistematis dan mempunyai kemampuan lebih dalam menghadapi kondisi yang tersaji pada saat dia mengajar dan mendidik anak didiknya.
Adalah sebuah keharusan bagi guru untuk secara intens mengembangkan diri dengan meningkatkan kreativitas diri dalam kemampuan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pengembangan diri ini sebenarnya adalah untuk menciptakan sebuah brand khusus sehingga orang lain mau bercermin pada segala yang dilakukan oleh guru. Bukankah guru itu adalah digugu dan ditiru?
Yakinlah, bahwa semakin kreatif seorang guru, maka anak didik yang diasuhnya semakin yakin bahwa gurunya adalah orang yang berkualitas, berkompetens pada bidang atau mata pelajaran yang diajarkan. Tentunya jika kondisi ini sudah kita genggam, maka penguasaan kelas dan pemusatan perhatian anak didik terhadap proses yang kita lakukan dapat meningkat maksimal. Selanjutnya hal tersebut pasti berdampak pada keberhasilan dan kegagalan dalam proses pembelajaran.
b. Menulis itu kegiatan harian guru
Sebenarnya, jika kita mengakui secara jujur, semua guru mempunyai kemampuan untuk menulis. Secara logika, sebenarnya guru setiap hari selalu berkutet dengan dunia tulis menulis. Setidaknya, saat mempersiapkan diri untuk kegiatan pembelajaran, maka guru membuat sebuah hand out atau rangkuman atau sekedar membaca ulang materi yang bakal diberikan untuk anak didiknya.
Kondisi ini menggambarkan bahwa setiap saat guru dihadapkan pada se-buah kebiasaan yang berkait dengan menulis dan membaca. Kedua kegiatan ini sebenarnya merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang saling terkait. Keterkaitan ini selanjutnya merupakan mesiu peledak guru untuk berkreasi dengan kemampuan dirinya.
Oleh karena itu, maka sangatlah aneh dan lucu jika ternyata ada guru yang mengatakan tidak dapat menulis. Seharusnya guru mampu mengung-kapkan banyak hal secara tertulis. Hal ini karena guru adalah sosok yang selalu berpikir secara sistematis untuk setiap kegiatan yang dilakukannya.
Menulis memang kegiatan utama seorang guru, sehingga menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas dalam menulis merupakan sebuah kondisi yang secara otomatis dapat menuangkan banyak idenya dalam bentuk tulisan. Sangat aneh jika ternyata ada guru yang tidak mampu menulis.
Setiap saat guru menghadapi kondisi kelas yang dinamis, selalu berubah dengan bermacam perangai anak didik yang setiap saat juga berubah. Anak yang satu mempunyai dasar watak yang berbeda sehingga memerlukan penanganan yang berbeda pula. Dengan demikian, maka ada banyak bahan yang dapat menjadi pemicu guru untuk mengembangkan kemampuan menulisnya secara maksimal.
Setidaknya kita meyakini bahwa banyak sekali pengalaman hidup yang didapatkan oleh guru pada saat melaksanakan tugasnya. Dari sekian banyak pengalaman tersebut, tentunya dapat dituangkan dalam tulisan. Atau mungkin guru dapat emmbuat rangkuman khusus mengenai materi pelajaran yang hendak diberikan kepada anak didiknya sehingga anak didik memperoleh emudahan dalam belajar.
Jika kita menyadari hal tersebut, maka setidaknya kita menyadari bahwa guru memang harus mengembangkan kreativitasnya secara maksimal, khususnya dalam hal ini di bidang tulis menulis. Hanya dengan menuliskan segala hal yang dikuasai, maka guru dapat menularkan pengetahuan tersebut kepada anak didiknya. Kegiatan menulis merupakan kegiatan harian guru sehingga tentunya bukan merupakan keskulitan bagi guru untuk mewujud-kan hal tersebut.
c. Menulis itu Mengembangkan Kompetensi Diri
Menulis itu implementasi dari keinginan yang ada di dalam hati. Dengan menulis, maka kita dapat mewujudkan berbagai hal yang kita harapkan dan sebagainya.
Sebenarnya, setiap orang mempunyai kompetensi untuk melakukan kegiatan tersebut. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa dengan menulis, maka kita dapat mengungkapkan banyak hal yang tersembunyi sehingga orang lain memperoleh manfaat dari hasil tulisan tersebut.
Kegiatan ini sekaligus untuk mengantisipasi sifat dasar manusia, yaitu pelupa. Hal ini untuk menghindari hal negative dari sifat pelupa tersebut. Sering kita mendapati kenyataan bahwa orang mengalami hal-hal negative hanya karena melupakan sesuatu yang seharusnya mereka lakukan.
Menulis itu tidak lain adalah upaya untuk merekam kegiatan yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh seseorang. Dengan menulis, maka setidak-nya kita mempunyai catatan kegiatan.
Ketika kita mempunyai sebuah rencana kegiatan dan kita menuliskannya, maka pada saat hari H, maka kita dapat mewujudkan tepat waktu. Kita juga dapat mengetahui secara cepat hal-hal yang telah kita lakukan pada hari-hari lalu sehingga saat dibutuhkan, maka kita segera menemukannya.
Pada sisi yang lain, menulis merupakan sebuah kegiatan yang mampu menjadikan kita sebagai orang-orang yang mampu mengeksplorasi diri dalam bentuk tertulis dan selanjutnya dapatmembantu orang lain dengan isi tulisan kita tersebut.
Apalagi bagi seorang guru, menulis merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sehari-hari. Hal ini merupakan upaya untuk mengejahwanta kemampuan yang dimilikinya sehingga anak didik me-nerima pengetahuan tersebut secara maksimal. Selain itu, dengan menulis, maka seorang guru dapat meningkatkan kemampuan dirinya
Apalagi di jaman sertifikasi ini, dimana pengakuan atas kompetensi guru sangat dipentingkan, maka upaya pengembangan kompetensi diri adalah sebuah keniscayaan. Sekarang ini memang dibutuhkan guru-guru yang berkompeten dalam bidangnya. Hanya dengan guru-guru yang kompetens, maka dunia pendidikan kita dapat melaksanakan segala kegiatan secara proporsional sebab para pelakukan mempunyai kemampuan yang diharap-kan bersama.
Menulis memang merupakan kegiatan yang bersifat personal tapi sekaligus berorientasi pada interpersonal. Dengan kegiatan menulis, maka seseorang dapat secara intens melakukan komunikasi dan mewujudkan dalam tulisan, sekaligus dalam hal ini mereka dapat berkomunikasi dengan orang lai melalui karya tulis yang sudah dibuatnya.
Kita dapat melihat kenyataan bahwa, masih banyak guru kita yang belum mempunyai ‘greget’ untuk melakukan kegiatan menulis.
Dengan menulis, maka seseorang dapat menyampaikan banyak hal sedemi-kian rupa sehingga segala konsep yang dimilikinya dapat diterima oleh masyarakat. Menulis merupakan upaya untuk mengaktualisasi diri di masya-rakat sehingga orang mengetahui dan mengakui kompetensi yang kita miliki.
Begitulah, sebenarnya dengan menulis, maka kita dapat mengupayakan proses pengembangan diri secara sistematis sehingga berbagai hal dapat kita lakukan, setidaknya kita dapat memberikan sumbangsih saran dan penge-tahuan atau keterampilan untuk orang lain. Inilah hal terpenting yang harus kita jadikan sebagai dasar untuk mengembangkan diri melalui menulis.
d. Menulis itu upaya menempatkan posisi diri
Bagaimana kemampuan menulis dapat memposisikan diri? Tentunya hal ini menjadi sebuah pertanyaan yang perlu mendapatkan jawaban secara jelas sehingga ‘greget’ untuk menulis di kalangan guru dapat meningkat.
Menulis seperti sudah dijelaskan dimuka, adalah kegiatan yang bersifat personal. Seseorang dapat menulis apa saja sebab pada saat dia melakukan kegiatan tersebut yang terlibat secara langsung adalah dirinya sendiri. Orang lain tidak ada yang terlibat dalam hal ini.
Tentunya segala hal yang kita lakukan pada akhirnya memberikan se-suatu pada kita. Ini sesuai dengan hukum sebab akibat yang selama ini tetap menjadi sesuatu yang pasti. Jika kita melakukan sesuatu, maka kita pasti mendapatkan sesuatu. Jika kita menanam, pasti akan memanen hasilnya.
Dalam hal ini, pada saat kita menulis, kita sedang membangun branding kita. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa apa yang kita tulis sebenarnya merupakan apa yang ada di dalam drii kita. Materi tulisan adalah cerminan diri kita sehingga dengan demikian, maka orang yang membaca tulisan kita akan segera tahu posisi kita.
Bagaimanapun, sampai saat ini pendapat bahwa orang yang mampu menulis adalah orang-orang khusus, artinya tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang-orang istimewa dengan pola pemikiran yang lebih dari yang lainnya.
Dengan demikian, maka seyogyanya kita menyadari bahwa jika kita mampu menulis, maka setidaknya orang mengenal eksistensi kita. Hal ini merupakan nilai lebih yang kita peroleh dari masyarakat. Tentunya dalam hal ini orang memposisikan kita sebagai orang dengan nilai plus.
Hal inilah yang sebenarnya merupakan posisi terbaik bagi kita. Dengan kemampuan kita menuliskan konsep-konsep pengetahuan dan keterampilan ataupun materi pelajaran yang kita berikan untuk anak didik, maka setidak-nya secara umum kita dapat dijadikan sebagai kinlat bagi orang banyak.
Bagaimanapun setiap orang mempunyai keinginan pengakuan atas eksis-tensi dirinya. Dan, kita sebagai guru, langkah konkrit yang dapat kita terapkan adalah menunjukkan secara intens kemampuan kita menulis. Kita harus tunjukan pada semua orang bahwa ada keistimewaan pada diri kita dan mereka harus mengakui hal tersebut.
Apa yang dapat kita berikan untuk dunia kita selain rekaman penge-tahuan, keterampilan dan sebagainya kepada anak-anak kita? Apalagi jika tulisan kita merupakan hasil penelitian untuk perbaikan kondisi yang di-hadapi anak-anak atau dunia pendidikan. Tulisan jenis ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan pengembangan, perkembangan dan evaluasi kegiatan pendidikan.
Selama ini kita selalu dihadapkan pada opini bahwa dunia pendidikan kita terpuruk pada peringkat rendah dibanding negara lain di dunia ini. Hal ini tentu sangat menyedihkan bagi kita dan selalu berusaha untuk mmperbaiki-nya dalam segala hal. Oleh karena itulah, maka pengembangan kreativitas menulis bagi guru sangat penting agar mampu menjawab kondisi menjadi leb ih baik.
Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi kondisi dunia pendidikan yang terpuruk selain menuliskan kemampuan kita secara intens?! Dan, kita sebagai guru mempunyai tanggungjawab lebih dibandingkan yang lainnya sebab kitalah yang bersentuhan secara langsung dengan dunia pendidikan kita.
Oleh karena itulah, marilah kita mulai bergerak, bertindak untuk lebih kreatif dalam menulis agar ilmu kita semakin bertambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar